79. Selamat Tinggal

Start from the beginning
                                    

Riri menggembungkan kedua pipi, kesal. "Jadi bang Danis mau dateng, 'kan?"

Danis mengangguk dengan senyum lebar yang menghiasi wajah tampan dan kalemnya itu. "Bang Danis usahain ya, soalnya...."

"Pokonya harus dateng!" potong Riri cepat. Ia tidak mau kalau Danis mencari-cari alasan untuk tidak datang ke acara pensi di sekolahnya. Entah kenapa, kali ini, Riri sangat ingin Danis melihatnya bernyanyi di atas panggung. "Kalo engga, Riri bakal ngambek seminggu!"

Danis menggertakkan gigi atas dan bawahnya gemas. "Iyaaa...dateng kok datenggg..."

Menatap Danis. Riri tersenyum lebar dengan mata yang menyipit karena tertekan oleh pipi chubby miliknya yang semakin hari semakin bertambah volumenya. Membuat gadis berumur tujuh belas tahun itu semakin menggemaskan. Layaknya anak-anak yang masih berusia sepuluh tahun.

"Besok pulang sekolah sekalian anterin Riri ke rumah ya?"

Danis bingung. "Rumah siapa?"

"Rumah Riri, ih!"

Satu alis Danis terangkat. "Ini 'kan rumah Riri?"

"Bukan rumah ini," balas Riri mencebikkan bibirnya. "Tapi rumah bunda."

"Mau ngapain?"

"Ambil barang Riri."

"Kenapa ngga beli baru aja?"

"Enggah ih, orang Riri mau ambil buku diary kok."

Danis mengangguk paham. "Oh buku diary. Iya besok abang anter."

"Masuk gih, ntar masuk angin. Udah malem loh. Buruan bobok," peringat Danis begitu perhatian.

"Tapi bang Danis buatin susu untuk Riri ya, ya, ya?" mohon Riri dengan mata berbinar. Berharap abangnya mau membuatkan susu. Pasalnya akhir-akhir ini Danis sangat jarang membuatkan susu untuk Riri karena Danis sibuk mengerjakan tugas kuliahnya. Riri lebih sering dibuatkan susu oleh Vina--mamanya. Sementara Dewa, mana becus cowok yang satu itu membuat susu untuk Riri. Pernah sekali membuatkan susu untuk Riri. Bukannya jadi susu yang biasa Riri minum. Justru jadi seperti bubur. Karena Dewa menuang bubuk susunya setengah gelas lebih.

"Ya, ya, ya, yatoyiba...yatoyiba..." ujar Danis diakhiri tawa geli. Karena penuturannya begitu absurd.

"Ih, apa sih?" kesal Riri melihat Danis yang malah bercanda. "Bang Danis tau gituan dari siapa?"

Danis masih tertawa. "Gue tau dari temen lo yang suka joget-joget di aplikasi cek-cok, eh pis-cok, eh tik-tod, tok-tok eh apaan sih anjir." Danis menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia lupa dengan nama aplikasi yang pernah Ilham mainkan saat Danis ikut kumpul di markas Drax kemarin.

"Tik-tok bang," jawab Riri membenarkan.

"Ah iya, itu, apalah pokoknya kemaren gue denger dari hp temen lo yang pecicilan itu. Siapa ya namanya, Lohan? Eh Ilhan?"

Riri memukul pundak Danis. "Ilham, ih."

"Oh iya Ilham. Astaga lupa."

"Buatin susu ya?"

Danis mengusap kepala Riri. "Iya. Masuk dulu gih, ntar bang Danis susul."

Riri mengangguk menurut. Ia berjalan ke dalam rumah sebelum akhirnya suara teriakan dari Vina membuat Riri terkejut bukan main.

"RIRI JOKONYA LOMPAT-LOMPAT! KELUAR DARI AQUARIUM!! MAMA NGGA BISA NANGKEP!"

"HAH?!"

*****

"Riri udah tidur?"

Danis mengangguk lalu duduk di samping Dewa yang sedang menghisap rokok. Cowok yang satu itu memang perokok berat.

MY CHILDISH GIRL [END]Where stories live. Discover now