5

289K 30.7K 4.4K
                                    






Gibran meneguk air putih untuk yang ketiga kalinya. Wajahnya memucat setelah aksi perkelahian tadi dengan Nalla. Untung saja semua orang sibuk membantu Nalla untuk dibawa ke UKS, jadi Gibran berhasil kabur dengan kedua temannya, Beni dan Dion.

"Gila, kalo lo sampe lo dipanggil Kepala sekolah gimana? Lo yakin masalahnya cuma sampe disini doang?" tanya Dion.

Beni mengangguk. "Bener tu, sebaiknya lo minta maaf sama Nalla."

Dion mendekat ke arah Gibran hinggah tak ada jarak diantara mereka sekarang, Beni menutup mulut tak percaya.

Pletak. "Lo homo, anjir!" Gibran menoyor kepala Dion.

Dion menjauhkan sedikit tubuhnya. "Bukan anjir, gue mau bilang sesuatu. Eh, emang bener ya si Nalla satu rumah sama Ketos? suara Dion mengecil.

Gibran tertawa pelan.

"Yaelah, lo fitnah lagi fitnah lagi, udah jarang sholat, banyak banget dosa lo, mending tobat, noh, ajal lo udah deket." ujar Dion kesal.

"Beneran njir, gue liat dia kemarin masuk di rumah yang sama dengan Ketua OSIS itu."

Kedua temannya menatap Gibran serius.

"Gue juga mikir gitu, mereka saudara. Tapi juga aja gitu, gangguin dia, bikin masalah."

"Ngapain lo suka ganggu dia?"

"Karena gue suka sama dia." Sontak Dion dan Beni menatap Gibran tak percaya.

Detik kemudian, Gibran tertawa terbahak-bahak. "Gak mungkin lah o'on!" ucapnya sambil menoyor kepala dua temannya itu.

"Gak lucu candaan lo!"

Gibran kembali terkekeh mendengar ucapan Beni. Lalu matanya menatap lurus ke depan. Pikirannya kini tertuju pada seseorang.

Dimana dirinya menemukan orang itu yang selalu menghibur dirinya. Membuat hari-harinya terasa berwarna, tapi tidak sekarang. Gibran benci masalalu. Sungguh!

"Lo yakin gak takut masuk BK?"

Gibran membuyarkan pikirannya. Matanya kembali menatap Dion. "Nggak, untuk apa gue takut, tuh guru gak akan telen gue."







***






Nalla membuka matanya perlahan. Yang pertama kali ia lihat adalah kipas angin yang memutar di atas kepalanya serta hidungnya mencium bau obat-obatan yang membuatnya kesal, dan tak lupa disampingnya ada sahabatnya yang sedang menunggu dirinya.

"Akhirnya, lo bangun."

Dinda langsung memberikan air putih kepada Nalla. "Minum dulu."

Sementara Chelin, ia mengambil minyak kayu putih di dalam kotak P3K dan mengolesinya ke kepala Nalla sambil memijitnya pelan.

"Ernon mana?" tanya Nalla sambil berusaha untuk duduk.

Chelin dan Dinda segera membantu Nalla untuk duduk. "Dia jumpai Bu Deswita, dia jadi saksi atas kejadian tadi, Nal." jawab Dinda.

NALLAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang