47

191K 19.3K 9K
                                    

can't refuse, she's addicted

__________

"Mama mau punya cucu gak?" Potong Alan yang suaranya dapat di dengar oleh tiga orang yang saat ini sama-sama kaget mendengarnya.

Apalagi Nalla. lihatlah, wajahnya bahkan sudah memerah seperti kepiting rebus.

Misha dan Ardi langsung saling tatap. Mereka terdiam beberapa saat setelah mendengar ucapan Alan barusan. Lalu Misha beralih menatap Nalla yang saat ini terlihat canggung.

"Sebentar ya Nalla, Bunda mau ngomong berdua sama Alan dulu." Ucap Misha yang kini berjalan menuju dapur, menjauh dari Nalla dan Suaminya.

"Alan!" Panggil Misha dengan nada sedikit kesal.

"Ya?" Jawab Alan di sebrang sana.

Misha menghela napas kesal kembali. Ia tak habis pikir apa yang sudah anaknya katakan tadi. Pasti Nalla merasa sangat malu. "Maksud kamu tadi bicara kayak gitu apa? Mama gak suka ya, kamu tau kan resikonya?" Ucap Misha dengan tegas.

"Alan, kenapa diam aja!"

"Bercanda, Ma."

"Duh, kamu ini. Ya sudah, awas ya kalau kalian gak sampai selesaikan masalah, besok pagi Mama datang lagi ke sini, memastikan kalian." Ancam Misha.

Terdengar helaan napas berat dari Alan.

"Yaudah, kamu lanjutkan rapatnya, Mama mau pulang."

"Iya, hati-hati, Assalamualaikum." Baru saja Alan akan menutupnya, suara Misha kembali terdengar.

"Alan,"

"Apalagi, Ma?"

Haruskah Misha mengatakan ini? Padahal ia benar-benar sangat iri ketika datang ke acara arisan bersama teman-temannya. Semua temannya menceritakan tentang cucu mereka, bahkan mereka membawanya ke acara tersebut. Misha memejamkan matanya sebentar, mencoba menepis pikiran anehnya untuk cepat-cepat memiliki cucu.

"Hm, kamu-"

Misha kembali diam, bingung harus berkata apa.

"Aduh, Ma. Kenapa sih? Rapat udah mau di mulai."

Misha berdeham. "Alan, temen-temen Mama di arisan kadang bawa cucu mereka, lucu-lucu tau. Mama suka liatnya." Tanya Misha dengan spontan, membuat Alan langsung terdiam.

"Kamu tau kan apa Maksud Mama?" Tanya Misha dengan hati-hati.

Terjadi hening beberapa saat.

Hingga suara Alan terdengar kembali. "Udah dulu ya Ma, Assalamualaikum"

Tut..tutt..tutt.. sambungan terputus.

Misha hanya bisa menarik napasnya perlahan. Ia merutuki dirinya sendiri. Mengapa pertanyaan sensitif itu berhasil lolos dari mulutnya. Sungguh, Misha menyesali ucapannya tersebut.

Lalu ia kembali menemui Nalla dan suaminya yang berada di ruang tengah. Misha langsung memeluk Nalla dan mengelus kepada menantunya itu dengan sayang. "Yaudah, sayang. Bunda sama Ayah mau pulang dulu ya, kamu harus janji. Masalah kamu sama Alan harus di selesaikan hari ini juga, Alan juga cuti dari kantor hari ini." Ujar Misha.

NALLAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang