36

208K 19.9K 3.4K
                                    



"Cowok kasar dan banyak mulut kayak lo gak pantes singgah di hati gue!"

-Nalla







________


Baru saja Nalla ingin protes bahwa apa yang Gibran ucapkan barusan adalah salah, tapi ia di tarik keluar kelas oleh Gibran entah menuju kemana. Nalla berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman Gibran, namun nihil, kekuatan Gibran lebih besar darinya.

"Lo udah gila?"

Gibran tersenyum kecut. "Iya, gua gila. Gara-gara lu." Cih, ingin sekali Nalla menampar wajahnya sekarang juga, namun kondisinya sedang tidak bersahabat.

"Gib, lo jangan macem-macem ya. Lepasin gak? Atau gue-"

"Atau apa? Lo ikut gue sebentar, atau lo gak akan selamat." Ucap Gibran sambil berhenti melangkah, menatap Nalla dengan tatapan dinginnya.

Tentu saja hal itu membuat Nalla mengatup mulutnya, membiarkan Gibran membawanya entah kemana. Nalla bersyukur koridor makin ramai oleh siswa yang berlalu lalang, ia mencoba menenangkan dirinya agar hal gila kemarin ia harap tidak akan terjadi lagi.

Ternyata Gibran membawa Nalla menuju halaman belakang sekolah. Nalla merasa sedikit lega. Untung saja cowok itu tidak membawanya ke tempat aneh-aneh, seperti gudang? Atau mungkin toilet? Mengingatnya saja, Nalla menjadi merinding.

"Ngapain kesini?" Tanya Nalla sambil melepaskan tangannya dari cengkraman Gibran.

Gibran kini memandang Nalla dari ujung kaki hingga kepala. Membuat Nalla langsung mundur beberapa langkah, menatap Gibran dengan waspada. "Bisa jaga mata lo gak!" Ucap Nalla tajam.

Gibran tertawa pelan, kemudian ia tersenyum. "Gak bisa, coba lo gak buat gue tergoda, gue gak akan segila ini sama lo." Ujar Gibran dengan seringai kecilnya.

Nalla mengepalkan tangannya. "Gib, gue mohon sama lo. Jauhin gue, please. Gue gak bisa-"

"Kenapa?"

"Gib, please..."

"Kenapa gue tanya!" Tanya Gibran yang sepertinya mulai mengeluarkan amarah. Suara beratnya keluar, memandang Nalla dengan penuh tekanan.

Nalla menjadi terdiam, tubuhnya mendadak kaku seketika.

Satu-satunya cara yang harus Nalla lakukan adalah kabur. Nalla mulai memandang sekeliling, sangat sepi. Halaman belakang ini memang jarang sekali orang-orang mengunjunginya.

Baru saja Nalla melangkahkan kakinya untuk kabur, tangannya di tarik paksa oleh Gibran hingga Nalla menabrak dada Gibran. Keadaan keduanya sekarang seperti berpelukan.

Beberapa detik Nalla langsung melepas paksa pelukan itu yang semakin erat, bahunya di pegang kuat oleh Gibran. Namun, usahanya sia-sia ketahuilah kekuatan Gibran  jauh lebih besar darinya.

"Lepas gak! Atau gue teriak!" Ucap Nalla dengan penuh tekanan, matanya menyorot tajam ke arah Gibran.

"Galak banget kalo lagi marah, tambah seksi tau gak." Ucap Gibran dengan lembut, sambil menyibakkan rambut Nalla yang terhayun ke depan.

"Gib, hitungan tiga lo gak lepas gue bakal teriak!"

Gibran tersenyum kecut.

"Satu."

Gibran masih belum melepasnya.

"Dua"

"Tig-"

NALLAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang