19. Maria Wenberg

214 52 3
                                    

Ruangan itu gelap. Mengirimkan nuansa kelam dan sunyi di sana. Namun ketika lampu di ruangan itu dinyalakan, suara gemuruh, geraman, erangan, riuh maupun suara desisan seketika terdengar.


Puluhan Daemon berbagai jenis terkurung di sana. Sepasang kaki tampak melangkah mendekati para Daemon yang terkurung. Daemon - daemon itu tentunya saling mengeram, mendesis, menabrakkan tubuh mereka ke dalam kandang berharap bisa menghancurkan penjara itu. Namun tentu saja semua akan berakhir sia - sia lantaran selain kurungan itu terbuat dari besi berkualitas tinggi, kurungan itu juga dilapisi oleh kekuatan pelindung. Kekuatan yang membuat energi para Daemon itu melemah, dan apabila para daemon itu memaksa untuk tetap menghancurkan kurungan besi itu~ sebuah penghalang tak kasat mata seperti aliran listrik seketika menyala dan melumpuhkan Daemon itu membuat mereka serasa seperti tersengat.


Langkah laki - laki itu lalu terhenti kepada kurungan yang lebih kecil. Leon diam sejenak seolah menimang - nimang sesuatu. Lalu beberapa detik kemudian setelah dirinya membulatkan tekad, Leon mengambil kurungan itu dan meninggalkan ruangan tersebut. Hanya dari jentikkan jarinya lampu yang menerangi ruangan itu sontak kembali redup.


"Leon, apa kau yakin soal ini?" Sebastian yang sedari tadi menunggu di depan pintu mengikuti temannya. Dia melirik dua ekor Daemon berukuran sebesar kelinci dengan bulu - bulu lebat berwarna merah jambu, bermata satu tanpa hidung. Daemon itu mentapanya, namun hanya terdiam sembari menggulung tubuhnya bagai kucing yang tengah tertidur.


"Aku yakin." jawab Leon. Pria itu lalu meloncat keluar dari ruangan kakeknya kemudian meloncat lagi menuju atap - atap ruangan. Pria itu lalu berhenti di atas atap gedung sekolah, "Aku harus segera mungkin menyingkirkan anak itu dari sekolah ini." Leon mengangkat kandang Daemon itu, "Teror untuk anak yang bebal." Jeda sejenak sudut bibrinya terangkat, "Lagipula ini Daemon tingkat rendah. Tidak akan membuatnya mati." Imbuhnya. Leon kemudian membuka kurungan tersebut lalu melempar Daemon itu keluar mengarahkannya ke tempat yang dimaksud.


Sebastian yang melihat itu hanya menggelengkan kepala tak habis pikir, tetapi ia mengukir senyum, "Kau benar - benar jahat Leon."


"Ya, aku mengakui itu."


"Kau tahu bukan, aku benar - benar membenci orang lemah." Imbuh Leon dengan mata birunya yang berkilattenang menatap kedua Daemon itu melesat ke asrama wanita. Tepatnya ke kamar targetnya berada.


***


BRAKKKKK


BRAKKKKK


Sherly membatu. Tubuhnya kaku. Dia menggertakkan giginya sembari meremat ujung pakaiannya menatap was - was ke arah jendela.


Sesuatu berusaha menerobos masuk ke kamarnya.


BRAKKKKK...


BRAKKKKKK...


Seiring hantaman demi hantaman terdengar, seiring pula degup jantungnya yang berdetak semakin kencang. Apalagi kini cahaya merah itu tampak berpendar semakin terang dan juga jendelanya sudah mulai retak.

Black MilitaryWhere stories live. Discover now