33

209K 20.4K 2.4K
                                    


"Penting banget ya urusan temen, dari pada istrinya?"

!!!



___________

Pagi ini Alisa terus saja mengeluarkan suaranya. Ia tak tahan melihat Nalla yang sangat ceroboh. Cewek itu baru saja menghilangkan cincin pernikahannya membuat Alisa harus extra sabar walaupun benda kecil itu belum di temukan.

"Coba lo liat-liat di bawah tempat tidur, jatoh paling." Ucap Alisa sambil membongkar isi slingbag Nalla.

"Yakali ada di tas itu, gue gak pernah nyentuh tas itu selama acara semalem." Keluh Nalla. Cewek itu berjalan menuju ranjangnya dan segera menundukkan tubuh dan kepalanya, melongok ke bawah ranjang.

"Ada gak?" Tanya Alisa yang mendekat.

Nalla berdecak. "Gak ada."

Alisa memutarkan bola matanya kesal. "Makanya, gue udah bilang kalo mandi di pake aja, tuh cincin gak akan luntur kali kena air. Lo katrok atau gimana sih!" Alisa memijit pelipisnya kesal, melihat tingkah sahabatnya yang semakin hari semakin membuatnya gemas.

"Heh! Gue bukan katrok ya. Gue risih tau gak pake tuh benda, jatohnya norak banget." Ucap Nalla sambil bergidik geli.

Alisa menghela napas. "Yaudah, sekarang mau lo gimana? Kita lanjut nyusun barang-barang lo ini, atau cari cincin?" Tanya Alisa yang kemudian membuat Nalla kembali bingung.

"Kalo gue gak susun barang-barang sekarang, yang ada Alan makin marah sama gue."

"Marahan mana? Gak nyusun barang-barang, atau cincin hilang?" Pertanyaan Alisa seketika membuat Nalla berubah menjadi kaku dan tak bergeming.

Tok-tok-tok

Suara ketokan pintu membuat Nalla dan Alisa terdiam beberapa detik, lalu Alisa berjalan ke arah pintu dan membukanya.

Ternyata itu Alan.

"Lima menit lagi, gue tunggu di bawah. Dan semua barang lo masukin ke mobil." Ucap Alan membuat Nalla menahan kagetnya. Gila aja, masa dalam lima menit semua harus sudah siap, Nalla saja baru memasukan setengah pakaiannya ke dalam koper, dan juga soal cincin itu, apa ia harus jujur dengan Alan?

"Lima menit? Hah? Lo liat dong, ni baju gue sebanyak-banyaknya, dan-"

"Bawa pakaian seperlunya aja dulu, besok bisa di angsur lagi. Lo pikir gue nyewa mobil untuk ngangkut semua barang lo?" Alan menyindir Nalla sambil menaikan sebelah alisnya dan memandang Nalla dengan tatapan dingin.

"Cepat selesaikan, gue tunggu di bawah." Baru saja Alan ingin keluar kamar dan menutup pintu kembali, Nalla langsung menahan pintunya.

Sontak saja Alan berbalik menatap Nalla. Nalla malah mengecutkan bibirnya. "Alan, lo jangan marah ya..." Ucap Nalla sambil berpura-pura mengeluarkan tampang sedihnya.

Alisa memutar bola matanya malas, tak heran jika Nalla mulai mencari jalan ninja. "Yaudah, gue keluar dulu, males banget ikut campur urusan suami istri." Alisa berlenggang keluar dari kamar.

Tinggal lah Alan dan Nalla yang masih setia di ambang pintu.

Ucapan Nalla membuat Alan bingung dan ia hanya menaikan sebelah alisnya memandang Nalla.

"Gue..." Nalla menunduk dan memainkan kukunya. Antara bingung dan takut harus membicarakan hal ini.

"Hm, gue..." Lagi-lagi Nalla tak bisa melanjutkan kata-katanya.

"Kenapa?"

Jujur saja, pertanyaan Alan barusan dapat meyakinkan Nalla untuk berkata jujur, sebab Alan tidak emosi ketika menanyakannya. Nalla berusaha menjadi berani. Ya, ia harus berani berkata jujur karena ini akan terjadi di dalam hidupnya terus-menerus.

NALLAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang