36. Ujian Perburuan (C)

235 50 3
                                    

Makhluk sebesar bola tenis berwarna pink dengan telinga panjang layaknya kelinci itu meloncat - loncat ketika telah dilepaskan dari kurungan besi yang menjeratnya beberapa lama. Mata bulat bening Hide Daemon itu melirik ke kanan dan ke kiri memastikan tidak ada siapapun di area tersebut sebelum kemudian mereka berpencar masuk ke dalam hutan yang lebih dalam. Mencari tempat bernaung maupun mencari tempat bersembunyi agar tidak ada pemangsa yang menangkapnya lagi.

Telinga salah satu Hide Dragon itu bergerak - gerak ketika menangkap suara asing yang tak jauh dari tempatnya berada. Telinga monster lucu itu sontak berdiri tegak saat menyadari bahwa suara langkah kaki yang datang itu bukanlah suara dari sejenisnya.

Daemon kecil itu seketika memepet ke arah batang pohon yang tak jauh dari tempatnya berada dan memejamkan matanya yang sedetik kemudian tubuh berwarna pinknya berubah menjadi cokelat kehitaman dengan tekstur garis - garis persis seperti batang pohon.

Bila tidak benar - benar teliti, tidak ada yang tahu bahwa di pohon oak tersebut ada satu Hide Daemon yang berdiri bersandar pada pohon.

"Tidak sampai dua jam, aku pasti bisa menemukan Hide Daemon." Bernard berseru percaya diri. Dia berjalan dengan sombong tepat melewati pohon tempat dimana monster itu berdiri.

Perempuan dari kelas Grand B yang menjadi rekannya itu hanya menatap abdi setia Leon dengan pandangan tak yakin.

"Ekspresi apa itu? Kau tidak yakin padaku?" Bernad tercengang saat melihat pandangan wanita di sampingnya. "Haa..... sial. Kau benar - benar tidak yakin padaku ya!"

Gadis di sampingnya hanya meringis dan tidak menjawab pertanyaan laki - laki itu. Sejujurnya dia benar - benar tidak yakin. Jangankan satu jam, bahkan lima jam saja dirinya tidak tahu apakah bisa menemukan Hide Daemon yang tak hanya terkenal akan kemampuan mimikrinya, tetapi juga kemampuan pendengaran mereka yang sangat tajam.

Ada makhluk asing sekecil apapun, Hide Daemon akan langsung tahu. Itulah mengapa batas waktu ujian ini sampai menjelang sore.

***

"Kita harus berdoa jangan sampai bertemu Daemon tingkat tinggi." Ujar Sherly kepada Zavier yang saat ini tampak menghentikan langkahnya dengan tubuh gemetar serta berkeringat kala mereka mulai masuk ke dalam hutan.

Ohh ya ampun, Demi Tuhan. Mengapa dirinya sungguh sial?

Tidak bisakah mereka memberinya rekan yang kompeten? Ini sungguh pengaturan yang tidak adil.

Si Maria itu mendapatkan Maxwell. Bagaimanapun juga, dirinya sudah pernah melihat kemampuan Maria kala pertama kali mereka berjumpa. Maria tampil sangat keren. Lalu Maxwell, pemuda pendiam super acuh itu pastilah juga sangat hebat. Dari sikap tenangnya itu saja meski berada di dalam kelas Grand B, sudah bisa menjelaskan kalau laki - laki itu bukanlah kaleng - kaleng. Dan seperti apa yang Sabin katakan bahwa Maxwell merupakan pasukan inti dan juga salah satu anggota Ksatria Langit. Ksatria langit itu sendiri merupakan julukan untuk prajurit terhebat di dalam akademi.

Lalu si Boby pria bertubuh tambun itu mendapatkan Sebastian. Meski belum tahu kekuatan si kribo itu, Tetapi ia bisa menebak bahwa si kribo itu mempunyai kekuatan yang besar, dilihat dia bergaul dengan Leon dan juga dari kelas Grand A. Boby sendiri juga mempunyai kekuatan supernatural.

Lalu Sabin mendapatkan Leon. Ya, dirinya sebenarnya sama sekali tidak berpikir untuk satu rekan dengan pria itu. Tetapi sekarang dia jadi memikirkannya. Seandainya Leon menjadi rekannya, setidaknya dia tidak akan bingung seperti ini.

Haaa... benar - benar tidak adil. Benar - benar pilih kasih. Heuuu..... Sherly menghela nafas lalu sedetik kemudian tubuhnya menegang saat pikiran kembali terlintas.

Black MilitaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang