45. Ujian The Duel (A)

176 47 0
                                    

Para siswa akademi sudah memadati lapangan. Ujian selanjutnya akan diumumkan hari ini. Mereka tentunya belum mengetahui ujian apa yang nantinya akan diadakan. Hanya berharap bahwa ujian kali ini masuk dalam kategori ujian yang mudah.

Seperti sebelumnya, dalam ujian kali ini para siswa berlomba mengumpulkan 1000 poin untuk mencapai tingkat menjadi pasukan inti Black Militer. Poin tersebut diakumulasi sejak ujian pertama. Namun beberapa siswa yang sudah menjadi pasukan inti Black Militer mengikuti ujian dikarenakan demi naik ke tahap selanjutnya, yakni sebuah jalan untuk  menjadi seorang master.

Sherly sendiri tidak paham siapa saja siswa maupun siswi yang sudah masuk ke dalam pasukan inti. Awalnya ia mengira bahwa anak - anak dari kelas Grand A pastilah golongan pasukan inti. Namun ternyata bukan. Pasukan intti hanya untuk siswa - siswa yang sudah siap sedia, mempunyai kekuatan yang munpuni untuk menjaga serta melindungi masyarakat dari serangan Daemon. Bisa dikatakan prajurit inti sudah siap sedia dalam segala hal. Termasuk mati.

Di dalam pikiran Sherly yang tak menyukai hal - hal rumit, tentunya dia lebih memilih tidak mau menjadi pasukan inti. Mengapa 'harus?' jika pada dasarnya jalan mereka adalah mati. Nehi.

Sebuah suara interkom terdengar pun dengan lampu yang ada di papan layar besar yang terpasang di depan lapangan mulai menyala. Pertanda pengumuman akan segera tiba. Sherly dan anak - anak lain segera menegakkan badan. Mereka sontak terdiam dan mendongak  memperhatikan serta mendengar dengan seksama pengumuman yang ada di layar papan.

Sebuah tulisan menyala berwarna merah perlahan muncul di layar biru itu.

'UJIAN KE - 2'

( THE DUEL )

Semua siswa sontak melebarkan mata terkejut membaca tulisan itu. Bagaimana tidak, Duel itu berarti harus bertarung satu lawan satu yang biasanya dilakukan pada saat mendekati akhir tahap ujian, namun entah mengapa para master menggeser ujian tersebut ke tahap awal. Apalagi di dalam akademi ini, pertarungan Duel dilakukan dengan cara sebenar - benarnya. Bukan hanya formalitas sebagai aksi main - main para anak - anak yang hanya ajang memamerkan kekuatan mereka melainkan pertarungan untuk menunjukkan siapa yang terbaik. Aturannya mereka diperbolehkan melukai satu sama lain sampai lawan menyerah atau kemungkinan bertarung sampai......

Mati.

Leon terdiam. Dia melirik perempuan  yang berdiri tidak jauh dari tempatnya. Sherly tampak memasang wajah biasa, seolah sama sekali tidak keberatan akan ujian kali ini. Atau mungkin perempuan itu terlalu bodoh untuk memahami ujian Duel ala Black Militer.

Ya, anak baru itu pasti tidak tahu.

Bagaimanapun juga, ia belum sebulan berada di sini dan pastinya sama sekali tidak memahami seluk beluk Black Militer. Apalagi gadis itu juga belum menjalani semua pelajaran serta pelatihan kemiliteran. Dan rasa - rasanya, ujian tahun ini begitu berbeda dengan tahun - tahun yang lalu. Atau lebih tepatnya para master seolah mempercepat waktu  menyiapkan semua murid akademi untuk sesuatu hal dan juga menyeleksi para murid.

Yupz sesuai dugaannya sebelumnya. Hmmm..... Leon menipiskan bibir.

Pak tua itu sebenarnya apa yang ingin direncanakan? Apa dia sudah gila dengan tidak memikirkan ada anak baru tanpa skil apapun untuk tiba - tiba menjalankan semua ini.

Benar - benar.

Sementara itu, Sherly yang tengah menyimak pengumuman sejenak tertegun. Dia tidak tahu apa perasaannya saat ini. Jika dikatakan terkejut, entah kenapa dia sama sekali tak memiliki rasa itu. Mungkin karena dirinya sudah mempersiapkan diri dari awal semenjak masuk ke akademi, tentunya akan ada hal - hal seperti ini. Terlebih si Leon itu juga pernah memperingatkannya mengenai ujian ini.

Lalu perasaan cemas.... Ya, hal itu memang ada tetapi tidak terlalu. Takut, tentu saja. Tapi juga entah kenapa rasanya tidak semenakutkan saat menyadari bahwa lukisannya yang berharga dan dia buat dengan susah payah hancur begitu saja. Sherly seolah merasa seperti patung sekarang. Tanpa hati, tanpa pikiran dan sebagainya. Bagaimanapun dia sudah berada di sini dan harus mengikuti segala hal yang ada di akademi. Termasuk menjalani ujian.

Ya, begitu. Sherly mengangguk - ngangguk memantabkan diri. Lagipula daripada ujian, saat ini dirinya lebih cemas dan takut oleh keberadaan Aiden serta seseorang yang ingin membunuhnya.

Dan tidak jauh darinya, di tengah - tengah kerumunan. Seseorang menatap punggung Sherly dengan pandangan tak tebaca, tetapi ada kilat di matanya serta bibir yang tengah menyeringai seolah menemukan sebuah kesempatan.

***

Aturan DUEL.

1. Tidak boleh membunuh.

Begitu melihat hal itu, Leon seketika menghela nafas lega. Setidaknya ujian kali ini tidak seperti apa yang dia bayangkan sebelumnya yakni bertarung habis - habisan sampai lawan kalah, menyerah dan mati. Seperti pertarungan dalam club ilegal.

'Namun kalian boleh mengeluarkan semua kemampuan kalian untuk membuat lawan lengah dan sampai menyerah.'

'Kecacatan dalam suatu pertarungan tidak dihitung.'

Tubuh Leon kembali menegang mendengar suara yang ada di layar monitor itu. 'Kecacatan dalam suatu pertarungan tidak dihitung? Bukankah itu sama juga membuat lawan mati? Bertarung sampai babak belur dan tak berdaya. Bila pada saat itu, salah satu anak tidka sengaja menghilangkan nyawa orang lain, itu juga tidak akan dipermaslaahkan bukan?

Ini benar - benar.

Tak hanya Leon, hampir sebagain besar siswa dan siswi bereaksi sama. Mereka tentunya sudah paham akan semua itu. Malahan tidak sedikit dari mereka yang cemas dan panik. Bagaimanapun siswa - siswi akademi tidak semua akur. Mereka tentunya memiliki genk, perkumpulan sendiri ataupun teman yang mereka suka maupun tidak.

Bagaimana pun akademi ini berisi anak - anak dari semua Distrik. Baik itu Distrik 4 sampai Distrik yang dikatakan paling rendah pun, yakbi Distrik 1. Anak - anak berbakat dari segala distrik itu dikumpulkan dan dilatih di sini menjadi pasukan Black Militer. Dan semua juga dari berbagai kalangan, jabatan, alias kasta.

Tak sedikit keluarga bangsawan maupun keluarga - keluarga kaya yabg bermusuhan satu sama lain, baik itu secara diam - diam maupun secara terang - terangan. Anak - anak mereka tentunya juga mengikuti jejak para orangtua. Mereka sudah harus memilih siapa yang menjadi lawan maupun kawan. Dan kali ini adalah kesempatan yang pas untuk menghancurkan orang yang tidak mereka sukai.

Sabin yang sedari tadi menyimak seketika menundukkan kepalanya. Perempuan yang biasanya banyak bicara itu sontak terdiam. Wajah seputih salju dengan bintik - bintik hitam di pipinya itu mendadak semakin memutih namun sekarang tanpa rona.

Sherly menyadari perubahan diri Sabin. Manik kelamnya menangkap tangan gadis itu yang mulai gemetar.

Sabin ketakutan?

Sherly mendekat. Dia menggenggam tangan Sabin yang gemetar. Sabin sontak tersentak.

"Sabin tenanglah! Kita pasti bisa melewati ujian ini dengan lancar." Ujar Sherly menenangkan.

Sabin sejenak tercenung. Dia menatap tangan Sherly yang menggenggam tangannya. Seolah menyalurkan kekuatan penyemangat diri. Dia perlahan mendongak, melihat bibir temannya itu yang tersenyum lebar.

Ya, seharusnya dia tidak perlu secemas ini. Karena di sampingnya ada anak lain yang jauh lebih lemah darinya.

Sherly tentunya juga pasti sangat ketakutan. Tapi dia mencoba untuk tetap tersenyum. Dirinya seharusnya juga ikut tersenyum kan?

Mudah - mudahan lawannya Duel adalah anak baru ini. Cecil.

"Terimakasih Cecil." Sabin mengangguk dan balas tersenyum.

***


Black MilitaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang