Tuk!

Om botak itu memukul jidatnya. "Mampus kalo gini, padahal tadi aku cuma makan bentar di mobil, kenapa bisa jadi rumit gini Ya Rabb..." Ucapnya meringis sambil terus mengusap kepalanya yang licin.

___________

Alan dan Nalla sudah sampai di depan pintu Ruang OSIS. Baru saja Alan membuka pintu tersebut, semua orang yang ada di dalam Ruang OSIS berhenti beraktivitas. Mata mereka kali ini tertuju tepat di ambang pintu.

"Keluar, semua." Ucap Alan dengan nada rendah memerintahkan semua anggotanya meninggalkan ruangan ini.

Semua saling menatap satu sama lain.

Lalu Ana, cewek berkacamata itu meletakan pulpen ke meja dengan kasar, lalu berdiri. Perlahan kakinya melangkah mendekat ke arah Alan sambil melipat kedua tangannya didepan dada. "Kenapa lagi dengan ni cewek?" Tanya Ana dengan tatapan sinisnya ke arah Nalla.

Nalla kali ini hanya bisa menggerutu dalam hatinya, mengepalkan tangannya kuat. Bisa-bisanya Ana menatapnya seperti itu.

"Bisa ikuti perintah gue?" Tanya Alan dingin, membuat Ana terbungkam seketika.

Riko maju, mendekat kearah Ana lalu memegang bahu cewek itu. "Na, udah mending kita keluar, nanti tugasnya kita samb__"

"GAK BISA!" Ucap Ana tegas, sambil menatap Alan dengan kesal. "tugas OSIS kita akhir-akhir ini sering berantakan, dan pastinya sejak ni cewek selalu nempelkan sama lo kan?" Ucapnya lagi dengan lantang sambil menatap Alan dan Nalla secara bergantian.

"Ana, udah." Ucap Riko menenangkan.

Riko kembali memegang bahu Ana agar cewek itu tidak kelewat batas dalam bicara, namun Ana langsung menghempaskan tangan Riko dari bahunya dengan kasar.

"Selama ini gue selalu sabar sama lo, Lan. Gue juga sabar setiap kali lo nyuruh kita keluar masuk ruangan OSIS dengan seenak lo aja. Gue juga sabar, setiap lo izin di waktu rapat, dan sekarang? Lo ninggalin pekerjaan lo juga demi jemput ni cewek?" Ucap Ana sambil menatap Nalla dengan aura persetan.

"Ana..." Panggil lagi Riko yang mulai khawatir akan terjadi sesuatu. Ya, ia khawatir ketika melihat Alan yang kini sedang menggertakan rahangnya kuat.

"Nalla, lo sadar gak? Selama ini lo udah buat ni cowok benar-benar gak bisa lepas dari lo, lo sadar gak? cowok ini udah ninggalin tugas pentingnya demi lo, lo, lo, dan elo." Ana mengepalkan tangannya. "Jangan bilang lo udah ke dukun biar Alan___"

BRAK!

Beberapa Anggota OSIS yang sedang duduk langsung berdiri dan menahan takut mereka. Begitupun Riko, Ana dan Nalla yang sama-sama menahan kaget mereka.

Bagaimana tidak? Alan menendang kursi plastik yang ada di dekatnya hingga patah.

Lalu napas Alan naik turun dan menatap Ana dengan sorot menajam. Sontak Ana langsung tertunduk takut, kakinya mendadak gemetar.

"Gue gak bisa kasar sama cewek, kursi itu di dalam imajinasi gue adalah lo." Alan kembali menggertakan rahangnya. Lalu ia menatap beberapa anggota OSIS lainnya yang kini menundukan kepala, takut.

"GUE KELUAR DARI OSIS." Ucap Alan dengan lantang. Membuat semua Anggota OSIS menatap Alan tak percaya.

Riko dan Ana menahan kaget mereka.

NALLAN Where stories live. Discover now