37. Daemon tingkat tinggi (A)

225 51 1
                                    

"Itu dia! Itu dia! Cepat tangkap!"

Tiga grup di lokasi yang sama serempak melihat satu Hide Daemon meloncat - loncat sembari menggengam apel merah di tangannya.

Daemon itu berhenti di tengah jalan lalu duduk dengan santai menggerogoti apelnya tampak seperti sengaja menunggu enam orang yang kini berlarian mendekatinya. Monster kecil itu lalu menyeringai dan beberapa detik ketika enam orang itu mendekat lalu sama - sama meraihnya, secara cepat Hide Daemon itu menggeser tubuhnya menyaru ke dalam semak - semak yang tak jauh dari sana.

Brukk!!!!

Sontak enam orang itu saling bertubrukan satu sama lain membuat monster kecil itu terkikik geli tanpa suara.

"Dasar monster laknat! Bajingaan licik. Jika ketemu aku bersumpah akan mencincangmu." Bernard mengusap - ngusap keningnya sembari menggerutu marah. Jika saja tidak ada dua kelompok lain yang menghalanginya, makhluk sialan tadi sudah bisa ia tangkap.

Lalu apa - apa'an itu tadi. Monster kecil itu seolah sengaja meledek mereka.

Benar - benar kurang ajar.

"Ku yakin dia masih di sini! Ayo cari!"

Enam orang itu seketika berpencar. Memfokuskan pandangan mereka dengan tajam, kedua tangan dan kaki mereka juga saling bersinegri mencari - cari Hide Daemon yang diyakini masih berada tak jauh dari tempat itu.

Mereka menepuk - nepuk tanah dan juga meraba - raba udara kosong, siapa tahu Hide Daemon itu menyamarkan tubuhnya seperti tanah atau udara yang transparan. Tetapi sudah nyaris 30 menit mereka mencari, sosok monster itu juga tak kunjung ditemukan. Padahal di area ini ada lebih dari satu Hide Daemon bersembunyi.

Di atas pohon, ada dua Hide Daemon yang tengah bergelayutan memeluk buah apel. Apel yang bentuknya terlihat jauh lebih besar itu sebenarnya adalah jelmaan dari Hide Daemon yang tengah menyamar.

Dua lagi ada Hide Daemon yang menempel di batang pohon. Lalu tiga yang lain tengah menyaru menjadi semak - semak.

"Xixixixixixixi." Tawa tiga Hide Daemon yang tengah mengejek enam siswa Black Militer. Jika monster - monster itu bisa bicara bahasa manusia, mereka tengah mengatakan.

'Dasar idiot.'

'Kami di sini! Week!'

'Bodoh! Otak mereka ada di kaki.'

Dan tak dipungkiri pendapat ke tiga Hide Daemon terhadap enam orang itu memang benar adanya.

Sungguh sangat tidak teliti.

***

"Cecil, tidakkah kita bergerak terlalu dalam?" Zavier bertanya dan memegang lengan Sherly ketika mereka berjalan masuk ke tengah hutan.

Netra abu - abunya memindai ke sekeliling dengan waspada dan juga takut. "Bagaimana jika ada binatang buas?"

"Tenanglah Zavier! Tidak akan ada binatang buas di tempat ini." Ujar Sherly menenangkan. Ya, hutan ini adalah area yang sengaja dikhususkan oleh pihak akademi untuk menjadi latihan para pasukan dan kemungkinan adanya hewan buas sangatlah kecil. Mungkin yang ada ialah monster buas.

Hell. Memikirkannya saja membuatnya takut.

"Jika kita tidak lebih masuk ke dalam hutan, kita tidak akan pernah menemukan Hide Daemon." Imbuhnya. Sherly bisa menebak bahwa Hide Daemon saat ini pasti tengah berpencar dan bersembunyi di tempat - tempat yang rimbun. Dan kalau dirinya hanya ada di pinggiran hutan saja, bisa - bisa satu Hide Daemonpun tak akan ia lihat. Lagipula anak - anak yang lain juga tersebar menuju tengah hutan.

Black MilitaryWhere stories live. Discover now