NAVYA || TERBIT

By admla_

6.4M 574K 70.1K

•DILARANG PLAGIAT DALAM HAL APAPUN! •NAVYA telah terbit di penerbit Galaxy Media. •Temukan novel Navya di TBO... More

PROLOG
BAB 01: NAVYA
BAB 02: NAVYA
BAB 03: NAVYA
BAB 04: NAVYA
BAB 05: NAVYA
BAB 06: NAVYA
BAB 07: NAVYA
BAB 08: NAVYA
ROOM CHAT
BAB 09: NAVYA
VISUAL NAVYA
BAB 10: NAVYA
BAB 11: NAVYA
BAB 12: NAVYA
BAB 13: NAVYA
BAB 14: NAVYA
BAB 15: NAVYA
BAB 16: NAVYA
BAB 17: NAVYA
BAB:18 NAVYA
BAB 19: NAVYA
BAB 20: NAVYA
BAB 21: NAVYA
BAB 22: NAVYA
BAB 23: NAVYA
BAB 24: NAVYA
BAB 25: NAVYA
BAB 26: NAVYA
BAB 28: NAVYA (RC)
BAB 29: NAVYA
BAB 30:NAVYA
BAB 31: NAVYA
BAB 32: NAVYA
BAB 33: NAVYA
BAB 34: NAVYA
BAB 35: NAVYA
BAB 36: NAVYA
BAB 37: NAVYA
BAB 38: NAVYA
BAB 39: NAVYA
BAB 40: NAVYA
BAB 41: NAVYA
BAB 43: NAVYA
BAB 44: NAVYA
BAB 45: NAVYA
BAB 46: NAVYA
BAB 47: NAVYA
BAB 48: NAVYA
BAB 49: NAVYA
BAB 50: NAVYA
BAB 51: NAVYA
BAB 52: NAVYA
BAB 53: NAVYA
BAB 54: NAVYA
BAB 56: NAVYA
BAB 55: NAVYA
BAB 57: NAVYA
BAB 58: NAVYA
BAB 59: NAVYA
BAB 60: NAVYA
BAB 61: NAVYA
BAB 62: NAVYA
BAB 63: NAVYA
BAB 64: NAVYA
BAB 65: NAVYA
BAB 66: NAVYA
BAB 67: NAVYA
BAB 68: NAVYA
NEW STORY!
VOTE COVER
BANNER PO NAVYA

BAB 42: NAVYA

85K 7.4K 295
By admla_

Happy reading!
.
.
.

Author POV

Ceklek

Navya membuka pintu kamarnya dan melihat Samuel yang sedang memakai seragam sekolah. Wanita itu menghampiri Samuel dan membawakan handuk kecil yang ada di tangannya. "Sini, aku keringin rambut kamu," ucap wanita itu.

Pria itu menganggukkan kepalanya dan duduk di samping istrinya. Navya pun langsung mengeringkan rambut Samuel dengan handuk kecil yang dirinya bawa tadi.

Ia menggosok-gosok rambut Samuel yang basah menggunakan handuk kering. Navya sengaja melakukan ini karna tau suami dia selalu tidak benar mengeringkan rambut, apalagi setelah mengeringkan rambut, Samuel menaruh handuk basah diatas kasur.

Setelah kering Navya menyisirkan rambut Samuel dan merapihkannya. Navya tersenyum manis melihat Samuel yang sudah rapih sekarang. "Gini kan bagus, nggak kayak preman pasar," ujar Navya.

Samuel menarik hidung Navya pelan, pria itu memperhatikan istrinya dengan bingung. "Tumben kamu pake hoodie? Nggak biasanya kamu pake ke sekolah," ucap Samuel. Sedangkan wanita itu terdiam, alasannya badan Navya terlihat agak gemuk. Dia takut satu sekolah curiga.

Navya hanya cengengesan. "Lagi pengen aja hehehe," kekeh Navya agar Samuel tidak curiga dengannya.

Samuel mengangguk pelan, dia sama sekali tidak curiga. "Yuk berangkat, kita sarapan di jalan aja, kamu bawa sarapannya," ajak Samuel.

"Ayo, tadi aku udah suruh bi Ira buat siapin semua," ucap Navya.

Mereka mengambil tas masing-masing, Samuel menyampingkan tas dan menggenggam tangan Navya dengan erat. Samuel dan Navya keluar dari kamar dan masuk ke dalam lift. Di dalam lift Samuel merangkul pundak Navya. Saat pintu lift terbuka mereka langsung keluar dari dalam.

Dua remaja itu langsung keluar dari mansion, Samuel membukakan pintu mobil untuk istrinya. Navya masuk ke dalam dan memasang seatbelt. Samuel ikut masuk ke dalam dan duduk di kursi pengemudi.

Pria itu melemparkan tas ranselnya ke belakang. Navya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Samuel. "Kebiasaan banget kamu," kata Navya.

Samuel menjalankan mobilnya dan meninggalkan mansion. Navya membuka tupperware yang berisikan sarapan mereka. "Nih, makan dulu," ucap Navya dengan menyodorkan nasi goreng kearah Samuel.

Pria itu membuka mulutnya dan Navya menyuapinya. Samuel menatap kearah istrinya. "Kamu nggak makan?" tanya Samuel.

Navya menggelengkan kepalanya. "Udah tadi makan buah," sahut Navya dengan kembali menyuapinya.

"Kok buah doang? Makan nasi dong sayang," kata Samuel.

"Nggak nafsu, rasanya mual kalo liat nasi," ucap Navya yang malas. Memang benar, setiap melihat nasih dia bawaanya mual terus dari kemarin.

Samuel memberhentikan mobilnya di lampu merah, pria itu menatap ke arah samping. "Sayang, kamu hamil?" tebak Samuel yang merasa aneh juga dengan tingkah istri dia akhir-akhir ini.

Samuel merasa jika ada sesuatu yang di sembunyikan oleh istrinya. Tadi pagi dia melihat Navya yang bolak-balik ke kamar mandi, katanya dia mual dan memuntahkan isi perut.

Navya menggelengkan kepalanya pelan. "Nggak kok," bohong Navya. Ia merasa bukan waktu yang tepat untuk Samuel tau tentang kehamilannya ini.

Mendengar jawaban istrinya membuat Samuel menghela napas pelan. "Kirain," gumam Samuel. Antara kecewa dan senang. Kecewanya, dia ingin punya anak tapi keadaan yang menyuruh mereka untuk tidak mempunyai anak dulu. Senangnya, Navya akan aman. Kalo wanita itu hamil sekarang takutnya dia stress dan banyak pikiran tentang musuh mereka yang sedang mengincar keduanya.

"Kamu makan juga ya? Kalo kamu nggak makan aku juga nggak mau, biar kita sakit bareng nanti," sambung Samuel.

Navya tersenyum tipis. "Yaudah, nih aku makan deh," seru Navya dengan memasukan sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya.

"Gitu dong," ujar Samuel dengan mengacak-acak rambut Navya.

Wanita itu tersenyum tipis, namun menahan rasa mual mati-matian dihadapan suaminya. Ia tak mau terlihat sedang menahan sesuatu, takut Samuel semakin curiga.

Mereka pun melanjutkan perjalanan lagi menuju sekolah. Navya terus menyuapi Samuel hingga habis nasi goreng yang dibawanya.

Sekitar 15 menit mereka menempuh perjalanan mobil Samuel memasuki kawasan SMA galaxy dan memarkirkan mobilnya di khusus petinggi. Samuel keluar dari mobil dan membuat warga sekolah berpekik senang, pria itu membukakan pintu untuk Navya keluar.

Navya keluar dari dalam mobil dengan tersenyum tipis. Samuel merangkul pinggang Navya dengan posesif.

Mereka pun pergi dari parkiran dan berjalan di koridor. Banyak yang menatap mereka dan berbisik tentang dua pasangan itu. Banyak yang mengira jika mereka sudah putus, karna Navya atau Samuel tidak pernah lagi post foto bersama lagi di instagram atau pun story instagram lagi.

"NAY!!!" panggil Nathan dengan teriak.

Mereka memberhentikan langkahnya, Navya menatap kearah Nathan. "Apa?" tanya wanita itu.

"Jangan lupa ya yang waktu itu," ucap Nathan dengan mengedipkan sebelah matanya.

Samuel menatap datar Nathan. "Ekhnm." pria itu berdehem pelan.

Nathan yang tersadar ada Samuel langsung menggaruk tekuk yang tidak gatal. "Eh? Sorry ya, jangan cemburu." Samuel mengangguk pelan, dia sama sekali tidak cemburu hanya karna Nathan dan istrinya dekat.

"Gimana Nay? Lu udah kasih ta---" Nathan berhenti berkata saat dirinya di tatap oleh Navya.

Samuel mengerutkan keningnya. "Kalian kenapa?" tanya Samuel.

Navya langsung menggelengkan kepalanya pelan. "Nggak kok hehehe."

"Nathan bego, hampir aja ketahuan," batin Navya.

"Yaudah kita ke kelas, Nanti lo chat gue aja," sambung Navya kepada sepupunya.

Nathan menganggukkan kepalanya pelan. Navya dan Samuel pun pergi dari hadapan Nathan.

Samuel menghantarkan Navya hingga ke depan kelas. Pria itu tersenyum tipis dan mengacak-acak rambut Navya. "Semangat belajarnya, ok? Nanti aku jemput pas istirahat," kata Samuel.

"Iya, kamu juga ya." Navya pun masuk ke dalam kelasnya.

Setelah mematiskan istrinya masuk ke dalam kelas, Samuel pun pergi ke kelasnya. Ada tugas yang belum dia kerjakan dan baru mau dia kerjain di dalam kelas nanti. Para sahabatnya? Mereka ada ditaman belakang, tapi Samuel bilang akan menyusul jika tugas dia sudah selesai.

Di tempat lain Megan dan kedua temannya berada disebuah warung yang ada diperbatasan SMA Galaxy dan SMA Starlight. Mereka bolos sekolah karna tugas belum mereka kerjakan, namun ada satu hal yang benar-benar membuat Megan diam sejak kemarin.

Bian dan Zach merasa kalo teman mereka menjadi pendiam ketika habis menjalankan tugas dari musuh mereka tempo hari lalu. Dimana ketiganya harus mengikuti seorang wanita dan menjaganya dari kejauhan.

"Samuel udah nikah sama Navya?" gumam Megan yang sudah mengetahui hubungan asli musuhnya.

Mendengar hal itu membuat Bian dan Zach terkejut. "Lo tau darimana?" tanya Zach.

"Gue nggak sengaja denger obrolan Bastian sama Regal kemarin. Berarti tuh cewe hamil anaknya Samuel ya? Kok tuh bocah kagak ngundang gue anjing ke pernikahannya," umpat Megan kesal.

"Keliatannya lo marah banget dah," kata Bian.

Megan melirik kearah dua temannya. "Iyalah. Gue kan musuh terbaiknya Samuel masa nggak diundang anjing. Liat aja tuh bocah, gue kerjain dah biar mampus," kesal Megan.

Bian dan Zach saling melemparkan tatapan. Keduanya tak tau apa yang akan di rencanakan oleh teman mereka, yang jelas pasti akan ada kegaduhan. Megan bangkit dari duduknya. "Cabut ke Galaxy, mau gue kasih pelajaran ke Samuel." Tanpa banyak omong mereka pun langsung pergi ke sekolah Samuel dkk.

Di dalam kelas yang ramai seorang pria tengah mengerjakan tugas dengan fokus. Bahkan dalam keadaan ramai begini pun dia bisa menghitung angka-angka yang banyak tanpa menggunakan coret-coretan dan kalkulator.

Ting

Samuel melirik kearah ponselnya yang menandakan sebuah notifikasi masuk.

RegalSat
Sam ke taman belakang, megan datang ke sekolah sama pasukan nya

Pria itu mengepalkan tangannya, dia masih kesal dengan Megan yang tak memberikan informasih apapun tentang istrinya yang pergi kemana, sama siapa. Bahkan Megan malah memutuskan kerja sama secara sepihak.

Di taman belakang Sean dan yang lain menatap kedatang anak SMA starlight dengan tatapan tidak bersahabat. Memang antara Megan dan Samuel saling bermusuhan, pantang bagi mereka untuk akur sehari saja.

"Heh upil Dugong, ngapain lo kesini hah? Mau di buat koma lagi sama samuel?" ucap Bastian dengan nada mengejek.

Regal melipatkan kedua tangannya. "Belum puas kalah ya? Sampe di samperin ke sekolah hahah" ucap Regal dengan mengunyah permen karet.

Kalah yang dimaksud Regal adalah, kalah tawuran. Berapa hari lalu mereka sempat tawuran tanpa Samuel. Tapi Megan dan teman-temannya kalah dan pergi begitu saja.

"Mana ketua lo?" tanya Megan.

"Kangen lo sama gue?" celetuk Samuel yang baru saja datang ke taman belakang sekolah.

Megan berdecih pelan. "Nggak sudi."

Samuel mengeluarkan smirk. "Lah, terus ngapain kesini? Bukannya lo udah kalah tawuran ya?" ejek Samuel yang sudah tau semuanya dari Sean.

"Siapa ya yang ajak tawuran tapi malah kabur di pertengahan?" sindir Farhan tajam.

"Yang pastinya sih seorang pengecut, ngajak tawuran tapi dia juga yang mundur, lawak bos?" sinis Sean.

Megan mengepalkan tangannya. "ANJING YA LO SEMUA!" teriak Megan. Niatnya kesini bukan untuk saling ejek, tapi mau memberikan pelajaran kepada Samuel.

"Wes santai boss," celetuk Bastian dan Regal bersama.

"Kalem lah Gan, mending kita ngobrol cantik aja, gimana?" Ucap Regal.

"DIAM LO SEMUA!" bentak Megan.

Samuel menghampiri Megan. "Mau lo apa? Tawuran? Yakin bakal menang? Gue udah bosen menang terus dari lo," ucap Samuel.

"Lawannya terlalu rendah, ups," cetus Bastian.

Megan terkekeh pelan. "Sebenarnya niat gue kesini itu mau cari Navya Beatarisa, siswi tercantik dan terpintar disekolah Galaxy. Gue mau ajak dia ngedate, kira-kira tuh cewe dimana ya?" ujar Megan yang sengaja pura-pura lupa kalo Navya sudah menjadi milik Samuel.

Megan tau jika Samuel sudah menikah dengan Navya, tapi pria itu ingin memancing emosi Samuel saja.

Mereka menatap kearah Samuel yang sekarang menatap Megan dengan tatapan membunuh. "BERANI LO AJAK CEWE GUE NGEDATE? MAU MATI DENGAN CARA APA LO?!" hardik Samuel yang sudah terbakar api cemburu.

"Enaknya cara apa?" kata Megan yang semakin membuat amarah Samuel memuncak karna pria itu doang.

"Rebut Navya dari lo kayaknya enak, kalo di liat-liat dia juga cantik. Tuh cewe yang pernah lo ceritainkan? Yang buat lo bimbang antara misi atau cewe itu," sambung Megan yang mengingat kejadian berapa bulan lalu.

Bugh

Samuel langsung memberikan bogeman kepada Megan. "ANJING LO MEGAN!" teriak Samuel lantang.

"SAMPE LO BERANI REBUT NAVYA DARI GUE, GUE SENDIRI YANG BAKAL BUNUH LO SEMUA!" hardik Samuel dengan menunjuk satu persatu anggota Megan.

Megan tersenyum sinis. "Gue tunggu Sam, kita liat aja nanti ke depannya." Pria itu sama sekali tak ada takut-takutnya dengan Samuel sekarang, memang hanya Megan yang berani menantang seorang psikopat.

Bugh

Bugh

Bugh

Samuel langsung memukuli Megan dengan membabi buta. Pasukan Megan yang lain langsung menyerang para sahabat Samuel.

Regal dan teman-temannya pun membalas semua perbuatan para anggotan Megan. Mereka tak akan kalah dengan anak-anak starlight yang tidak ada apa-apanya dengan kelima piskopat ini.

Pria itu menarik kerah seragam Megan dengan kuat. "LO DENGER BAIK-BAIK! JANGAN BERANI LO SENTUH ATAU DEKETIN NAVYA! SAMPE GUE LIAT LO DEKETIN DIA, GUE PASTIIN BUKAN RUMAH SAKIT LAGI TEMPAT LO ISTIRAHAT, TAPI PETI MATI YANG BAKAL JADI TEMPAT ISTIRAHAT LO KALI INI! PAHAM?!" cecar Samuel penuh penekanan disetiap kata yang dia ucapkan.

Bugh

Samuel langsung menendang perut Megan dengan kuat. Pria itu pergi dari taman belakang dan membiarkan Megan yang terlemas di tanah akibat pukulan dari Samuel yang sangat kuat.

Megan terkekeh pelan, dia berhasil membuat musuhnya marah dan emosi. Pria itu di bantu berdiri oleh kedua temannya. "Dasar, baru di bilang kek gitu udah ngamuk. Gimana kalo gue rebut beneran?" ucap Megan.

"Paling cuman mati doang," celetuk Bian.

"Mati ditangan samurai goldnya," timpal Zach.

Megan menatap sinis kedua temannya. "Gue mati, lo berdua juga mati," ketus Megan lalu pergi taman belakang sekolah Galaxy. Bian dan Zach saling melemparkan tatapan lalu menyusul teman mereka yang sudah pergi duluan.

Di perpustakaan Navya dan kedua temannya memilih untuk bolos. Sekarang Letta semakin dekat dengan adik kelasnya, bahkan kemana-mana sekarang selalu bertiga mereka. Ketiganya memilih untuk bolos karna sama-sama mode malas untuk belajar, dan yang mengajak mereka bolos adalah Navya.

Katanya wanita itu ingin cerita sesuatu.

Mila dan Letta saling melemparkan tatapan. "Katanya mau cerita."

Navya mengangguk pelan. "Gue rasa Samuel udah mulai curiga deh sama kehamilan gue. Kalo sampe dia tau gimana ya? Masa gue harus gugurin, kan nggak mungkin banget," kata Navya.

"Nggak lah. Lo sama dia buatnya aja bareng dan sama-sama mau,terus kalian juga siapkan? Kalo Samuel suruh gugurin gue yang bakal ngomong sama dia," ucap Letta.

"Gue juga. Lagian gini deh, mertua lo aneh. Masa di bilang jangan punya anak dulu pas kalian udah melakukannya, ya emang alasannya logis. Cuman ya nggak gitu juga," timpal Mila.

Navya menghela nafasnya. Dia bingung, antara harus jujur atau tidak pada suaminya itu. Kedua temannya pun memeluk Navya dari samping, mereka memberikan kekuatan kepada Navya agar sabar dan berdoa agar semuanya ada jalan keluarnya.

Seorang pria mendengar percakapan mereka, pria itu menghampiri ketiga perempuan itu yang duduk di pojokan. "Jadi, karna itu lo belum kasih tau ke Samuel?" celetuk Nathan.

Mereka melirik kearah sumber suara. Navya mengangguk pelan, dia masih tidak berani memberitahu suaminya tentang kehamilan dia sekarang. "Gue takut, apalagi gue sama Samuel masih harus jalanin misi kemarin," ucap Navya.

"Cepat atau lambat Samuel bakal tau, kalo dia tau tanpa lo kasih tau pasti bakal marah dan kecewa banget. Apapun responnya dia berhak tau," ujar Nathan.

Mila dan Letta setuju dengan pria itu. "Kita ngomong bareng gimana? Gue, Letta sama Nathan bakal bantu lo. Daripada lo begini terus juga nggak baik buat kandungan lo sekarang," ucap Mila lembut.

Navya menggeleng. "Jangan, biar gue aja nanti yang ngomong." Ketiganya tak mau memaksa, lagian ini juga rumah tangga orang yang seharusnya mereka tak boleh ikut campur.

>>>>>>>>>>>>>

Setelah berantem dengan Megan dan para anggotanya ditaman belakang, Samuel dkk memilih untuk pergi ke lapangan basket. Samuel yang masih mode marah dan emosi pun melampiaskan semuanya dengan bermain bola basket sendirian. Berkali-kali dia mendribel bola dan memasukkan ke dalam ring.

Regal dan teman-temannya menggelengkan kepala mereka melihat tingkah leader mereka yang kalo sudah terbakar api cemburu. "SAM JANGAN TAKUT ELAH, SIH MEGAN JUGA NGGAK AKAN BENERAN AMBIL NAVYA DARI LO KOK!" teriak Farhan.

"Sam kalo udah cemburu serem ya, marahnya nggak main-main," kata Bastian sambil memakan sebungkus roti yang tadi dia beli dikantin.

"Gue kalo jadi Samuel juga bakal marah. Mana rela pasangan kita mau direbut sama orang, apalagi kalo benar-benar udah jatuh cinta sama pasangan," timpal Regal.

Sean dan Farhan terdiam. "Kayaknya gue bakal ngelakuin hal yang sama kalo Mila direbut orang," ujar Sean yang membuat teman-temannya tak percaya. Pria itu kenapa jadi bucin? Berapa tahun tidak mau mengenal cinta lagi, sekarang malah langsung bucin.

Bastian melirik kearah Farhan. "Lo gimana kalo misalnya Letta mau direbut orang?"

Sedangkan Farhan hanya diam dan menjadi gelagapan, kalo dia bilang biasa aja nanti mereka curiga kalo dia dan Letta hanya menikah sebatas kontrak saja. "Ya, menurut lo gimana?"

"Bastian kalo nanya nggak logis. Ya, udah pasti Farhan marah kalo Letta mau direbut orang. Kecuali, Farhan sama Letta nggak saling cinta, pasti bakal bodoamat dia," ucap Regal yang membuat temannya terdiam.

Farhan mendadak menjadi diam, ucapan Regal barusan membuatnya jadi bingung. Bingung dengan perasan dia kepada Letta bagaimana, nyaman? iya. Tapi kalo cinta dan sayang? Dia sendiri tidak tau. Kalo cinta dan sayang kepada anak yang dikandung wanita itu sudah jelas, apalagi itu darah dagingnya.

Samuel duduk disebelah Sean dengan keringat yang bercucuran membasahi dahi dan seragam pria itu. "Bangsat sih Megan, awas aja berani rebut Navya dari gue," umpat Samuel yang tak berhenti mengumpatin musuhnya,

"Emang aku mau sama Megan?" celetuk Navya tiba-tiba yang datang entah darimana.

Mereka menatap kearah tiga perempuan yang berjalan mendekat kearah mereka. Regal dan Bastian mendengus kesal, keduanya akan menjadi nyamuk lagi.

Navya mengeluarkan sapu tangan miliknya lalu mengelap keringat yang membasahi dahi suaminya. "Kamu cemburu ya?" ujar Navya.

"Ya, menurut kamu aja gimana?" ketus Samuel.

Perempuan itu terkekeh pelan. "Sam, trust me. Aku nggak akan pergi dari sisi kamu ataupun selingkuh dari kamu. Lagian aku nggak mau juga sama Megan kok, meding aku sama kamu," tutur Navya lembut agar mood suaminya berubah.

Samuel hanya berdeham pelan. Moodnya benar-benar hancur sekarang, daripada istrinya yang menjadi pelampiasan dia, lebih baik diam aja.

🍂🍂🍂

Setelah pulang sekolah tadi Navya dan Samuel memilih untuk langsung pulang ke rumah mereka. Kali ini Samuel lebih banyak diam daripada biasanya itu. Navya memperhatikan Samuel yang sejak tadi duduk di balkon dengan termenung. "Sayang, kamu kenapa? Masih mikirin kejadian tadi?" tanya Navya lembut.

Pria itu menggelengkan kepalanya. "Gapapa, mandi sana," jawab Samuel tanpa menatap kearah istrinya.

"Beneran? Jangan dipikirin lagi soal Megan ya," ucap Navya.

Samuel berdeham pelan sebagai jawabannya. "Iya sayang, mandi gih. Gantian sama aku nanti." Navya menganggukkan kepalanya pelan. Wanita itu pergi dari hadapan Samuel dan masuk ke dalam kamar mandi.

Samuel menghela napasnya dengan kasar, pria itu masuk ke dalam kamarnya dan memilih untuk duduk di meja belajar dirinya dan Navya saja.

Pria itu membuka laptopnya untuk mengecek data perusahaan yang sudah tiga hari tidak dirinya cek. Seakan-akan teringat dengan sesuatu yang pernah Jordan bilang kepadanya, Samuel mencari flashdisk di sekitar meja belajar mereka. "Sayang liat flashdisk aku nggak?" tanya Samuel.

"COBA CARI DI LACI!" sahut Navya dari dalam kamar mandi dengan kencang.

Samuel membuka satu persatu laci yang ada di meja. Di laci ketiga Samuel menemukan flashdisk miliknya, tapi mata samuel tertuju pada sebuah amplop putih yang sangat familiar buat dia. Dia mengambil amplop tersebut dan melihatnya Narendra Hospital tertera jelas di logo amplop itu nama rumah sakit keluarga.

"Punya siapa? Perasaan nggak ada yang sakit deh," gumam Samuel heran.

Tangan Samuel perlahan membuka amplop putih tersebut karna penasaran dengan isinya. Ia melihat lembaran kertas hvs yang sudah ada tulisan. Samuel membaca isi kertas hvs itu dengan jelas, bola matanya terbelalak setelah membaca isi kertas hvs itu.

"Kenapa Navya nggak ngomong sama gue?" tanya Samuel pada dirinya sendiri.

Ceklek

Navya keluar dari kamar mandi dengan hoodie hitam yang dia pakai. Wanita itu menatap kearah Samuel. "Sam mandi gih," ucap Navya yang belum menyadari jika Samuel memegang hasil lab.

"Ini apa maksudnya?" tanya Samuel dengan menunjukkan surat rumah sakit.

Deg

Tubuh Navya mematung melihat sebuah amplop yang di pegang oleh Samuel adalah hasil test check up waktu itu bersama Letta. "K--kamu dapet darimana?" gugup Navya

"Jangan mengalihkan pembicaraan Navya! Ini maksudnya apa? Kenapa kamu nggak ngomong sama aku?" tegas Samuel.

Navya menatap Samuel. "Sam, aku bisa jelasin semuanya ke kamu." Dia mencoba menenangkan suaminya karna dia tau kalo emosi Samuel belum stabil sejak tadi siang.

"JAWAB AKU! KENAPA KAMU NGGAK BILANG SAMA AKU KALO KAMU HAMIL?!" bentak Samuel yang lepas kontrol.

Pria itu kecewa dengan Navya yang tidak memberitahunya sejak awal. Apa pun reaksi dan jawaban Samuel dia berhak tau, karna Samuel adalah suami sah dari Navya di mata agama dan negara.

"Navya Beatarisa! Jawab pertanyaan aku!" tegas Samuel.

Wanita itu menundukkan kepalanya karna takut dengan tatapan Samuel. Memang dari keributan antara Megan dan Samuel emosinya belum stabil, makanya dia memilih untuk lebih banyak diam dan mengacuhkan semua teman-teman dia disekolah.

"Maaf Sam, aku mau kasih tau kamu saat waktu yang tepat," kata Navya pelan dan menahan isakannya karna merasa bersalah juga.

Samuel menatap datar Navya. "Kamu takut aku nggak nerima ini?" Navya menganggukkan kepala dia sebagai jawabannya. Memang benar, dia takut suaminya tidak bisa menerima kehamilan dia.

"Kalo aku nggak bisa terima kehamilan kamu, nggak akan aku sentuh kamu, Navya!" sambung Samuel dingin.

Navya menatap Samuel sendu. "Maaf." Hanya kata 'maaf' yang bisa dia ucapkan.

"Aku kecewa sama kamu, hal sepenting ini kamu nggak kasih tau aku? Oh, pantes tadi Nathan mau ngomong tapi kamu tatap dia, dia udah tau kamu hamil?" ucap Samuel. Dan Navya hanya mengangguk pelan saja.

Brak

Samuel menendang meja belajar yang ada di sampingnya dan membuat Navya tersentak kaget. "KENAPA HARUS NATHAN? SUAMI KAMU ITU AKU! BUKAN NATHAN!" hardik Samuel yang sudah emosi memuncak. Kecewa, marah dan cemburu ketika pria lain yang pertama tau tentang kehamilan istrinya.

"Sam dengerin penjelasan aku dulu, waktu itu aku mau kasih tau kamu, tapi aku denger semua pembicaraan kamu sama Ayah waktu di markas, jadi aku urungin niat aku buat kasih tau ke kamu," jelas Navya.

Sedangkan Samuel menghela napas kecewa, pria itu mengusap wajahnya dengan kasar. "Aku nggak tau ini yang salah siapa, tapi intinya aku kecewa banget sama kamu!" kata Samuel. Pria itu langsung menaruh amplop tersebut di atas meja dan pergi dari kamar mereka.

Navya menatap Samuel dengan sendu. Wanita itu duduk di tepi ranjangnya. "Kenapa jadi gini?" gumam Navya

Di luar kamar Samuel sedang meredakan emosinya. Pria itu mengacak-acak rambutnya dengan prustasi. "Harusnya gue nggak bentak dia tadi," sesal Samuel yang sudah membentak istrinya.

"Arghhh bodoh lo!"

Pria itu kembali masuk ke dalam kamarnya dan menguci pintu kamar, ia melihat Navya yang sedang duduk di atas ranjang dengan menundukkan kepalanya. Samuel menghampiri Navya dan duduk di samping istrinya itu. "Sayang," panggil Samuel menggunakan nada lembut kali ini.

Tidak ada sahutan dari Navya. "Maaf, aku nggak ada maksud bentak kamu dan buat kamu takut. Aku terbawa emosi tadi," sesal Samuel dengan lirih.

Navya naik keatas pangkuan Samuel dan memeluk pria itu dengan erat.

"Maafin aku juga, aku udah nggak jujur sama kamu."

Samuel mengelus punggung Navya dengan lembut. "Sstttt, aku juga salah sayang, aku nggak peka sama kehamilan kamu dan aku udah bentak kamu sampe membuat kamu takut kayak begini," ujar Samuel.

Navya melepaskan pelukannya dan menatap Samuel. "Intinya disini kita sama-sama salah, aku minta maaf kalo udah nggak jujur sama kamu," ucap Navya lembut.

"Aku juga minta maaf sama kamu udah bentak kamu tadi," timpal Samuel dengan mengecup kening istrinya dengan lembut.

Wanita itu tersenyum tipis, dia senang akhirnya semua yang dia tutupin sudah di ketahuin oleh Samuel. "Jadi, kamu nggak akan suruh aku gugurin anak kita, kan?" cicit Navya.

Samuel menggeleng cepat. Tangan pria itu menyelusup masuk ke dalam kaos istrinya. "Apa pun yang terjadi, anak kita harus tetap lahir ke dunia. Walaupun kamu dan aku lagi diincar sama musuh, tapi aku akan selalu melindungi semua keluarga aku dari semua orang jahat, bahkan nyawa aku taruhannya," ungkap Samuel lembut.

Cup

Navya mencium kedua pipi Samuel lalu tersenyum manis. "Bukan hanya kamu, tapi aku juga akan berjuang demi keluarga kita." Samuel mengangguk dan membawa sang istri ke dalam pelukannya.

Keduanya saling berpelukan dengan Navya yang berada diatas pangkuan suaminya, tangan Samuel yang tidak berhenti mengelus perut rata istrinya. Bahagia banget buat Samuel mendengar kabar tentang Navya hamil, walaupun telat tapi gapapa.

Samuel melepaskan pelukannya dan menurunkan Navya dari pangkuan dia. "Aku mandi dulu ya, badan aku gerah banget," ujar Samuel.

"Ihhh jangan. Nay nggak mau jauh dari Sam," rengek Navya.

"Cuman mandi sayang, sebentar doang kok," kata Samuel yang sudah tidak tahan dengan badannya yang lepek banget.

Hikss, Navya mengeluarkan isakan yang membuat suami dia panik. "Eh, sayang jangan nangis. Yaudah deh, aku nggak jadi mandi. Aku temenin kamu," sambung Samuel lembut dan membawa istrinya ke dalam pelukan dia.

Navya mengelap sudut airmatanya. Mood dia memang suka berubah setelah hamil. Kadang emosi, sedih dan bahkan bahagia banget. "Buka baju kamu dong, Nay mau peluk kamu hehehe," kekeh Navya.

Tanpa mengucapkan apapun Samuel menurutin permintaan istrinya. Kaos hitam yang dia pake sudah dia buka, perut sixpack pria itu terlihat jelas. Banyak roti sobek yang membuat Navya penasaran dengan perut suaminya. Navya memegang roti sobek yang dimilikin Samuel.

"Badan kamu bagus, nggak kayak badan aku," celetuk Navya.

Samuel mengelus rambut istrinya. "Your have perfect body," bisik Samuel.

"Kamu nggak bohongkan? Berapa hari lalu kamu bilang aku gemukan loh," ucap Navya yang masih mengingat semua ucapan suaminya.

Pria itu menggeleng. "Beneran sayang. Lagian kamu tambah BB karna ada baby disini," kata Samuel dengan mengelus perut rata istrinya.

"Bener juga, kalo gemuk berarti baby sehat dong." Samuel mengangguk setuju. Dia tidak pernah peduli dengan bentuk tubuh istrinya gimana, yang penting Navya bahagia bersamanya dan anak mereka sehat hingga lahir ke dunia. 

>>>>>>>>>>>>>>>

Sedangkan ditempat lain Farhan dan Letta berada di taman kota, keduanya jalan-jalan sore karna kemauan dari Letta. Taman yang sangat ramai dengan anak-anak kecil atau bahkan orang seusia mereka yang sedang jalan bersama pasangan atau sendirian.

Farhan tak melepas genggaman tangannya dengan Letta, dia takut nanti wanita itu kenapa-napa karna disini ramai. "Lo kenapa ajak gue ksini?" tanya Farhan.

"Gapapa, gue bosen aja dirumah mulu. Mumpung lo lagi libur kerja juga nggak ada masalahnya gue jalan sama lo, kan?" jawab Letta dan menarik tangan suaminya untuk duduk dibawah pohon.

Mereka berdua duduk dibawah pohon besar yang sangat adem. Farhan melirik kearah istrinya. "Lo mau sesuatu?" Letta menggelengkan kepalanya. 

"Entar aja pas mau pulang, kita makan ketoprak ya," ujar Letta yang sedang mengidam makanan yang hampir mirip dengan gado-gado.

Farhan mengangguk. Apa pun permintaan wanita itu akan dia turutkan, selagi tidak aneh-aneh aja. Dan beruntung selama Letta hamil belum pernah ngidam yang membuat dirinya pusing.

Mereka berdua hanya saling diam saja, namun sesekali Farhan melirik kearah Letta yang menatap anak-anak kecil yang sedang bermain dengan tertawa lepas. Melihat itu membuat Letta teringat masa kecilnya dulu, selalu tertawa tanpa adanya beban dan masalah. Beda kalo sekarang, lebih sering menangis karna beban masalah.

Bahkan dia tak pernah menyangka akan mempunyai takdir hidup yang seperti ini. Hamil diluar nikah, diusir kedua orang tuanya, jauh dan lost contact dengan mereka, dan dibenci oleh keluarga besar suaminya.

Seperti mimpi buat Letta. Namun, dia bisa apa? Semuanya sudah terjadi dan tidak akan bisa berubah menjadi semula lagi. Letta hanya bisa menerima semua ujian yang diberikan Tuhan untuk dia. Apa pun itu akan dia lewatkan, walaupun sambil menangis.

"Benar ya kata Regal, kalo senja itu emang indah dan bisa buat kita tenang. Apalagi kalo liatnya sambil ditemenin sama orang special," celetuk Farhan.

Letta melirik kearah suaminya. "Emang lo pernah liat senja sama siapa?" tanya Letta.

"Someone. Perempuan tercantik dan baik yang pernah gue temuin," sahut Farhan tanpa menatap kearah Letta.

Tanpa disadari kalo Letta tersenyum miris. Hatinya memanas mendengar jawaban suaminya, walaupun dia tau pernikahan keduanya hanya sebatas kontrak saja, namun tetap saja dia merasa cemburu. "Kapan-kapan lo kenalin ke gue ya," kata Letta.

"Kalo inget," gumam Farhan.

>>>>>>>>>>>

Malam ini di sebuah apartemen seorang pria tengah merapihkan kamarnya yang sangat berantakan. Dua hari Sean tak merapihkan kamarnya, dia sangat malas untuk merapihkan kamar dia kalau saja kekasihnya bilang ingin datang dan menginap satu hari karna dia dirumah sendirian.

Dan niatnya ingin menjemput Mila, namun gadis itu langsung berucap yang membuat Sean berdigik ngeri. "Awas aja kalo apartemen lo berantakan, gue pastikan malam ini lo tidur dikamar mandi bareng mbak kunti." Sean sempat berpikir, yang punya apartemen dirinya, kenapa malah dia jadi takut dengan ancama kekasihnya.

Ting tong.

Sean menghela napas panjang ketika waktunya pas banget dia sudah selesai beresin kamar. Pria itu keluar dari kamar menuju pintu utama apartemennya. Sean tak melihat lagi siapa yang datang, dia langsung membuka pintu. Senyuman dia luntur ketika yang datang bukan pacarnya, melainkan orang yang sudah membuat dia hancur.

"Papa..." gumam Sean pelan.

Yeah, orang yang datang adalah Sergio Malvenio a.k.a Ayah kandung dari Sean yang sudah keluar dari penjara sejak lama, namun tak memberitahu kepada siapapun. "Hai, apa kabar?"

Tangan Sean terkepal kuat. "MAU APA LO KESINI? BELUM PUAS MENGHANCURKAN HIDUP GUE? DAN KENAPA ANDA BISA KELUAR DARI PENJARA HAH?!" sentak Sean tajam.

Rasa kecewa Sean kepada Papanya belum hilang sampai di detik ini. Walaupun kejadian itu sudah sangat lama, tapi semua memori yang membuat keluarganya hancur tak akan dia lupakan sampai kapan pun.

"Papa terbukti nggak bersalah. Selama ini Papa hanya di fitnah sama rekan Papa, kamu percayakan sama Papa?" ucap Sergio.

Sean tertawa lantang mendengar ucapan pria yang ada di hadapannya. "HAHAHA PERCAYA SAMA LO? MUSTAHIL! KARNA LO, SERENA DIBENCI SEMUA ORANG. DAN KARNA LO? MAMA GUE HARUS MENIKAH DENGAN PRIA BAJINGAN DAN DIBUNUH SAMA ORANG ITU, PUASKAN LO LIAT KELUARGA MALVENIO HANCUR?!" hardik Sean yang sudah emosi.

Deg

Tubuh Sergio mematung mendengar penjelasan putranya. Kakinya melemas, selama dia di penjara tidak ada yang memberitahu tentang istri dan anak bungsu dia meninggal. Bahkan sahabatnya yang sudah dia percayakan untuk menjaga keluarganya juga tidak memberitahu, dia hanya bilang kalo semuanya baik-baik saja.

"Bilang sama Papa kalo semua ini bohong!" tekan Sergio

Sean tertawa sinis. "Muka saya terlihat bohong? dan jangan merasa sedih kalo anda sendiri adalah penyebab kehancuran semua ini! Kalo aja anda tidak membunuh patner anda, mungkin semua tidak akan sampai serumit ini!" ucap Sean penuh penekanan.

"Demi Tuhan kalo Papa tidak pernah membuh patner Papa sendiri! Papa hanya difitnah, kamu harus percaya Sean," lirih Sergio yang tidak tau lagi bagaimana caranya menjelaskan kepada putranya.

"BULSHIT FUCKING SAID!" Deru napas Sean naik turun, emosinya sudah tak stabil.

Pria itu menatap tajam sang Papa yang sudah bertahun-tahun di dalam penjara, dan selama itu tidak pernah Sean menjenguk pria itu karna terlanjur kecewa. 

"Sean? Ada apa? Kok lo teriak-teriak," tanya Mila yang baru saja datang dengan kedua sahabat pria itu. Regal dan Bastian.

Regal dan Mila tidak mengenali pria yang menatap mereka, tapi tidak dengan Bastian. "Om Sergio udah keluar dari penjara? Om apa kabar? Bukannya masa hukuman om Sergio itu 20 tahun ya?" tanya Bastian.

"Om terbukti tidak bersalah setelah 7 tahun penyelidikan kasus kematian patner saya. Selama ini saya hanya di fitnah," jawab Sergio.

Bastian tersenyum tipis. "Syukurlah. Sekarang om tinggal dimana? Bareng sama Sean?

"Jangan mimpi! Gue nggak sudi pria bajingan kayak dia tinggal disini!" cela Sean yang membuat Sergio meringis dengan perkataan putranya.

Bastian memukul lengan Sean. "Tolol, ini bokap lo anjing! Jaga sikap lo ke om Sergio! Bukannya senang orang tua lo nggak terbukti bersalah," tegur Bastian. Regal dan Mila terkejut, ternyata pria paruh baya itu adalah Ayahnya Sean yang selama ini tidak terlihat.

Namun, pria itu pernah bilang tidak mempunyai orang tua.

"I don't fucking care!" tegas Sean lalu masuk ke dalam apartemennya.

Sergio hanya bisa tersenyum. "Sudah, tidak apa-apa. Om kesini hanya ingin melihat kondisi putra om saja, mungkin tidak mudah untuk mendapatkan maaf dan kepercayaan kembali dari Sean. Tapi om akan berusaha sebisa om," celetuk Sergio.

"Mau Babas bantu?" tawar Bastian yang langsung mendapatkan tolakan halus dari Sergio.

"Nggak usah, om sendiri aja. Titip Sean ya? Om akan jaga dia dari kejauhan." Bastian dan yang lain mengangguk pelan sebagai jawaban mereka.

Sergio pun berpamitan kepada 3 remaja itu dan pergi dari apartemen putranya. Dia memang tidak ada niatan tinggal dengan putranya, karna Sergio sadar diri kalo Sean belum bisa menerima dia kembali. Sekarang dia tinggal dirumah yang dulu, sendirian tanpa seorang istri dan juga anak.

Kerja saja sekarang dia sederhana. Menjadi seorang pelayan restoran untuk kebutuhannya dan mengumpulkan uang untuk membelikan sesuatu kepada putranya. Dia ingat, sebentar lagi Sean akan ulang tahun, maka dari itu dia mau memberikan sebuah kado kepada putranya.

Di dalam apartemen Sean menjadi tambah diam dan dingin. Pria itu tidak menyangka kalo orang yang benar-benar dia hindari kembali muncul. Senang? Entahlah, dia sendiri tidak tau mau merespon seperti apa. Sean sudah di kuasai dengan rasa kecewa dan marah kepada orang di masalalu dia.

Mila selaku pacarnya mengelus lengan Sean. "Mau cerita?" tawar Mila lembut.

Pria itu melirik kearah kekasihnya dengan bola mata yang sudah memanas, tanpa mempedulikan kedua teman dia, Sean memeluk Mila dengan erat dan menangis di dalam pelukan gadis itu.

Regal dan Bastian yang mengerti posisi teman mereka pun memilih keluar dulu, serta memberika space waktu berdua.

Tangan Mila mengelus punggung Sean lembut. "Gapapa nangis aja, setiap orang punya sisi lemah dalam hidupnya," bisik Mila.

"Kenapa dia harus kembali ke dalam hidup gue? Setelah bertahun-tahun gue mencoba berdamai dengan masalalu, namun semua itu musna begitu aja," lirih Sean.

"Takdir mau lo hadapin masalalu lagi. Gue nggak tau kejadiannya kayak gimana, tapi gue mau lo jangan bersikap kasar kayak gitu kepada orang tua. Walaupun gue tau rasa kecewa lo ke bokap itu besar, tapi niat dia kesini baik, nggak mau cari masalah sama lo," tutur Mila lembut.

"G--gue tau. Cuman gue belum bisa maafin dia hikss, setiap liat muka dia, gue selalu keinget Mama dan Serena. Jahat, dia jahat sama keluarganya sendiri!" sendu Sean.

Tak ada lagi Sean yang dingin, cuek dan acuh kepada sekitar. Di hadapan Mila hanya ada Sean yang rapuh dan hancur karna masalalu. Bahkan banyak orang yang tidak akan percaya dengan kehidupan asli pria itu, selama ini Sean sangat private tentang keluarga.

Tidak sembarang orang tau tentang keluarga dan masalalunya. Sean juga tidak mau mengingat masa-masa buruk dalam hidupnya, sakit saja kalo dia ingat-ingat lagi.

•••••••••••••••••••

Hai, apa kabar kalian? Kangen cerita Navya nggak? Hehehe. Jangan lupa bantu like dan komen postingan penerbit galaxy ya, postingan "rekomendasi cerita Navya." Jangan lupa dishare juga.

Jangan lupa follow akun instagram @ameliandhra @wattpadadmla_ @samuelnarendra_ @navyabeatarisa_ @ccmla_z @seanmlvn_ @gal.hrnndz @farhan_snjya @bastiancromwell @arlettanica_ @gang_devilsangel

See you next part!

Continue Reading

You'll Also Like

74.2K 6.2K 19
[Eɴᴅ] Mini series yang diambil dari salah satu cerita oneshot 'Hold Me Tight' bercerita tentang seorang biasa dengan pekerjaan yang dianggap sebelah...
29.8K 1.3K 34
Sequel TUAN MUDA FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!! Kedekatan nya dengan seorang Kanagara Eliano Galaksa, cowok berandal yang sayangnya ternyata satu seko...
2.8M 207K 51
Apapun akan gue lakuin untuk ngelindungin orang yang gue cinta, termasuk bertumpah darah sekali pun. 𝙍𝙖𝙣𝙜𝙜𝙖 𝙀𝙧𝙖𝙣𝙙𝙤 𝘿𝙖𝙭𝙩𝙚𝙧𝙫𝙣 Terim...
6.5M 383K 33
ᴘᴇʀᴀᴛᴜʀᴀɴ ᴘᴇʀᴛᴀᴍᴀ Dilarang mendekati bos dalam radius dua meter. Khilaf? Takdir. ᴘᴇʀᴀᴛᴜʀᴀɴ ᴋᴇᴅᴜᴀ Bos selalu benar dan bawahan harus menyetujui kebena...