52

212K 19.9K 11.7K
                                    

Alan itu lebih suka pembuktian,
dari pada hanya berkoar mengucap janji.




_________



"Gue udah tanggung jawab kan? Dan lo kapan penuhi tugas lo sebagai istri, buat gue seneng misalnya."

Ucapan Alan seketika membuat langkah kaki Nalla terhenti.

Nalla mendadak beku di tempat.

Senyap melanda keduanya hingga pada akhirnya Nalla berlari ke atas menuju kamar, menutup pintu dengan keras hingga terdengar oleh Alan.

Cowok itu hanya menahan senyumnya lalu menggeleng-gelengkan kepala, ia tahu Nalla salah tingkah, namun detik berikutnya Alan terdiam. Apa barusan ia mengajak Nalla melakukan hubungan suami istri?

Alan langsung menarik rambutnya, mengapa mulutnya sangat mudah mengatakan hal semacam itu. Pasti Nalla merasa tidak nyaman.

Ting..tong..

Siapa yang bertamu se-sore ini. Padahal beberapa menit lagi matahari akan terbenam.

Alan berjalan ke arah pintu dan segera membukanya. Ia menahan kaget, karena Bryan berdiri di depan pintu sambil membawa sebuah kantong plastik besar.

Pria itu tersenyum ramah kepada Alan. "Nalla ada?" Tanya Bryan langsung.

Alan tersenyum, "masuk Om, Nalla ada di kamarnya." Ucap Alan dengan sopan sambil mempersilahkan Bryan masuk.

Bryan tertawa. Lalu berjalan masuk ke dalam Apartemen sambil menepuk pundak Alan beberapa kali. "Kamu ini, sudah jadi menantu kenapa manggil Om? Aduh, Alan." Ucap Bryan sambil tertawa beberapa kali.

Alan lupa.

"Oh, i-iya, Pa." Jawabnya agak segan dan ini terasa sangat aneh.

"Ya sudah, bisa panggilkan Nalla kesini? Ada yang mau Papa bicarakan." Ucap Bryan.

Alan mengangguk lalu berjalan menuju lantai atas. Tepat di depan pintu kamarnya, ia segera membuka pintu dan melihat Nalla sedang bermain ponselnya di atas ranjang.

"Bokap nyariin." Ucap Alan pelan.

Seketika Nalla langsung kaget mendapati Alan berdiri di ambang pintu. "Lo bisa gak sih di ketok pintu dulu? Gue kaget." Protes Nalla kesal.

"Cepetan."

Nalla menatap Alan bingung, "apaansih?"

Alan memejamkan matanya sebentar, extra sabar menghadapi sang istri. "Bokap."

Apasih, bokap-bokap.

Nalla berdecak kesal, ia kembali bermain ponselnya tak menanggapi Alan. Cowok itu membuatnya kesal sekaligus takut bila menatap matanya.

"Bokap lo nyariin sayang." Mendengar itu Nalla berhenti bermain ponselnya. Matanya kembali menatap Alan yang masih setia di ambang pintu.

"Bo-bokap gue?" Tunjuk Nalla pada dirinya.

Alan mengangguk.

Nalla langsung berdiri, mengikat rambutnya sembarang dan berlari kecil ke arah Alan. "Kok dia bisa disini sih? Kangen ya sama gue? Atau dia sama Chelin? Gak ah, gak mau turun." Ucap Nalla.

"Dia sendiri."

"Gue-" Nalla menarik napas kesal. "Malas ah gue turun."

Tanpa banyak bicara Alan menarik tangan Nalla menuju lantai bawah. Membuat Nalla menahan kekesalannya dan menuruti Alan.

Setelah sampai di lantai utama, bisa Nalla lihat Bryan sedang menatapnya sambil tersenyum.

Nalla dan Alan duduk bersampingan tepat di hadapan Bryan.

NALLAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang