46. Ujian The Duel (B)

172 44 1
                                    

Tulisan yang tertera di papan layar masih terus bergulir bersamaan dengan suara wanita yang memberikan interuksi - interuksi terkait ujian The Duel ini. Para siswa maupun siswi juga masih berdiri di sana, mendengar dan memperhatikan seksama insteruksi - interuksi yang dibacakan.

'2) Ujian The Duel ini akan dibagi menjadi empat tahap.'

Para siswa sontak mengernyit tak mengerti akan tahap yang dimaksud.

Tahap pertama untuk kelas tinggi. Tahap kedua untuk kelas sedang. Tahap ketiga untuk kelas rendah. Yang artinya duel ini ditentukan berdasarkan tingkat kekuatan mereka. Tetapi apa maksudnya dengan tahap ke-4?

Dan tahap ke empat, semua siswa tak terkecuali akan dipilih secara acak dan dikelompokkan menjadi lima - enam orang berdasarkan kemenangan mereka di tahap sebelumnya. Dan dari ke lima orang tersebut akan bertarung untuk memperebutkan lencana emas. Dua yang bertahan akan mendapatkan lencana emas yang masing - masing bernilai 100 poin. Dan dua yang bertahan itu, bisa berduel untuk memilih memperebutkan lencana emas mereka.

Para siswa sontak tersentak, mereka saling melempar pandang dan bergumam. Ada yang melayangkan protes, ada yang begitu semangat dan tak sabar untuk segera melaksanakan ujian.

Bukankah hal ini akan menguntungkan bagi siswa yang memiliki kekuatan tinggi? Untuk siswa yang lemah, jangan harap bisa mendapat lencana emas. Dan tak hanya itu, bagi yang sudah bertahan dan mendapat 1 lencana emas, mereka juga belum bisa bernafas lega lantaran masih harus mempertahankan lencana itu dari pemenang yang lain.

Bukankah ini seperti mengadu domba?

Para siswa dengan keterampilan biasa tentunya akan berpikir seperti itu. Namun tidak dengan yang merasa mampu dan memiliki kekuatan di atas rata - rata. Mereka tentunya tak sabar mendepak para saingan.

“Hah, aku tak sabar memperebutkan lencana emas darimu, Leon?” Sebastian melirik Leon yang berdiri di sampingnya. Sengaja menyenggol bahu temannya yang sedari tadi hanya terdiam.

Leon tak membalas. Dia menatapi layar itu lalu menoleh ke arah barisan makhluk - makhluk lemah berada.

Beberapa meter darinya, tampak siswa - siswi dari kelas Grand B yang bergumam tak setuju. Raut mereka juga dipenuhi dengan kepanikan. Seolah langsung menyerah sebelum ujian dilaksanakan. Netra biru Leon lalu tertuju ke arah dua anak baru yang sama sekali tidak bisa ia usir.

Di sana ada si Sabin, gadis yang juga terhitung merupakan anak baru di akademi ini. Dalam kurun waktu yang nyaris setahun ini, gadis itu tentunya sudah mempelajari gerakan - gerakan kemiliteran dan cukup terampil dalam olah fisik. Namun kekuatan gadis itu yang hanya bisa mendeteksi sesuatu tentunya tidak bisa diandalkan ke dalam ujian Duel ini. Dia kemungkinan pasti akan kalah melawan anak lain dan pastinya bisa mengalami cidera.

Yang terparah adalah perempuan di sebelahnya. Cecil. Sudah baru masuk ke dalam akademi, tidak memiliki kekuatan supranatural, keterampilan dan kemampuan apapun, bahkan olah fisik ala kemiliteran pastinya juga tidak. Dapat dipastikan bahwa gadis itu akan kalah dan menjadi bulan - bulanan anak - anak lain. Dia pasti akan cidera, yang terparah nyawa gadis itu akan melayang.

Semua tentunya sudah tahu, bahwa orang biasa tanpa latihan khusus jika mendapat serangan seperti pukulan, tendangan atau apapun itu terlebih jika menyerang organ dalam, kemungkinan orang biasa akan langsung terbunuh. Karena mereka memiliki ketahanan fisik berbeda dengan orang - orang yang sudah mendapat pelatihan. Bahasa mudahnya, orang yang sudah dilatih pasti memiliki tubuh yang kuat hingga hanya mendapat pukulan atau sedikit tendangan tidak akan berdampak dengan organ dalamnya. Berbeda dengan orang yang sama sekali tidak mendapat pelatihan.

'3) Tahap Duel yang keempat itu akan berlangsung di padang Noel.'

Kali ini mata Leon melebar, jantungnya sudah seperti disambar petir. Sangat terkejut luar biasa.

Black MilitaryWhere stories live. Discover now