47. Pembagian Duel

195 47 5
                                    

Beruntung ujian The Duel akan dilaksanakan tujuh hari lagi. Hal ini memberi kesempatan bagi para siswa untuk berlatih, menyusun strategi dan meningkatkan kemampuan serta kecakapan mereka untuk memenangkan pertarungan.

Layar biru yang ada di sana sontak berubah warna menjadi putih, tulisan merah itupun juga berubah menjadi warna hitam ketika interuksi - interuksi yang telah diumumkan selesai. Dan kini saatnya bagi para siswa melihat siapa lawan duel mereka.

Seperti ujian yang pertama, tentunya para guru sudah mendata dan mengkelompokkan siapa saja anak - anak yang memiliki kekuatan tinggi maupun yang sebalikknya.

Ujian ke dua tahap pertama ini, para siswa yang sudah mahir akan ditandingkan dengan siswa yang memiliki tingkat kekuatan sejajar. Pun dengan siswa yang masih berada di bawah rata - rata.

Sherly menunggu dengan antusias, bukan karena dia ingin melihat siapa anak yang akan menjadi lawannya, melainka penasaran siapa siswa yang akan menjadi lawan Zavier.

Si polos yang mulai hari ini telah ia tetapkan sebagai teman dekatnya itu memiliki kekuatan tersembunyi. Meski dirinya sudah melihat sosok gilanya, tetapi dirinya masih sangat penasaran dengan seberapa hebatkah kekuatan Zavier. Apakah Zavier akan ditandingkan dengan anak dari kelas Grand B? atau dia akan melawan siswa dari kelas unggulan?

Jika itu dari kelas unggulan, sudah bisa dipastikan bahwa Zavier memiliki kekuatan yang lebih daripada yang ia bayangkan.

Dia tidak sabar.

Manik kelam Sherly berbinar, dia mengusap - ngusap tangan tidak sabar menanti rival Zavier Asmonac diumumkan.

Jika Zavier dari kelas Grand B juga sudah menjadi pasukan inti Black Militer, apakah lawannya adalah Maxwell? Atau mungkin siapa ya siswa terhebat di sini?

Sherly berpikir. Menebak - nebak dalam hati.

Ahh,,, si bocah prik itukah? Leon.

‘Duh… duh… aku sangat penasaran.’ Ucap Sherly dalam hati.

Di sebelahnya, Sabin mengerutkan kening melihat reaksi Sherly. Gadis itu tampak tersenyum bahagia seolah sama sekali tidak ada rasa deg - degan menanti siapa lawan yang hendak dipertandingkan. Gadis itu malah tampak antusias dan bersemangat sekali seolah menganggap hal ini adalah masalah sepele. Menganggap bahwa ujian Black Militer hanya permainan saja.

Ohh, tidak tahukah seberapa seriusnya ujian ini? Sabin sendiri begitu tegang dan cemas.

Ahhh… atau mungkin sikap Cecil yang tenang dan tampak biasa ini karena dia sudah berpikir untuk langsung menyerah dan memutuskan kalah?

‘Ya, benar. Cecil pasti berpikir seperti itu.’ Sabin mengangguk - angguk, membenarkan segala spekulasinya dalam hati.

***

Ruang sistem. Tempat dimana panitia ujian mengoperasikan semua jaringan  termasuk sistem pada layar monitor yang saat ini ditampilkan untuk memberi pengumuman kepada anak - anak dalam ujian.

Empat panitia duduk dengan tenang berhadapan dengan komputer. Tampak sibuk dengan pekerjaannya masing - masing.

“Hey, aku ke kamar mandi dulu!” Pamitnya kepada kedua rekannya. Pria berkaca mata itu bangkit dari duduknya kemudian keluar dari ruangan tersebut. Namun belum lima menit, pria berkaca mata itu kembali lagi dan duduk di kursinya.

“Hah, cepat sekali? Jangan - jangan kau sudah pipis di celana Robin.” Ledek salah satu rekannya. Yang lain ikut tertawa meledek. Namun pria bernama Robin itu hanya tersenyum menanggapi ejekan temannya. Manik kelamnya fokus pada layar monitor, lalu jemarinya dengan lincah mengotak - ngatik sesuatu yang membuat perubahan pada salah satu data siswa.

Black MilitaryWhere stories live. Discover now