43. Pembunuh (A)

228 46 2
                                    

Distrik 2.

Kapal pesiar itu melaju dengan tenang membawa lima puluh orang penumpang di dalamnya. Mereka tampak berbincang santai menikmati pesta yang diadakan salah satu orang penting di Avalon.

Meski lokasi pesta itu diadakan di Distrik 2, tetapi tamu pesta yang hadir  adalah dari kalangan orang - orang terpandang. Orang - orang dari Distrik 3 dan 4.

Mereka menikmati pesta di atas semenanjung danau Distrik dua dan di bawah sinar bulan serta pemandangan kelap - kelip kota yang menakjubkan.

"Tak ku sangka tenyata sudah setengah tahun anda tinggal di sini."

"Aku kira kemana." Ujar salah satu wanita di pesta itu sembari menyesap wine nikmat.

"Dengar - dengar anda telah menjalani perawatan di luar negeri. Tapi ternyata rumor itu salah, eh." Seru pria berkumis tipis dengan nada setengah menyindir. Dia adalah Victor Russdel. Adik dari walikota Van Russdel yang meninggal beberapa  minggu lalu.

Pria tua yang duduk di kursi roda sekaligus penyelenggara pesta ini tersenyum seolah tak tersinggung dengan ucapan Victor. Dia adalah Geralnd D Jock, seorang pengusaha kaya raya dan juga salah satu penyokong dana pemilu. Ada dua bisnis yang dia jalani, baik itu legal maupun ilegal.

Hampir sebagian besar pusat perbelanjaan di seluruh Distrik adalah kepunyaannya, tapi dia juga memiliki bisnis perjudian yang tersebar di berbagai negara. Bisa dikatakan pria tua berumur tujuh puluh tahun itu merupakan seorang mafia. Tak sedikit bangsawan yang bekerjasama dengannya, dan hampir seluruh orang - orang dalam pemerintahan telah mengenalnya.

Dia masuk 10 besar pengusaha non bangsawan yang berpengaruh, bahkan pengaruhnya bisa sejajar dengan keluarga Fringer.

"Ya, aku memang sedang menjalani perawatan." Jawabnya. Berbeda dari umurnya yang beberapa tahun lagi akan seabad, fisik lelaki ini tampak bugar dengan rambut putih serta kumis putih tipis. Yang menjadikannya terlihat lemah dan renta ialah kondisinya yang harus duduk di kursi roda akibat penyakit yang dideranya sejak beberapa tahun silam.

"Bukankah di Distrik dua juga ada rumah sakit?" Imbuhnya melirik Victor lalu tersenyum ke arah tamu - tamu pentingnya.

Victor berdecak, "Ya, tapi bukankah kualitas rumah sakit di Distrik 3 dan 4 jauh lebih bagus? Kenapa harus di kaum biasa seperti ini."

Bibir Gerald kembali melengkung membentuk senyum tipis. Pria itu lalu  menggeser kursi rodanya menatap lukisan luar biasa indah yang dibelinya dari gadis di Distrik satu. Itu adalah lukisan pemandangan kota di Distrik ini. Dia menyukai lukisannya, dan ingin memesan lukisan lagi. Namun sayang si pelukis yang telah ia percayai dengan membayar uang di muka secara langsung dengan tak profesional merusak lukisan pesannanya.

Haa benar - benar. Padahal dia ingin melihat lukisan pandamandangan di semenanjung danau yang begitu indah nan memukau. Bintang - bintang malam, bersatu padu dengan lampu - lampu kota menambah kesan syahdu. Karena itu tidak berhasil, oleh karena itu dirinya sendiri ya g sengaja mengadakan pesta malam di danai ini sembari melihat pemandangan yang ia impikan secara nyata.

"Bukankah di sini sangat tenang." Ujarnya. Manik birunya memandang ke depan. Air danau tampa ombak yang menggenang itu terlihat damai dan tenang. Sama sekali tidak ada suara berisik seperti halnya ketika kapal pesiarnya berada di lautan lepas.

Deburan ombak dan semilir angin laut baginya membuatnya berisik.

"Aku ini sudah tua. Penyakitku tak bisa disembuhkan dengan obat. Aku hanya butuh tempat yang damai dan tenang." Jeda sejenak, "Dan distrik tiga maupun empat bukanlah tempatnya."

"Jika aku masih berada di sana, bukankah kemungkinan aku yang mati lebih dulu dari pada kakakmu, Van Russdel." Imbuhnya yang sontak membuat tamu pesta itu terdiam pun dengan Victor yang langsung tertohok.

Black MilitaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang