22. Mengatasi Leon

232 61 1
                                    

Langit di luar sana sudah mulai gelap. Namun sekeras apapun dirinya berteriak, tidak akan ada yang bisa mendengarkan atau lebih tepatnya tidak ada seorangpun di luar sana yang tak mengacuhkannya. Sherly hanya bisa merebahkan dirinya ke lantai marmer yang dingin. Menggeliat - geliat, berusaha berjam - jam melepaskan tali yang membelit tubuhnya. Jika sampai nanti tali ini tidak kunjung terlepas, bisa dipastikan dirinya akan menjadi ikan beku yang terbaring di lantai yang dingin. Apalagi di daerah ini semakin malam udara akan semakin dingin menusuk.

Anak - anak itu memang sangat kejam. Tidak hanya meninggalkannya terkurung sendirian di sini tetapi juga mengikatnya. Sungguh keparat.

Manik kelam Sherly kemudian bergulir ke atas, melirik CCTV yang berada di pojok ruangan. Entah siapapun itu, pasti ada seseorang yang tengah mengawasinya melalui CCTV. Sherly yakin itu dan mungkin saja orang yang tengah mengawasinya sekarang ialah Leon Hassel atau ketiga anak buahnya.

Lelaki itu pasti sedang duduk santai di sofanya sembari memakan permen favoritnya lalu menyeruput soda dan memegang popcorn terlihat sangat terhibur menonton pertunjukkan di balik CCTV. Bocah itu pasti berharap dirinya akan murung lalu menangis lantaran ditinggal terkurung sendirian di dalam ruangan yang sebentar lagi akan benar - benar gelap dengan lampu yang tentu saja belum dinyalakan.

Siapa pula yang akan menyalakan lampu jika orang satu - satunya yang ada di ruangan itu tidak bisa bergerak karena tubuh terikat.

Dan apa yang Sherly tebak benar adanya. Di bascamp laki - laki itu yang tampak mewah, Leon sedari tadi menatap layar kaca yang terpampang di depannya. Lelaki itu tak bisa berhenti tersenyum saat melihat usaha Sherly yang sedari tadi mencoba melepaskan ikatan yang membelit tubuhnya.

"Gadis itu bergerak - gerak bagai cacing. Menggelikan sekali." Leon tertawa. Tak pernah berhenti melepas pandangannya dari artis utama yang ada di layar kaca tersebut.

"Rasakan, kau tidak akan bisa melepas ikatan itu." Leon kembali tertawa. Dan ketika di luar sudah mulai petang, dimana matahari sudah mulai tenggelam ke dalam selimut halus yang disebut awan, ruangan yang berada di dalam CCTV yang beberapa jam lalu masih terlihat jelas, kini perlahan - lahan juga mulai menggelap. Visual yang tertangkap dalam CCTV itu juga sudah mulai tak berwarna lantaran kegelapan yang melingkupi. Yang bisa Leon lihat sekarang hanyalah gambaran hitam putih di layar kaca itu.

Ketika soda dan permennya habis, Leon kemudian bangkit berdiri. Pria itu meninggalkan CCTV sejenak untuk kemudian mandi lalu melaksanakan rencananya selanjutnya.

Ohh, mengurung gadis itu saja terasa kurang memuaskan. Kemungkinan Cecil August juga belum jera. Hanya dikurung, anak itu kemungkinan masih baik - baik saja. Jadi dia akan memberikan efek kejut yang selanjutnya di malam yang terasa panjang ini.

"Cecil August, bukankah kau sudah menantangku." Gumam Leon tanpa rasa bersalah.

Sementara itu masih di ruangan yang sama dalam CCTV itu, akhirnya Sherly bisa melepas ikatannya. Wanita itu mengatur nafasnya sejenak, sebelum kemudian bangkit, mencari sakelar lampu untuk menerangi ruangan ini.

Demi Tuhan, dirinya juga tidak mau berada di dalam kegelapan apalagi sendirian di ruangan yang tertutup dan asing ini.

Setelah berhasil menyalakan lampu, Sherly seketika menghela nafas lega. Perempuan itu melepas jas hitamnya untuk kemudian meleparnya menutup CCTV di ruangan itu.

Dia tidak akan membiarkan seorangpun mengawasinya seperti ini.

'Leon si bocah bedebah sialan itu pasti tertawa - tawa sekarang bersama anak buahnya.' Desis Sherly.

Black MilitaryWhere stories live. Discover now