"CEPET KABUR NJING!" Gertak Anhar lagi.

Dengan cepat Alan menarik tangan Nalla menuju jalan pintas yang ada di belakang rumahnya.

Anhar yang berada di atas balkon menjadi greget sendiri. Wajahnya seketika panik melihat dua orang yang berjalan di bawah sana.

"Hufhh..." Anhar bernapas lega, ternyata Alan dan Nalla sangat cepat menghilangkan jejak mereka.

"KAMU!"

Anhar terlonjak kaget, lalu melihat tepat ke bawah. Dua orang lelaki berbadan besar itu menatap tajam ke arah Anhar.

"Suara apa tadi?" Tanya seorang bodyguard berkepala pelontos.

Anhar mencoba memberanikan diri. "Lah, mana saya tahu, Saya kan ikan." Ucap Anhar sambil mencebikan bibirnya, setelah itu ia langsung berlari masuk ke dalam kamarnya. Mengunci pintu balkon dengan rapat serta tidak lupa menutup tirai gorden.

"Sial banget idup gue." Ucap Anhar sambil terduduk di lantai kamarnya.

______________

Sesampai di mobil, Alan membukakan pintu  untuk Nalla, lalu buru-buru Alan masuk ke dalam mobil.

Baru saja Alan akan menghidupkan mesin mobil. Tangannya di jegat oleh Nalla. Sontak Alan menghentikan aktivitasnya dan kini menatap Nalla.

Cewek itu menatap Alan dengan tatapan berbeda. "Lan, kayaknya gue balik aja deh ke rumah." Ucap Nalla setelah berpikir panjang sejak tangannya di tarik oleh Alan sewaktu mereka berlari tadi.

Alan menatap Nalla lama tanpa berkata apapun.

"Gue-" Nalla menunduk, memainkan jari-jarinya, lalu kembali menatap Alan. "Gue gak bisa pergi sama lo." Ucap Nalla dengan mata berkaca-kaca.

"Kenapa?" Tanya Alan to the point.

"Soal kejadian lo sama Leona itu emang gak benerkan" tanya Nalla memastikan, namun bisa di lihat dari wajah Alan saat ini yang berubah drastis. Rahangnya mengeras, pandangannya berubah dingin menatap Nalla.

"Lo gak percaya sama gue, Nal?" Tanya Alan dingin.

"Bukan-" Nalla menggeleng antusias, "gue cuman takut Leona ngelakuin hal buruk ke elo, Lan. Gue gak mau Leona ambil lo dari gue, gue-" Nalla yang tiba-tiba meneteskan airmatanya. "Gue sayang sama lo." Ucapnya lagi.

Alan terdiam, menatap Nalla dengan sangat dalam.

"Alan, gue mohon jangan ninggalin gue. Gue perlu lo," ucap Nalla dengan gemetar, "ada banyak hal yang harus gue semogakan sama lo, ada banyak hal juga yang harus gue ceritain tentang derita gue ke elo," sekali lagi, Nalla terisak-isak, tubuhnya merasakan banyak gemetar yang kuat seolah ia sedang perlu seseorang. "Gue gak mampu nanggung ini sendirian, Alan. Gue butuh lo. Dan gue-"

Alan menunggu ucapan Nalla, matanya masih menatap Nalla dalam.

"Gue gak mau kehilangan lo, selamanya."

Mendengar itu, dengan cepat Alan memeluk Nalla dengan erat, seerat-eratnya hingga tak ada orang yang bisa memisahkan pelukan mereka.

Alan akui kalimat yang Nalla sebutkan tadi adalah kalimat yang juga ingin ia ungkapkan pada Nalla.

Ya, dirinya tak akan biarkan siapapun yang melukai cewek yang sedang berada di pelukannya saat ini.

_______________


Lagi dan lagi, kedua orang tua Dinda kembali berkelahi. Dinda mengurung diri di kamarnya dengan kedua tangan ia lipat di depan lutut sambil berjongkok di lantai.

NALLAN Where stories live. Discover now