74. Perjodohan

183K 19.5K 8.8K
                                    

Halo gimana kabarnya? Setelah Ldr an dua hari haha.

Pada kangen sama Gala Riri ya?

Yang masih nanya kenapa part 72 ngga ada, coba hapus dulu cerita ini dari perpustakaan kalian. Terus simpen lagi.

Budayakan vote sebelum membaca, biar nanti ngga lupa karena keasyikan baca <3

Jangan lupa follow Instagram :

@tamarabiliskii

@galaarsenio
@serinakalila
@alan.aileen
@ilhamgumilar1
@akbar_azzaidan

"BAJUNYA BEGITU LUSUH!"

Gala hanya melirik sekilas ke arah Ilham. Tampak tak peduli, cowok itu langsung duduk dan mulai menghisap rokoknya.

Ilham menghentikan cengirannya. Sumpah demi apapun ia tidak berniat menyindir penampilan Gala yang sangat acak-acakan. Hanya saja momennya pas dengan sendirinya. Gala datang dan kebetulan Ilham sedang bernyanyi lagu itu.

"Kemana aja lo bos? Ilang-ilangan ngga ada kabar kaya doi," celetuk Ilham.

"Iya, seminggu loh Gal. Kemana aja?" sahut Akbar.

Gala mendengus kasar. Terlihat, wajahnya dipenuhi kepulan asap rokok. Entah bagaimana teorinya. Di saat-saat seperti sekarang. Di mana hati dan isi kepalanya sedang kacau. Merokok memang selalu jadi pelarian terbaik baginya.

"Gue sakit kemarin."

Ilham tertawa keras. "Sakit apa nih bos? Sakit hati ya?"

"Ck, serah lo."

"Elah Ham, mulut lo sembarangan aja. Si bos mah bukan sakit hati kali. Tapi...." Akbar melirik Gala yang tampak tidak peduli kemudian menatap Ilham sembari menahan tawa. "Tapi patah hatiiii..."

"Bwahahahaha...sae ae lo pentol korek."

Gala menegakkan kepalanya. Matanya menyorot Ilham dan Akbar tajam. "Bisa diem ngga?!"

"Canda bos," balas Ilham. "Eh sekarang jam pelajarannya siapa? Males masuk kelas gue."

"Pak Surya," jawab Alan. Cowok itu sedang mengerjakan tugas yang akan dikumpulkan di jam pelajaran terakhir. Bukannya Alan malas atau tidak mau mengerjakan tugas itu di rumah. Hanya saja tadi malam dan malam-malam kemarin. Alan selalu disibukkan dengan pekerjaan di kantor ayahnya yang harus ia selesaikan.

Kurang idaman gimana lagi coba? Udah ganteng, cool, pekerja keras lagi wkwk.

"Wah ngga mau masuk gue. Kalo pelajarannya pak Surya."

"Kenapa, Ham?"

"Aduh, Bar, Bar lo kaya ngga tau aja gimana tuh guru. Tiap selesai jelasin. Selalu aja nunjuk salah satu muridnya buat maju ke depan, disuruh ngerjain soal di papan." Ilham mendengus kesal. Mengingat bagaimana menyebalkannya pak Surya saat mengajar di kelas.

"Iya kalo soal yang dijelasin sama yang disuruh ngerjain itu sama. Ini beda banget anjir. Perbandingannya itu jauh banget. Ibaratnya, contoh soalnya itu A, terus soal yang disuruh ngerjain kita itu Z. Lah kan kaga ada mirip-miripnya. Gimana gue bisa paham."

"Pinter engga, makin goblok karena puyeng iya," sambungnya kesal.

Akbar tertawa. "Iya juga. Udah gitu yang kena tunjuk itu yang bego bego kaya kita. Giliran yang otaknya encer kaya Alan sama Gala malah ngga pernah ditunjuk."

"Idih nggi pipi miji. Cibiin dili pisti bisi. Ntir kili nggi bisi dibinti timin-timinnyi. Ying pinting miji dili," ucap Ilham menirukan kalimat andalan pak Surya ketika menyuruh muridnya maju ke depan untuk mengerjakan soal di papan tulis.

MY CHILDISH GIRL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang