20. Siapa yang bertahan? (A)

204 47 1
                                    

Setelah kejadian kemarin, pagi ini belum terjadi apa - apa dengannya. Sherly sudah mempersiapkan hati, mental serta kewaspadaan untuk apapun yang akan menyambutnya begitu dirinya kembali mengijakkan kaki ke kelas. Akan tetapi suasana pagi ini tampak damai, tidak ada bencana apapun yang melandanya. Bahkan sepanjang jam pelajaran sampai istirahat berlangsung, anak - anak di sini benar - benar tampak melakukan aktifitas mereka seperti pada umumnya.


Terlihat tenang. Sama sekali tidak ada tanda - tanda seseorang yang akan mengganggunya. Namun entah kenapa hal ini justru membuat Sherly semakin resah.


Setelah ucapannya kemarin pada Leon, tak mungkin lelaki itu tak sakit hati bukan? Anak licik itu pasti telah menyusun rencana yang mengerikan.


Hmmm...


"Ce - Cecil, hey Cecil?"


Panggilan itu menyentaknya. Sherly mengerjap kemudian mendongak menatap pria dengan wajah yang masih dibalut perban duduk di depannya. Zavier Asmonac, pria yang sampai detik ini masih memberinya sikap ramah dan bersahabat.


Lelaki itu bahkan masih saja terlihat gugup dengan tampang polosnya ketika berbicara, "A - apa kau tidak suka ma - makan dengan ku?


Jika lelaki ini hanya akting, demi Tuhan dia akan langsung menghajarnya. Sherly masih agak sanksi dengan pria ini. Dari apa yang dia selediki kemarin, Zavier Asmonac sudah lebih dewasa daripada anak - anak di sini. Namun sikap pemuda ini tampak seperti anak kecil. Berbeda 180 derajat waktu pertama kali mereka bertemu.


Apakah dia termasuk ke dalam genk Leon? Apakah ini memang rencana Leon untuk membuat si Zavier ini pura - pura bodoh lalu mendekatinya dan setelah dia lengah, pria ini akan menikamnya dari belakang seperti saat dia dengan gila menembak Daemon kala itu?


Tidak mungkin karakter seseorang bisa berubah dengan begitu cepat kecuali jika lelaki ini memang bukan pria yang sama yang menghancurkan rumahnya.


Tetapi..... sumpah demi apapun matanya masih normal untuk tidak salah mengenali seseorang. Ingatannya pun masih setajam anak - anak yang bertumbuh kembang.


Ahhh... kening Sherly berkerut. Matanya menyimpit tajam menatap laki - laki di depannya hingga pria bernama Zavier itu tampak ketakutan.


"Kau tahu, sejujurnya aku sangat membencimu." ujar Sherly jujur. Selama penantiannya masuk ke akademi ini, selain karena mencari Demi Human, tujuan utamanya ialah mencari pria ini. Membalas perlakuan semena - mena yang dia lakukan padanya dan keluarganya. Lantaran semua ini, Sherly juga terpaksa menerima tugas ini dan meninggalkan orangtuanya serta kedua adik kembarnya yang imut itu.


Semua bersumber pada pria ini.


"Ahh... ma - maafkan aku kalau begitu." Zavier menunduk. Wajahnya tampak sedih. Ia lalu perlahan berdiri dan mengangkat nampannya untuk kemudian duduk di tempat lain.


Hati Sherly menjadi tak tega. Pria itu kini duduk di pojokan, sendirian tanpa teman, dan makan dengan menyedihkan.

Black MilitaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang