60. Berkabung

212 60 5
                                    

Suasana mansion mewah keluarga Guzalt diliputi duka. Para kolega, sanak keluarga dan pihak akademi Black Militer turut hadir mengikuti upacara pemakaman Robin Guzalt. Mereka turut berbela sungkawa atas kematian putera kedua keluarga Guzalt secara mendadak. Dan para siswa - siswi di kelas yang sama dengan Robin Guzalt juga turut datang.

Peti jenazah pemuda sembilan belas tahun itu diturunkan ke liang lahat. Semua sontak menunduk, membaca doa demi doa dengan kidmat mengantarkan jenazah Robin ke peristirahatan terakhirnya.

Harry Guzalt dan Brenda Guzalt berdiri di depan makam. Membawa foto Robin yang tersenyum lebar dengan rambut punknya itu. Tak ada tangisan maupun raut sedih, yang ada mereka hanya terdiam. Seolah tidak tahu harus bereaksi bagaimana.

Di samping Harry Guzalt, berdiri pemuda tinggi tegap dengan seragam militer hitam berbintang lima menghiasi kemejanya. Topi ala.militer hitam berpangkat tinggi juga ia kenakan. Sosoknya terlihat mirip dengan Robin, hanya saja Justin memiliki paras yang lebih bagus, tegas dan dewasa.

Dan Justin juga merupakan salah satu master dalam Black Militer. Dan pada saat kejadian, Justin tidak sedang berada di akademi menyaksikan pertandingan itu.

Seperti kedua orangtuanya, Justin hanya terdiam. Tak menampilkan riak apapun di wajahnya. Dia hanya berdiri tegap lalu menaburkan bunga untuk mendiang adik tirinya, Robin.

Dan saat ini di akademi Black Militer, meski tak terlalui tampak suasana kehilangan menyelimuti, namun ujian the Duel yang hari ini harusnya dilangsungkan menjasi ditunda selama satu hari.

Bagaimanapun kematian salah satu kerabat master Black Militer menjadikan kegiatan dalam akademi sedikit terhambat. Apalagi kematian Robin masih mebimbulkan tanda tanya. Dan perlu diselidiki lebih jauh siapa yang sengaja memasukkan serangga pengendali ke tubuh anak itu. Dan siapa yang mempunyai serangga yang bahkan sudah dikatakan musnah.

"Cecil, bagaimana keadaanmu?" Sabin duduk di dekat ranjang. Menjenguk sahabatnya yang masih mendapat perawatan di klinik akademi.

"Aku sudah tidak apa - apa." Jawab Sherly. Dia setengah duduk dengan menyandarkan punggungnya ke kabin ranjang.

Sabin tahu bahwa Sherly masih belum baik - baik saja mengingat pukulan Robin Guzalt kemarin benar - benar menyakitkan. Bahkan bisa dibilang seharusnya yang kehilangan nyawanya ialah Cecil. Tetapi sungguh mengejutkan bahwa Robinlah yang tewas.

"Aku membakanmu bubur. Makanlah!" Sabin menyodorkan bubur ayam yang masih hangat dan mengepul menyuarkan aroma lezat.

Sherly tersenyum berterimakasih. Jeda sejenak sebelum dia memakan buburnya, Sherly mendongak menatap Sabin.

"Apakah hari ini pemakaman Robin?"

Sabin mengangguk, "Ya. Kemarin keluarganya langsung menjempuit jenazahnya. Dan hari ini dimakamkan di pemakamam umum."

Sherly diam sejenak. Lalu menghela nafas.

"Aku tak menyangka dia meninggal."

Sabin mengangguk, "Aku juga."

"Semuanya juga tak menyangka. Padahal kau tahu, saat dibawa ke ruang perawatan Robin masih sadar dan sempat berbicara lho. Tapi secara mengejutkan malamnya pria itu meninggal."

Sabin mendekat. Lalu berbisik, "Ada yany mengatakan kalau Robin memang sengaja dibunuh."

"Kau tahu tidak kalau ternyata ada serangga pengendali di tubuh Robin." Sabin mulai bercerita apa yang dia dengar dari gosip yany beredar.

Kehebohan adanya serangga pengendali di tubuh Robin seketika tersebar. Dan semua siswa bertanya - tanya mengenai mengapa serangga langka tersebut tiba - tiba ada si tubuh anak itu.

Black MilitaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang