41

179K 15.7K 8.2K
                                    

"no matter how good they are,
don't believe their kindness."

-author




____________


Nalla berjalan dengan langkah cepat menuju Ruang Osis. Perasaannya sedang tidak baik-baik saja saat ini. Lihatlah, banyak pasang mata menatapnya dengan berbagai tatapan. Nalla tidak peduli, yang ia inginkan sekarang adalah langkah kakinya di percepat agar sampai ke Ruangan itu.

Sesampai di depan Ruang Osis. Ia sedikit ragu untuk masuk. Namun, Ia mencoba memberanikan dirinya.

Dan...

Semua orang di ruangan ini menatap ke arahnya. Ia sudah di tipu oleh Leona. Lihatlah ruangan ini penuh dengan para anggota Osis yang sedang melakukan meja bundar.

Nalla mendadak kaku, ia sungguh malu.

"Cari siapa lo?" Suara itu berasal dari Ana yang sedang duduk di dekat pintu, matanya menyorot tajam ke arah Nalla.

Terdengar suara kursi yang terdorong. Ternyata Alan yang berada di tengah-tengah mereka berdiri dari duduknya dan berjalan menuju ke arah Nalla. Baru Nalla ingin mengatakan sesuatu pada Alan, tangannya di tarik keluar oleh Alan.

"Ada apa?" Tanya Alan melepaskan tangan Nalla dari genggamannya.

Nalla menggigit bibirnya kuat, ia bingung harua menjawab apa. Ia kelihatan sangat malu mengganggu aktivitas orang lain. "Ee, gue, gue kira di dalem cuma ada lo. Leona ada gak disana?" Tanya Nalla.

Alan mengerutkan dahinya. "Dia kan bukan anggota Osis."

"Tugas lo sama Leona udah selesai?"

Alan semakin tidak mengerti mengapa Nalla menanyakan tentang Leona kepadanya. "Udah, tadi pagi." Mendengar itu Nalla merasa lega.

"Yaudah, cuma mau nanya itu doang, gue ke kelas dulu." Ucap Nalla dan setelah itu ia melangkah pergi.

"Nal." Panggil Alan.

Nalla berhenti melangkah, lalu berbalik menatap Alan. "Kenapa?" Tanyanya.

Alan memasukan kedua tangannya di saku celana, lalu maju beberapa langkah mendekat ke arah Nalla, cukup lama mereka berpandangan hingga akhirnya Alan berdeham. "Gue pulang sekolah langsung ke kantor, ada meeting penting, dan malamnya gue ke sekolah lagi, ngurus Osis, bisa jadi gue gak balik ke Apartemen." Ucap Alan dengan nada kecil, namun Nalla dapat mendengar dengan jelas.

Nalla terdiam beberapa detik, lalu ia mengangguk. "Oke." Jawab Nalla singkat.

Alan ingin kembali bersuara, namun ia urungkan dan berbalik menuju ruang Osis kembali.

"Kenapa gue kayak gak ikhlas gini sih dia gak pulang." Ucap Nalla kesal kepada diri sendiri, ia mengentakan kakinya beberapa kalo seperti anak kecil, setelah itu ia pergi menuju kelas.

Namun, baru saja berbelok di koridor kiri, tangannya di tarik paksa oleh seorang cewek, siapa lagi jika bukan Chelin.

"Ikut gue sebentar." Ucap Chelin sambil terus menarik tangan Nalla entah ke mana.

Nalla berdecak, namun ia tidak mau protes.

Ternyata Chelin membawanya ke taman belakang. Cewek itu menghempaskan tangan Nalla dengan kasar. "Lo ngapain sih pake acara kabur segala, lo mau lari dari masalah?" Tanya Chelin dengan tatapan sengitnya.

Nalla berdecak. "Gue-"

"Cukup. Lo gak perlu komentar. Gue ngajak lo kesini buat ngomongin hal lain, di antaranya adalah, ntar malem lo harus pergi ke bar, karena disana Gibran bakal traktir temen-temennya, termasuk gue. Gak termasuk temen-temen lo. Cam kan itu." Ujar Chelin penuh penekanan.

NALLAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang