48. Sudah menerka

186 49 3
                                    


"Siapa yang merubah data?"

Para guru berkumpul membahas pangaturan ujian yang tiba - tiba berubah. Siswa yang bernama Cecil August dari kelas Grand B yang seharusnya bertanding dengan Sabin Bendley dari kelas yang sama dengan tingkat kemampuan tidak terlalu jauh secara mengejutkan berganti dengan siswa lain yang tingkat kemampuannya begitu mencolok dengan si anak baru.

Sudah dipastikan bahwa siswi yang bernama Cecil August itu pasti akan kalah melawan Robin Guzalt. Padahal para pembimbing selama ini sudah benar - benar memilah dan menyeleksi secara seksama para siswa dan siswi berdasarkan tingkat kemampuan mereka selama menjadi murid Black Militer. Hal itu dilakukan untuk menghadapi ujian - ujian semacam ini.

Tetapi hari ini ketika semua data pembagian peserta sudah diserahkan kepada panatia dan diuplod oleh sistem dimana sebelumnya data tersebut sudah dipastikan tak salah melalui beberapa kali peninjauan, tiba - tiba nama peserta Duel berganti. Dan menurut peraturan yang sudah - sudah, peserta The Duel yang telah diumumkan tidak bisa diganggu gugat alias tidak bisa dirubah kembali apapun yang terjadi. Sehingga tentunya apa yang terjadi kepada gadis bernama Cecil August itu harus dijalankan sesuai pengumuman yang telah tersebar.

"Kami sudah memastikan bahwa daftar nama peserta ujian dengan benar dan tepat. Dan itu kami teliti tidak hanya satu atau tiga kali, bahkan berkali - kali untuk memastikan nama yang tertetera tidak salah dan kami juga membaginya dengan adil." Ujar Miss Xenna yang juga merupakan wakil kepala sekolah.

"Jadi apakah ini salah pihak panitia ujian?" Tanya Mr. Jack, manik birunya menyimpit meneliti satu persatu guru yang terlibat dalam pembagian ujian. Pun dengan operator sistem.

"Penyerahan data serta penguplodan ke sistem telah disaksikan semua guru dan para master. Jadi bisa dipastikan tidak ada kekeliruan." Jawab Miss Xenna mantab.

"Berarti ada yang merubah data tepat di saat pengumuman berlangsung." Netra biru sang kepala sekolah sontak menyorot ke tiga orang panitia yang bertugas sebagai operator sistem.

Ketiga pria itu sontak menegang dengan raut cemas. Bukan karena merekalah pelakunya, melainkan lantaran takut menjadi pihak tersangka. Pasalnya mereka benar - benar tidak melakukannya dan langsung menayangkan slide data tersebut ke dalam layar pengumuman tanpa merubah apapun. Lagipula juga tidak akan ada yang bisa merubah data begitu saja.

"Kalian bertiga ke kantorku sekarang!" Perintah Kepala sekolah yang seketika berbalik pergi menuju ruangannya diikuti ketiga pria yang dimaksud.

***

"Heh anak baru, turut berduka ya." Trinity dan kawanannya menghampiri Sherly, sengaja memberi perempuan itu selamat atas rival duel yang akan dia hadapi.

Tetapi tentu saja mereka ke sana bukan karena simpati melainkan senang sekaligus mengejek.

"Terimakasih, tak ku sangka kalian begitu peduli padaku." Balas Sherly. Ia melengkungkan bibirnya membentuk senyum haru. Tentu saja haru yang dibuat - buat.

Cih.

Anak - anak ini benar - benar kurang kerjaan. Repot - repot menghampirinya hanya untuk mengatakan ini. Duh benar - benar kekanakan.

Mereka pikir dia akan takut atau terkonfrontasi? Hih... Tidak sama sekali. Bagi Sherly, gadis - gadis ini tak lebih dari anak SD yang suka sekali mencari perhatian.

"Ayo Sabin, kita pergi." Ajak Sherly yang langsung menarik tangan Sabin kembali ke asrama. Tak mau meladeni tingkah gadis berambut merah ini.

Tentunya mereka masih terus ingin merisaknya.

"Cecil, ketahuilah anak seperti mu tidak pantas menjadi bagian dari Black Militer."

Langkah Sherly terhenti sejenak saat Trinity kembali meluncurkan kalimat ejekannya sekaligus peringatan.

Black MilitaryWhere stories live. Discover now