4. Hari pertama menjadi murid

1.3K 215 18
                                    

Mata gadis itu terbuka ketika suara bel terdengar memekakkan telinga. Perempuan yang baru tertidur sekitar tiga jam itu sontak mendengkus dan dengan malas bangkit dari ranjang.

Seperti yang Ribels News katakan, bahwa di setiap paginya asrama Black Militer akan selalu membunyikan alarm peringatan agar seluruh siswa maupun siswi di sini bangun dan segera mempersiapkan diri menerima pelajaran.

Sherly bangun dengan malas. Melirik jam yang ternyata masih menunjukkan pukul empat pagi.

Sialan. Baru jam empat mereka sudah membunyikan bel. Padahal sekolah berlangsung pukul tujuh. Tidakkah mereka terlalu awal menyalakan bel?

Sherly ingin memaki siapapun pegawai yang kurang kerjaan menyalakan bel jam segini. Perempuan itu lalu kembali merebahkan diri ke ranjangnya. Kembali tidur itu lebih tepat dan efisien. Terlebih dirinya tadi baru saja bisa tidur nyenyak setelah mengalami insomnia.

Ya, bagaimanapun dirinya nyaris tidak bisa tidur ketika memikirkan apa saja yang akan terjadi begitu dirinya menjejakkan kaki ke tempat ini. Meski selama lebih dari dua bulan dirinya menyiapkan tekad untuk menjadi mata - mata, tetapi tetap saja dia masih mengalami kecemasan, ketegangan, kegugupan dan....

Takut tentu saja.

Bagaimana pun dia menyamar bukan ke sekolah biasa. Jika itu hanya menjadi siswa di sekolah umum biasa, Sherly tidak akan terlalu gugup seperti ini. Tetapi yang dilakukannya sekarng ialah menyusup dengan menjadi murid dari sekolahan Elit. Tempatnya orang - orang berkemampuan supranatural. Sekolahan ini pasti akan melakukan pembelajaran yang tak biasa seperti halnya sekolahan - sekolahan umum dan yang pasti begitu dirinya menjadi anggota Black Militer, sangat mungkin bahwa dia bakal bertemu dan dipaksa menghadapi para Daemon.

'Apakah keputusanku ini tepat ya?'

Gumam Sherly lagi dan lagi. Demi satu miliar, dia harus menghadapi mara bahaya. Ya, meski tadi sebelum ke tempat ini dirinya terlihat sudah siap dan baik - baik saja, tetapi sejujurnya hatinya juga masih merasakan gelisah.

Sherly mengutuk pria yang menjadi penyebab dirinya terpaksa menerima tawaran ini. Kalau bukan gara - gara pria brengsek itu, dia tidak akan menerima pekerjaan ini.

Rumahnya sudah hancur, dan lukisannya yang dibuat susah payah juga telah rusak. Sebenarnya bisa saja Sherly membuat lukisan lagi yang sama seperti yang dipesan orang dari kalangan elit itu. Tetapi hanya saja kemungkinan dia tidak bisa lagi membuat lukisan yang sama persis, pun juga tidak bisa melukis dengan cepat layaknya membuat masakan.

Mahakaryanya yang laku dengan harga tinggi itu membutuhkan waktu beberapa minggu untuk menyelesaikannya demi memperoleh keaistentic serta feel supaya lukisannya itu terlihat hidup seolah memiliki nyawa. Dan pengusaha yang membeli lukisannya itu harus menyerahkan lukisannya sehari sebelum peristiwa na'as itu terjadi.

Sherly menipiskan bibir, meremat kedua tangannya penuh tekad.

Ya, keputusannya mungkin sudah tepat. Ia juga bersumpah akan menuntut balas terhadap lelaki yang telah merusak rumah serta lukisannya.

Ya, dia tak boleh ragu dan harus semangat menjalani pekerjaannya sebagai mata - mata.

Untuk sekarang dia harus tidur lagi, mensoltir energinya untuk menghadapi pelajaran di hari pertama dirinya menjadi murid sekolah lagi.

'Yupz, kau harus semangat Sherly. Chayoo.' Ujarnya memberi semnagat diri sendiri.

Sherly kembali meraih selimutnya, mengapit gulingnya, memejamkan mata kembali tidur. Namun sebelum itu, dia sempat melirik ranjang kosong yang ada di sebelahnya.

Itu adalah ranjang milik teman sekamarnya. Tetapi entah kenapa sampai sekarang dia tidak melihat siswi pemilik ranjang itu datang. Bahkan daritadi, sejak dirinya masuk ke asrama ini, Maria - nama siswi yang sekamar dengannya sama sekali tidak menampakkan hidungnya.

Black MilitaryWhere stories live. Discover now