5. Sang Penindas

1.2K 194 22
                                    

Tidak menyangka di hari pertama dirinya masuk, sudah melihat hal semacam ini. Apalagi di sekolah bergengsi seperti ini.

Benar - benar.

Sherly menyembunyikan dirinya di balik pintu yang tak tertutup. Perempuan itu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku seragamnya. Manik kelamnya mengintip ke celah pintu. Di sana, ada sekitar empat orang.

Satu laki - laki bertubuh kurus yang berlutut dengan tubuh dililit tali, tampak lemah dan ketakutan. Sementara seorang pria berdiri di atasnya, menekan punggungnya dengan sebelah kaki. Dua orang lainnya duduk menyaksikan aksi penindasan itu dengan ekspresi puas. Parahnya mereka adalah perempuan.

‘Dasar anak - anak nakal.’

Haruskah dia menolongnya?’

Hmmm…. Sherly menipiskan bibir. Di hari pertama ini dan hari - hari berikutnya, dia tidak ingin terlibat masalah. Apalagi sekolah ini berisi manusia - manusia berkekuatan super, dirinya yang hanya orang biasa tentunya harus hati - hati dan sebisa mungkin tak menyinggung siapapun. Fokusnya hanya untuk mencari Demi Human secepat mungkin agar dirinya bisa keluar dari sekolahan ini. Menjalani hidup sebagai orang dewasa seperti yang seharusnya.

Tapi…… bagaimana ini? Sial, dia membenci penindasan. Terlebih selain mencari Demi Human, ia juga harus mencari lelaki dengan wajah berbalut perban yang menghancurkan rumahnya kala itu. Mengingat sikap arogannya, mungkin saja pria pembully yang menginjak punggung bocah itu adalah dia.

Ya, dirinya harus memastikan. Mengatasi tiga anak, apalagi dua di antaranya perempuan, tentunya ia masih sanggup. Sherly tentunya akan menggunakan akalnya.

Hendak beranjak dari tempatnya berdiri, langkah Sherly tiba - tiba terhenti kala ekor matanya tiba - tiba mengkap sesuatu.

Eh…

Tidak hanya tiga…. tetapi ada empat pembully. Satu di antaranya tengah bersandar ke sudut tembok yang gelap tanpa seberkas sinar matahari yang menyinari sehingga membuat sosok tersebut tak terlihat seperti bayangan samar. Jika Sherly tidak melihat setitik warna putih yang merupakan pegangan permen lolypop, dirinya pasti tidak akan menyadari bahwa ada orang lain di sana.

Wah, wah, wah…

Sherly yang hendak maju menampakkan diri secara refleks mundur. Dirinya juga nyaris lupa bahwa meski di antaranya perempuan, tetapi tetap saja mereka anak - anak super.

“Hey kau! Sampai kapan akan bersembunyi ?”

Deg.

Manik kelam Sherly melebar mendengar pertanyaan itu.

Pria yang sedari tadi berdiri menyelip di dalam kegelapan itu melirik sisi tembok, tempat dimana Sherly berada.

Sudut bibir laki - laki itu berkedut. Netra birunya berkilat mengerikan, “Keluarlah!”

Astaga, astaga, astaga! Bagaimana ini?

Sherly menggigit bibirnya cemas. Perempuan itu mengatur derup jantungnya yang tersentak akibat suara yang tiba - tiba muncul seolah ditujukan padanya.

Ini bukan seolah lagi. Tetapi memang ditujukan untuknya. Siapa lagi?

Sherly mendengkus. Memikirkan bahwa lebih baik dirinya lari saja. Tetapi dia sudah terlanjur tertangkap basah. Apalagi…. ohh betapa pengecutnya dirinya yang akan lari begitu saja ketika melihat tindakan kejahatan seperti ini. Dirinya adalah perempuan berusia dua puluh enam tahun, perempuan dewasa yang wajib menegur penindasan seperti ini bukan?

‘Tidak usah takut Sherly, mereka hanya anak - anak.’ Batinnya menenangkan diri sendiri.

Wanita itu meringis. Perlahan membungkukkan badan dengan bodoh.

Black MilitaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang