30

221K 22.9K 11K
                                    


"Aku merasakan hal yang berbeda ketika dia menyentuhku."
-Nalla








____________









Alan membawa Nalla menuju lantai atas. Ia tak peduli berbagai mata sedang menatapnya sekarang. Mungkin jika terjadi sesuatu yang sangat buruk dengan Nalla, Alan tak akan segan-segan menghabisi siapapun yang melakukan itu.

Nalla terlihat ingin berhenti menangis, walaupun ia mencoba menahan tangisannya, Alan masih dapat mendengar isak tangisnya.

Tangan Nalla terasa sangat dingin dan menggigil, Alan merasakannya.

Setelah sampai di depan pintu kamar Nalla, Alan membuka pintu itu perlahan dan masuk lebih dulu, di susul dengan Nalla yang tangan kanannya masih di genggam Alan.

Baru saja Alan masuk ke dalam kamar dan menutup pintu, Nalla langsung memeluknya erat dan kembali memecahkan tangisannya di dalam pelukan tersebut.

"Gue takut..." adu Nalla dengan suara parau dan gemetar.

Untung saja pintu kamar Nalla tertutup, suaranya tak akan bisa terdengar sampai keluar.

Alan membalas pelukan itu dengan erat, lalu mengusap rambut Nalla pelan. "Gue disini." ucap Alan menenangkannya.

Nalla melepaskan pelukan itu, lalu mata sembabnya menatap Alan. "Gue mohon, jangan salahin Anhar, dia udah nolongin gue." jelas Nalla.

Mendengar itu, Alan terdiam beberapa saat. Lalu kemudian ia mengelap air mata Nalla dengan tangan kanan. "Tenangin diri lo dulu, jangan pikirin apa-apa sekarang." ucap Alan dengan tatapan peduli.

Nalla mengangguk. "Gue mau mandi dulu, abis itu gue bakal turun dan ceritain semuanya."

"Iya, gue tunggu."







________









Sekarang, Alan memikirkan apa yang sudah terjadi pada Nalla. Mengapa cewek itu begitu ketakutan, dan juga Anhar tidak salah? Jadi siapa yang sudah membuat Nalla seperti itu?

Alan juga mulai menebak-nebak siapa orangnya. Namun, hanya ada satu orang yang memenuhi kepalanya.

Tiba-tiba terdengar suara pintu kamar mandi terbuka, Alan yang masih setia di kamar Nalla sejak tadi langsung berdiri dari duduknya dan berjalan mendekat ke arah Nalla.

Nalla terkejut. Ternyata Alan belum keluar dari kamarnya.

Ia hanya memakai handuk yang ia lilitkan di atas dada dan panjang handuk itu hanya di atas lutut membuatnya malu dan berbalik untuk masuk ke kamar mandi lagi.

Namun, ia kalah cepat. Lebih dulu Alan menarik tangannya. Hingga Nalla yang tenaganya belum kembali sepenuhnya langsung terhuyung ke depan dan menabrak dada bidang Alan.

Deg!

Seketika Nalla cepat-cepat mundur selangkah, namun tangan kanannya masih di genggam oleh Alan.

"Ke-kenapa?"tanya Nalla canggung.

"Gue mau nanya hal penting."

"Yaudah cepat, nanya apa?"

"Apa yang Gibran lakuin sama lo?"

Mendengar pertanyaan Alan, Nalla terdiam beberapa saat. Kemudian, Nalla kembali meneteskan air mata, tangannya kembali dingin mengingat kejadian yang mestinya ia buang jauh-jauh.

"Di-dia," Nalla menjeda, ia ragu harus menceritakan semuanya atau tidak. Namun, mengingat bahwa Alan akan selalu ada di sisinya, Nalla mulai beranikan diri.

NALLAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang