56. Sabin Vs Jovan (B)

125 48 0
                                    

Sabin benar - benar terpojok dan kesulitan sekarang. Beberapa kali ia ditendang dan setiap kali dia hendak melawan, Jovan selalu mundur kembali menembus keluar kerangkeng cahaya yang mengelilinginya.

Sabin terus maju dan mencoba untuk keluar dari kungkungan sinar itu, namun sinar tersebut tak pernah membiarkannya untuk keluar dan terus menjebaknya sehingga Jovan bisa dengan leluasa menghantamnya. Memukul mundur dirinya sampai tumbang dan kalah dari ujian ini.

Sabin menggertakkan giginya. Ini tidak boleh terjadi. Dia tidak boleh kalah. Tidak mau.

BUGGHHH!!

Kembali, sebuah pukulan kini mendarat di punggungnya membuat Sabin harus menahan perih berkali - kali. Tendangan Jovan memang tidak terlalu kuat, akan tetapi jika pria itu terus memukulinya seperti ini dan menendangnya di organ - organ internalnya, lama kelamaan dirinya juga pasti akan tumbang. Oleh karena itu dia harus memitar otaknya memikirkan cara lain untuk keluar dari sini.

Tapi apa ya?

BUGGHHH!

Tendangan selanjutnya kembali dilayangakan.

BUGHHHHHH!

Satu tendangan lagi di punggungnya.

BUGHHHHH!!

BUGhHHHH!!

Sabin kini benar - benar terhuyung mundur. Punggungnya terasa panas dan nyeri. Pasti sudah berwarna merah sekarang.

Dia ingin menyerah saja. Tapi....

Tidak - tidak. Dia harus menang. Tidak boleh kalah. Merogoh saku pakaiannya, Sabin mengambil obat pereda nyeri lalu meminumnya. Dan lewat obat itu, konsentrasinya juga semakin kuat.

Sabin memejamkan mata. Berpikir. Lalu....

Jantungnya erasa berdetak semakin kencang seiring pil yang ia minum menyebar ke seluruh tubuhnya. Dan tak hanya otaknya yang bisa berkonsentrasi dengan baik, namun seluruh inderanya terasa semakin membaik.

Jika matanya terlalu silau karena cahaya, maka dia akan menggunakan indera lainnya. Yakni pendengaran.

Pil ajaib yang dibeli orangtuanya khusus untuk dirinya saat menghadapi hal - hal seperti ini memang sangat berguna.

Lalu ketika Jovan kembali maju dan hendak memberi pukulan lagi di punggungnya, indera pendengaran Sabin yang kini menjadi begitu peka seketika dapat mendengar suara peergerakan tangan Jovan di belakangnya. Alhasil Sabin dengan cepat berputar lalu meraih tangan Jovan kemudian memelintirnya.

Jovan tampak terkejut dan laki - laki itu tak bisa menghindar saat Sabin memutar tubuhnya dan menghantamkannya ke lantai stadion itu.

Cahaya seperti lampu yang ia miliki sontak meredup.

Semua mata tercengang melihat Sabin dapat memukul balik Jovan.

Sherly yang tadi ikut bertaruh sontak menoleh ke arah siswa - siswi di sebelahnya. Dia menang mereka dengan senyum, pun dengan banyaknya uang yang berada dalam kantong salah satu siswa. Hasil dari kumpulan taruhan.

Tatapan Sherly seolah berkata bahwa, 'Uang itu milikku.' Hahaha. Tetapi ini tentunya bukanlah yang terakhir. Pertandingan duel antara Sabin dan Jovan belum selesai.

Kedua orang itu malah.....

Kening Sherly mengernyit. Pun dengan seluruh siswa - siswi akademi saat melihat Jovan yang sudah terpental terbatuk - batuk lalu perlahan berdiri dengan Sabin yang mendekat maju mengulurkan tangannya untuk membantu pria itu berdiri.

Jovan tersenyum, pun dengan Sabin.

"Bagus. Kau bisa menjatuhkan ku." Ujar Jovan. Laki - laki berkaca mata itu kini membenahi kaca matanya yang sempat jatuh. Dia tersenyum, "Sesuai janji, kita akan melakukan aoa yang kita sepakati sebelumnya." Imbuhnya.

Sabin mengangguk. Lalu dari kursi penonton, ada salah satu anak yang melemparkan sesuatu ke arah stadion. Bentuknya tampak kecil dan tipis.

Itu adalah sebuah jarum.

Sabin dan Jovan menoleh menghadap para master.

"Master, ini adalah pertandingan Duel kan? Duel bukan berarti bertarung fisik, tetapi juga bertarung untuk memenangkan hal lainnya."

"Kami memutuskan untuk melakukan sesuatu yang lain. Yakni memcari jarum yang tadi telah dilemparkan ke stadion." Ujar Jovan dam Sabin.

Seluruh siswa tercengang. Pun dengan Sherly. Dan para master juga mengangguk, menyeujui apa yang akan mereka lakukan.

Ya, ujian The Duel ini adalah ujian yang menggunakan trik. Terserah oeserta mau melakukan apa, tetapi yang jelas mereka harus melawan satu sama lain agar memenangkan sesuatu. Dan apa yang Jovan dan Sabin lakukan saat ini ialah mencari jarum di dalam stadion itu. Siapa yang berhasil menemukannya lebih dulu, maka dialah pemenangnya dsan berhak mendapatkan poin.

Ya, inilah yang Sabin dan Jovan sepakati sebelumnya. Sebelum bertanding, mereka sama - sama bersepakatan agar pertandingan ini adalah pertyandingan yang seimbang menurut kekuatan mereka.

Jovan sadar bahwa tubuhnya lemah dan sering sakit, oleh karena itu dia tak mau bertanding dengan menggunakan fisik. Namun mencari jarum di dalam stadion baru akan ia setujui jika Sabin mampu mendorongnya mundur.

Dan Sabin tentu saja mau menerima kesepakatan itu lantaran juga cukup menguntungkan untuknya. Apalagi Sabin juga tahu, Jovan bukanlah lelaki bodoh. Fisiknya memang lemah, tapi otak anak itu juga cemerlang. Secemerlang kekuatannya. Itulah sebabnya Jovan bukanlah salah satu siswa yang bisa diremehkan seperti dirinya.

Meski Sabin bisa menumbangkannya, tapi dirinya juga tidak tahu trik cahaya apalagi yang akan Jovan lakukan untuk mengalahkannya. Daripada dirinya dibantai habis, mending ia menerima kesepakatan ini.

Dan begitulah, dengan kekuatan pendeteksinya.... Ia akan menemukan jarum silver di luasnya stadion itu. Begitupun Jovan, dengan kekuatan cahaya lampunya, ia bisa menerangi lantai stadion itu dan mencari dimana keberadaan jarum tersebut.

Waktu tinggal tujuh menit lagi dab mereka harus bergegas.

Sabin memejamkan mata. Dia berlutut lalu meletakkan tangannya ke atas lantai. Dia membayangkan bentuk jarum serta warnanya, lalu sedetik kemudian saat dirinya menyentuh lantai itu... Sebuah sulur - sulur panjang tak kasat mata menjalar dari lantai tersebut kemudian terus merambat ke arah tempat dimana kemungkinan jarum itu berada.

Dan beberapa detik kemudian, dia menemukannya.

Jarum tadi dilemparkan dan jatuh di antara rerumputan dekat pion. Sabin sontak berdiri, dia berlari secepat mungkin saat Jovan juga hendak menuju ke arah itu.

Lalu dengan terengah, Sabin membuka - buka rerumputan itu, mencari - cari jarum yang setipis rambut. Dan pada akhirnya, dia menemukannya.

Dia benar - benar menemukannya. Sabin menghela nafas lega. Dia mengangkat tangannya tinggi menunjukkan jarum kecil itu sudah ada pada dirinya.

Senyumannya mengembang.

"Akhirnya aku menang. Akhirnya poin ku bertambah."

Dab akhirnya Sherly berhasil melipat gandakan uang sakunya karena memenangkan pertaruhan.

"Hehe. Aku menang, aku menang." Gumam Sherly senang. Uangnya tidak hilang malah bertambah. Tidak salah dia berjudi kali ini. Wkwkwkwk

Tak jauh dari sana, Aiden melihat tingkah Sherly dan sudut bibir lelaki itu terangkat.

***

Black MilitaryOù les histoires vivent. Découvrez maintenant