13

237K 24.6K 3.3K
                                    










Alan mengecek jam yang berada di dinding ruangan kecil ini, tepat pukul delapan malam. Ia lalu mematikan komputernya dan mengambil tas yang ada di sampingnya.

Ia sempat kaget ketika melihat Leona yang tertidur pulas di sebelahnya. Sekali lagi, ini akan merepotkan Alan tentunya.

Satu cara yang harus ia lakukan.

Leona mengerjapkan matanya ketika gemercik air menetes di pipinya. Ia lalu menyentuh keningnya yang juga basah. Matanya membulat sempurna ketika di lihatnya Alan tersenyum simpul sambil memegang segelas air putih di tangan kanannya.

"Lo nyiram gue?" Leona langsung terbangun memastikan pakaian sekolahnya tidak basah oleh ulah Alan. Untung saja, Alan hanya memercikkan sedikit air ke wajahnya saja.

"Bangun, kita pulang." Alan mengambil hoodie yang tersampir di kursi dan memakainya.

Leona kembali menyusun peralatannya dan memasukannya ke dalam tas. Wajahnya kembali lemas. "Lan," panggilnya, membuat langkah Alan yang tadinya ingin membuka knop pintu, namun ia urungkan. Ia berbalik menatap Leona datar.

"Gue nebeng, dong."












***










Tiba di rumah Alisa. Nalla dan Lia langsung masuk ke dalam rumah itu. Rumah yang tampak sederhana membuat Nalla mengingat masa-masa kecilnya dulu, bersama Alisa.

Untung saja pintu tidak di kunci. Nalla membukanya di susul dengan Lia.

"Kak Anisa..."

Suara teriakan Nalla terdengar getir. Nalla takut jika sesuatu hal terjadi dengan kak Anisa yang merupakan kakak kandung Alisa.

Lia mencoba membuka satu persatu pintu kamar, namun kosong, tidak ada seorang pun di dalamnya. Kemudian, pandangan Lia terhenti pada sebuah kertas yang terlipas di lantai, ia lalu mengambilnya.

"Alisa. Kakak mohon kamu jangan ninggalin kakak sendiri kayak gini."

Suara itu...

Nalla menarik tangan sang Mama ke suatu tempat. Yap, ternyata Nalla berjalan menuju kamar Alisa yang terletak di bagian belakang, Nalla masih ingat semuanya. Rumah ini adalah kenangan dirinya bersama Alisa.

Bahkan, kamar ini...

Klek!

Nalla membuka pintu kamar itu bersama dengan sang Mama di sebelahnya. Mereka terkejut mendapati Anisa yang terduduk lemah di pojok kamar, wajah lusuhnya menangis tak berhenti. Tangannya memegang sebuah bingkai, foto Alisa kecil.

"Kak, kak Anisa..." dengan cepat Nalla langsung mendekat dan meraba wajah Anisa perlahan, wajah yang sembab dan memerah, Nalla sangat khawatir.

"Ma, kak Anisa di bawa ke rumah sakit aja."

"Nggak! Nggak mau! Aku mau ketemu Alisa dulu..." Anisa meraung tak berhenti. Lia langsung mendekat dan memeluk Anisa perlahan.

"Kak, tadi pagi Alisa_____"

Anisa melepaskan pelukannya dengan Lia, matanya menatap Nalla tajam. "Kamu kan penyebabnya!"

NALLAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang