42. Mantan Kekasih

246 51 1
                                    


Sepi.

Hanya dirinyalah satu - satunya yang terakhir kali mengumpulkan Hide Daemon ke meja pembimbing. Dan sialnya itu adalah kursi Aiden duduk.

Sherly meruntuki kesialannya ini. Susah payah dia menghindar tetapi pada akhirnya nasib membuatnya harus datang sendiri ke tempat laki - laki itu.

Aduh bagaimana?

Jika Aiden melihat wajahnya lalu mengenalinya bagaimana?

Sherly menelan ludahnya, mau tak mau dia harus mengumpulkan Hide Daemon ini demi mendapat poin.

Sherly lalu memutar otaknya. Mencari cara supaya kecil kemungkinan lelaki itu mengingatnya. Di sana dia melirik rekannya yang mendadak pingsan dibawa tandu. Lalu beberapa detik kemudian manik kelamnya berkilat ketika mendapat sebuah ide.

Ide ekstream tapi tak apa - apa demi kelangsungan hidupnya.

Sherly benar - benar nekad, ia setengah berlari menghampiri orang - orang yang membawa Zavier menuju ruang perawatan. Lihatlah darah menetes nyaris membaluri seluruh tubuhnya. Aroma anyir darah terasa begitu menyengat. Dan ketika dua orang perawat keluar mengambil obat serta perban baru, Sherly mendekat. Mengernyit ngeri ketika memikirkan apa yang hendak dia lakukan.

Ahhh.... Persetan! Semua demi keselamatannya.

Menahan nafas, Sherly mengelap darah yang mengalir di tubuh Zavier, lalu dengan nekad mengoleskan darah itu ke wajahnya sendiri. Dia ingin muntah, tetapi dia segera membayangkan bahwa darah itu adalah sebuah bedak untuk menutupi wajahnya.

Baiklah dengan begini wajahnya akan tersamarkan bukan?

Sherly berbalik dengan mantab bersamaan dengan dua perawat yang telah kembali. Kedua perawat itu tersentak melihat wajah Sherly yang dipenuhi darah.

Sherly refleks memasang wajah sedih, "Tolong rawat dan sembuhkan rekanku Zavier ya! Dia anak baik, dia harus pulih." Pintanya kepada dua perawat itu sebelum kemudian berjalan cepat pergi dari ruangan itu mengumpulkan Hide Daemon.

***

Jenderal Aiden dan dua master lainnya masih di sana, menunggu satu grup yang membawa Hide Daemon terakhir.

Jarum pasir sebagai penghitung berakhirnya ujian sudah hampir menipis, tetapi grup yang menemukan Hide Daemon terakhir belum terlihat batang hidungnya, tidak akan ada toleransi bila terlambat satu detik pun.

"Master."

Seorang siswi berjalan mendekati meja. Dengan begitu pelan seperti kura - kura sambil menunduk dalam. Wanita itu kemudian meletakkan botol berisi Hide Daemon ke meja Aiden.

Aiden yang sedari tadi menunduk membaca laporan mengangkat kepalanya. Keningnya berkerut memperhatikan cara siswi ini bersikap.

"Dari grup mana? Siapa namamu dan nama rekanmu?"

"Grup 38. Nama Ce~."

"Kau sedang bicara dengan tanah?" Pertanyaan sarkas Aiden membuat Sherly tersentak dan seketika mengangkat kepalanya menatap wajah jenderal di depannya.

Leon yang masih duduk di sebelah sepupunya yang sedari tadi tampak malas sontak menegakkan badan dan ikut tersentak. Bukan karena sentakkan Aiden, tetapi karena penampilan siswa perempuan yang berada di depan sepupunya.

"Heh, ada apa dengan wajahmu itu? Menakutkan sekali." Leon tidak bisa menahan diri untuk berkomentar. Wajah anak baru ini sudah seperti habis dibully saja.

Mengerikan.

"Darah siapa itu?"

Sherly menatap Leon, jika ekspresi bocah ini tampak syock, itu berarti penampilannya benar - benar mengerikan. Sudah tidak seperti manusia.

Black MilitaryWhere stories live. Discover now