8. Serangan Pertama

1.1K 184 19
                                    

Byurrr!!!

Sebuah ember berisi air tiba - tiba meluncur jatuh begitu dirinya membuka pintu kelas. Perempuan yang baru saja mengisi perutnya di kantin sekolah sontak terbelalak terkejut ketika air meluncur jatuh mengguyur tubuhnya mulai dari ujung rambut sampai kaki.

Semua basah.

Sherly kuyup. Rambutnya yang sudah lurus kini menjadi semakin lurus karena lepek. Seragam sekolahnya pun menjadi mengerut seolah tengah mengecil. Tetesan - tetesan air yang menempel di pakaiannya jatuh membasahi lantai.

Suara tawa terdengar. Sebagian besar siswa - siswi tampak terhibur dengan apa yang terjadi. Beberapa ada yang mengabadikannya dengan ponsel, namun beberapa juga ada yang hanya diam. Memilih memalingkan wajah atau tertidur acuh tak acuh.

Ini benar - benar menyebalkan.

Sherly menipiskan bibir. Meremat kedua tangannya kesal. Sabin di belakangnya hanya terdiam dengan mata melebar juga sangat terkejut dengan peristiwa yang baru saja terjadi.

Tidak menyangka bahwa aksi penindasan ini akan terjadi begitu cepat. Kelereng hijaunya bergulir, menatap punggung teman barunya yang gemetar. Anak baru ini pasti sangat syock dan ketakutan sekarang, sama seperti dirinya dahulu kala.

Sabin hati - hati mendekat. Mengulurkan tangan menyentuh bahu Sherly, "Ce... Cecil, kau tidak apa - apa?" Bisiknya. Tentu saja dia sangat tahu bahwa gadis itu sedang tidak baik - baik saja sekarang. Tetapi entah kenapa dengan bodohnya dia tetap menanyakan hal itu.

Dia tidak tahu harus bereaksi apa lagi.

Sementara itu, Sherly yang dengan kondisi basah dan menjadi tontonan itu hanya terdiam. Manik kelamnya lalu bergulir menatap laki - laki yang duduk di kursi paling akhir tepat di pojokan. Lelaki itu hanya terdiam menenggelamkan wajahnya ke dalam jaket hitam yang ditutup sampai ke leher. Matanya terpejam tampak tak menggubris kehebohan apapun yang terjadi di dalam kelas ini.

Tanpa kata, Sherly kemudian mendekat ke arahnya. Setengah menggebrak meja dia berucap, "Hey kau ~ ketua kelas. Mengapa kau hanya diam ketika di dalam kelasmu terjadi penindasan? Tidakkah seharusnya kau melerai semua ini?"

Maxwell perlahan membuka mata. Dia hanya menatap Sherly tanpa sepatah kata yang muncul di bibirnya. Lelaki itu kemudian dengan acuhnya kembali tidur.

"Hey kau!" Sherly geregetan, "Aku sedang bicara padamu, bocah?"

"Su... Sudah Cecil, lebih baik bersihkan dirimu sekarang!" Ujar Sabin yang menarik lengan Sherly agar gadis itu menjauh. Maxwell tidak terlibat dengan semua ini.

Ck.

Sherly menghiraukan Sabin. Perempuan itu masih menatap Maxwell menuntut jawaban dan pertanggung jawaban. Bagaimanapun sosok di depannya ini adalah ketua kelas. Itu berarti dia adalah pemimpin di sini, yang bertanggung jawab di kelas ini. Segala apapun tindakan berlebih teman - temannya, setidaknya dia menegur mereka. Bagaimana bisa seseorang dengan terang - terangan meletakkan sebuah ember berisi air di atas pintu masuk dan itu dilakukan ke dalam kelas dimana semua anak - anak di sini tentunya bisa melihatnya.

Kenapa tidak ada satupun yang menegur orang yang dengan usilnya meletakkan ember itu? Bahkan si ketua kelas, orang pertama yang dia temui kala dia menginjakkan kaki ke tempat ini. Bahkan kepala sekolah saat itu juga menyuruh Maxwell Fringer untuk membantu dia bukan?

Tetapi lihat apa yang dilakukan bocah itu. Malah tidur seolah tak ada keributan yang terjadi.

Ini benar - benar menyebalkan.

Kening Maxwell mengernyit tak nyaman ketika si anak baru itu masih berada di dekatnya. Mengocehinya panjang lebar. Bahkan mejanya terasa berguncang - guncang saat Sherly menekan meja itu dengan punggung tangannya. Anak - anak yang lainnya pun juga tengah menontonnya.

Black MilitaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang