27

206K 21.1K 4.8K
                                    

"Terkadang anda perlu melarikan diri sejenak hanya untuk melihat siapa yang datang setelah anda menghilang."





_









Seorang cewek tampak sedang bermenung sambil berdiri. Wajahnya menatap kosong ke arah depan, namun pikirannya sedang berada pada satu masalah.

"Gue harus minta bantuan siapa ya biar gue tau apa yang mereka sembunyiin." Gumam Chelin yang sejak tadi mondar-mandir di kamarnya. Tidak ada aktivitas yang ia lakukan selama pulang sekolah tadi, ia masih terus memikirkan tentang tempo hari, di mana Alan dan Nalla mengatakan tentang sebuah rahasia yang dirinya sangat ingin tahu tentang isi dari rahasia tersebut.

"Apa ya rahasianya." Chelin terduduk di ranjang sambil menggigit jari telunjuknya.

Seketika pikiran cerdiknya muncul. Untuk apa ia lelah memikir tentang itu sejak tadi. Papa adalah andalannya. Ia tahu, sang Papa mengetahui sesuatu.

Cepat-cepat cewek itu keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ruang kerja sang Papa.

Tok..tok...tok!

"Pa, permisi." ucap Chelin sambil membuka perlahan pintu ruangan yang tidak terlalu besar itu.

"Iya, masuk sayang." sahut sang Papa yang masih fokus dengan laptopnya.

Chelin duduk di hadapan Papanya. Tangannya memegang sudut meja dan matanya menatap sang Papa lurus. "Pa, Chelin mau nanya, boleh kan?" tanya Chelin ragu.

Bryan melepaskan kacamatanya. Kini ia menatap Chelin sambil tersenyum lembut. "Boleh dong, apa yang gak boleh sama anak kesayangan Papa, hm?" Sontak Chelin langsung tersenyum dan ia menghela napas leganya mendengar ucapan Papanya.

"Apa Papa tau tentang Nalla dan Alan? Maksud Chelin, Nalla sama Alan kayaknya nyembunyiin rahasia gitu, Chelin cuma pengen tau aja sih, apa Papa tau?" Pertanyaan Chelin yang berbelit membuat Bryan mencoba memahaminya. Detik kemudian ia paham apa yang Chelin tanyakan.

Wajah Bryan kelihatan sedikit cemas. "Papa gak bisa kasih tau kamu sayang, tunggu waktu yang pas baru Papa___"

"Tadi Papa bilang mau kasih tau Chelin semuanya." potong Chelin  kesal.

Bryan berdiri, mendekat ke arah Chelin lalu memeluknya hangat. "Oke, besok kamu ikut Papa."

Chelin mengernyit bingung. "Ke mana Pa?"

"Katanya mau tau rahasia mereka, hm?"

Chelin tersenyum lebar, lalu ia membalas pelukan sang Papa. "Makasih, Pa."








________









"Gue yang nganterin lo nih?"

Nalla berdecak kesal mendengar ucapan Anhar. "Kalo lo gak mau, yaudah. Gue bisa sendiri kok."

"Iya-iya. Gue anterin." ucap Anhar mengalah. Ia tidak ingin berdebat dengan Nalla yang tentu saja cewek itu akan menang bila di ajak berdebat dengannya.

Semua cewek pasti begitu kan?

"Gue tau perasaan lo, lo yakin gak mau ngebatalin atau niatan kabur? Gue kira lo bakalan punya niat begitu." ucap Anhar.

Nalla memasukan ponselnya ke dalam slingbag. Pandangannya beralih ke jendela, pikirannya mulai kacau.

Mengingat besok adalah hari pernikahannya. Apalagi ia harus mendengar perlontaran Anhar barusan. Jujur saja, ada benarnya Nalla melakukan hal itu. Tapi, ia benar-benar takut melakukannya.

NALLAN Where stories live. Discover now