49

203K 18.5K 8.8K
                                    

I will not allow she to be owned by others.

___________

Sangat lama Nalla dan Alan dalam posisi seperti itu. Bahkan, Alan semakin menarik pinggang Nalla agar merapat ke tubuhnya tanpa ada jarak sedikitpun.

Alan tidak munafik, ia kecanduan untuk yang kesekian kalinya.

Setelah cukup lama mereka berciuman, Nalla yang mulai kehabisan napas langsung melepaskan ciuman itu hingga napasnya naik turun. Setelah itu Nalla mengigit bibirnya sendiri dengan kuat, apa yang baru saja Alan lakukan padanya?

Lihatlah, sekarang dirinya sangat malu karena semua teman Alan melihatnya. Nalla beralih menatap Gibran yang kini menatap Nalla dengan raut wajah yang tidak bisa di jelaskan.

Gibran tidak bisa menahannya. Ia maju mendekat ke arah Nalla. Baru saja ingin mengambil tangan Nalla. Alan lebih dulu menepisnya. "Mau apa lo?" Tanya Alan sambil menaikan sebelah alisnya.

"Sikat Lan."

"Hajar Lan."

"Wuww, hajarr."

Teriakan teman-teman Alan membuat Gibran mengepalkan tangannya.

"Nal, kita bicara sebentar." Ucap Gibran yang kini menatap Nalla dengan lekat. Gibran kembali ingin mengambil tangan Nalla, Namun, detik itu juga Alan menarik pinggang Nalla merapat ke arahnya.

"Gak bisa, dia punya gue." Ucap Alan sambil tersenyum miring memancing emosi Gibran.

Nalla benar-benar bingung saat ini. Apa dia harus mendengarkan apa yang akan Gibran bicarakan? Atau mengikuti kata Alan? Nalla penasaran dengan kabar kakak kandung Gibran, apa perempuan itu baik-baik saja?

Gibran tertawa hambar mendengar ucapan Alan. "Nal, lo pacaran sama dia? Dia bohongin gue kan Nal?" Tanya Gibran sambil terus menatap Nalla lurus.

Mendengar itu, Alan semakin merapatkan pinggang Nalla ke tubuhnya. Untung saja Nalla tidak menolak, cewek itu hanya diam tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

"Bisa lo lepasin Nalla dari pelukan lo itu?" Ucap Gibran yang kembali emosi, sudah cukup ia menderita melihat ciuman Nalla bersama Alan tadi, sekarang? Alan malah sengaja merapatkan Nalla pada tubuhnya.

"Udah, udah. Kita tanding yok. Mana temen-temen lo?" Ucap salah satu teman Alan yang memakai hoodie coklat sambil mendekat ke arah Gibran.

"Mereka masih di jalan, bentar lagi juga sampai." Ucap Gibran yang kini mengambil bola basket yang ia lepaskan tadi.

"Ayo bro, siap-siap kita." Ucap lagi cowok berhoodie coklat sambil menepuk pundak Alan.

Alan mengangguk dan segera melepaskan tangannya dari pinggang Nalla. Semua teman Alan sudah berjalan ke tengah lapangan.

Sementara Alan masih setia di hadapan Nalla, ia was-was dengan adanya Gibran yang tak jauh dari Nalla saat ini. Sebelum jalan ke tengah lapangan, Alan memberi pesan kepada Nalla.

"Lo duduk di situ, pegangin HP gue." Ujar Alan sambil menunjukan ke arah yang tak jauh darinya, lalu memberikan ponsel miliknya kepada Nalla.

"Lo mainnya gak bakal lama kan?" Tanya Nalla yang kini terlihat sudah mulai lelah dan mengantuk.

"Bentar doang."

Baru saja Alan ingin beranjak, ia malah melihat Gibran yang sedang memperhatikan Nalla sejak tadi. "Biar lo gak ngantuk, gue kasih obat." Ucap Alan yang kini kembali mendekat ke arah Nalla.

Nalla menjadi was-was kembali.

"O-obat?" Tanya Nalla yang tiba-tiba menjadi canggung.

NALLAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang