57. Luka

154K 18.7K 7.8K
                                    

Happy 2M pembaca!!!🔥🔥🔥

Halo, absen di sini dong penggemar SriGala garis keras wkwk.

Budayakan vote sebelum membaca, biar nanti ngga lupa karena keasyikan baca <3

Jangan lupa follow Instagram :

@tamarabiliskii

@galaarsenio
@serinakalila
@alan.aileen
@ilhamgumilar1
@akbar_azzaidan

"Gimana Riri?"

Pertanyaan Ilham barusan membuat Gala menggeser duduknya. Memberi tempat agar cowok yang baru saja menghampirinya itu bisa duduk di sofa sebelahnya.

Gala menggeleng. "Gue ngga tau gimana ngadepin semua ini ke depannya."

Menghela napas gusar. Gala menyugar rambutnya ke belakang. "Riri pasti terpukul banget."

"Lo tenang aja, gue sama yang lain pasti bakal bantuin lo buat ngadepin semua ini."

Ilham menepuk-nepuk pundak Gala. Memberi sahabatnya dukungan. Tidak ada lagi yang Gala butuhkan saat ini selain dukungan dan semangat dari sahabat. Karena kehilangan bunda Riri untuk selama-lamanya memang bukanlah hal yang biasa saja.

Sejak dulu, Gala tidak pernah mendapat kasih sayang dari sosok ibu kandung. Selama ini Desi sudah Gala anggap sebagai ibunya sendiri. Desi memberikan Gala kasih sayang dan perhatian yang tidak pernah Gala dapatkan sebelumnya.

Kehilangan Desi secara mendadak akibat kecelakaan benar-benar membuat Gala sedih, terpukul, bingung. Belum lagi menghadapi Riri yang histeris sejak melihat bundanya dimakamkan tadi sore.

Bahkan sampai malam ini. Gadis itu tidak mau keluar kamar. Mengurung dirinya di dalam kamar sambil menjerit memanggil bundanya terus menerus.

"Udah mau buka kamar?"

Gala mendongak. Menatap Nenda dan Choline yang baru saja keluar dari kamar Riri.

"Udah kok. Dia udah tidur sekarang. Kayanya dia kecapekan soalnya nangis terus dari siang," jawab Nenda.

"Makasih, Nen, Lin." Nenda dan Choline serempak mengangguk pada Gala.

"Gal ikut gue bentar," ajak Alan yang entah muncul dari mana. Gala mengangguk lalu berjalan mengikuti Alan.

"Kenapa?" tanya Gala saat mereka sudah berada di teras rumah.

"Gue udah tau siapa yang neror Riri di sekolah tadi pagi."

Alis Gala terangkat sebelah. "Siapa?"

Alan mendekat dan membisikkan sesuatu di telinga Gala. Saat mengetahui siapa pelakunya. Gala mengumpat kasar.

"Bangsat!"

"Lo jangan gegabah. Tenang dulu. Kita harus cari tau buktinya."

"Gimana kalo dia bakal bertindak cepet? Bahkan sebelum kita nemuin buktinya?"

"Ngga. Gue yakin itu cuma ancaman doang. Gue yang jamin."

Gala mengangguk paham. "Oke gue serahin ke lo, Lan. Thanks.

******

Sinar matahari pagi yang menyorot melalui jendela kaca itu membuat tidur nyenyaknya terganggu. Gadis dengan piyama tidur berwarna merah muda mengerjapkan matanya berkali-lali.

Tangan mugilnya bergerak untuk mengucek mata sembari sesekali menguap.

"Bunda." Itu adalah kata pertama yang ia ucapkan saat matanya sudah terbuka sempurna.

MY CHILDISH GIRL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang