76

158K 25.1K 16K
                                    


Baca part ini harap sambil dengerin musik yang syedihhhhh yaa, biar dapet feelnya. Biar nangis lu pada. Tapi, kalo ga dapet feelnya yaudah sii gpp.

Gue saranin lagu ini, artinya pas banget...apalagi pas dengerin reffnya sambil baca bagian akhir dipart ini, ngena banget :(

Saran doang, selera lagu ada dikalian kan? gabisa maksain :)

Ehhh, bentarrr!!! Gamau vote? Pulang ya, jgn mampir dilapak saya, ehe.

_____________




Hari demi hari berganti.

Dan hari ini adalah hari ketujuh Alan dan Nalla tidak saling bertemu.

Sejak tadi, Nalla terus menangis dikamarnya. Ia mencoba mengecek ponsel berkali-kali, bahkan semua sosial media terus ia pantau. Tak ada satu pesanpun dari Alan. Terakhir kali Alan menelpon dirinya pada hari pertama Nalla di Bandung.

Hari kedua, ketiga, keempat dan bahkan hari ini. Nalla merasa rindu terberatnya tidak terbalas sedikitpun dari Alan.

Tiba-tiba ketukan pintu pelan terdengar.

Nalla masih setia dengan pelukannya pada guling. isakan tangisnya semakin kuat ketika sang Mama masuk kedalam kamar. Lia langsung mendekat ke putrinya, membelai perlahan rambut Nalla. "Duduk dulu sayang..." Perlahan Lia membantu Nalla untuk duduk, lalu ia langsung memeluk putrinya dengan erat.

"Mama tau kamu sangat rindu sama Alan, dan Mama tau Alan pasti juga rindu sama kamu. Dia mungkin lagi belajar konsisten untuk ujian Nasionalnya senin besok, makanya dia gak ada ngabarin kamu, jadi kamu harus sabar nunggunya, ya."

"Ini udah seminggu, Ma. Alan biasanya gak pernah gini...aku tau walaupun dia belajar keras dia pasti bakal hubungi aku seenggaknya bales chat aku aja, apa susahnya sih!" Nalla kembali menangis.

Dirinya benar-benar merindukan Alan.

"Iya, Mama ngerti gimana perasaan kamu, sekarang stop dong nangisnya, kalo kamu gini terus, Mama juga sedih liatnya." Lia mengelap airmata Nalla yang terus membasahi pipi. "Nanti Mama bakal hubungi Bunda kamu." Ucap Lia untuk menenangkan Nalla.

Nalla mengangguk mengerti.

Tiba-tiba ponsel Nalla berdering. Dengan cepat Nalla segera mengambilnya dan melihat siapa yang menelponnya, ia harap itu adalah Alan.

Dan Nalla menatap layar ponselnya nanar.

Lalu membuang ponselnya kembali keatas ranjang. Membuat Lia mengerutkan dahinya. "Siapa sayang? Kenapa gak diangkat?" Tanya Lia penasaran.

Nalla menggeleng. "Itu Gibran, temen sekelas Ma." Jawab Nalla pelan.

Mengapa bukan Alan yang menelponnya.

Lia menghela napasnya, mencoba merasakan apa yang anaknya rasakan saat ini. Menahan rindu itu sangat menyakitkan, memang.

"Kamu belum makan malamkan sayang? Ayo makan dulu, nanti sakit." Ajak Lia.

Nalla mengangguk pelan, setelah itu mereka segera keluar kamar bersama.

_________________



NALLAN Where stories live. Discover now