13. Gara-Gara Bunga Matahari

187K 19.9K 3.2K
                                    

"Cuma bunga matahari segitu. Gue bisa kali nanem sendiri sekebon."

"Kalo perlu sepanjang jalan dari apartemen gue ke sekolah gue tanemin bunga matahari, matabulan, matatahun atau mata apa kek!" dumel Gala.

Akbar dan Ilham saling lirik sembari mencomot gorengan dan bakso buatan mbok.

"Mbok ini keras banget kaya anu!" protes Ilham mengangkat satu bakwan. Menunjukkannya pada mbok. Tapi mbok hanya membalasnya dengan kekehan.

Akbar menoyor kepala Ilham. "Ambigu njir!"

"Temen lo ngapa sih? Ngomel mulu dari tadi," Ilham memerhatikan Gala yang masih mendumel tentang bunga matahari. Semakin lama dumelan Gala semakin tidak jelas.

Bahkan Alan, cowok yang duduk di samping Gala itu malah lebih memilih menyibukkan diri dengan ponselnya daripada menanggapi dumelan Gala.

"Kata Alan, kemaren si bos mergokin Riri jalan sama cowok ke taman bunga matahari," bisik Akbar.

"Cowok? Yang ketemu gue di minimarket? Yang kata Alan kemaren namanya Danis, Danis, itu?"

Akbar mengangguk. Tanpa sadar Akbar menyendok sambel padahal ia ingin menyendok kuah bakso. "Terus pas si bos cari tau, katanya kemaren Riri bolos sekolah. Demi jalan sama tuh cowok! Anjay ngga tuh!"

"Anjir! Mulut gue! Huuu! Haaa! Huuu! Haaaa!" teriak Akbar kepedasan.

Ilham terkekeh sambil memegangi perutnya yang kram. Salah sendiri gosip. Mau makan tapi ngga lihat dulu apa yang ia masukkan ke mulut. Alhasil sekarang Akbar mendapat karma.

"Bego njir! Bisa-bisanya lo salah nyendok!" pekik Ilham heboh. Tawa nyaringnya masih menggelegar di seluruh penjuru WBS.

"Makanya jangan gosip!" cibir Alan.

"Ck, cuma bunga matahari doang. Gue bisa kali kasih bunga bulan, bintang, awan. Kalo perlu bumi! Bumi nih! Bumi!" Gala mulai mendumel lagi.

"Menurut lo bagus mana bunga matahari sama bunga bulan?" tanya Gala. Dagunya terangkat. Mata tajamnya menyorot Akbar dan Ilham.

"Kayanya udah ngga waras," bisik Ilham di telinga Akbar.

Akbar mengangguk setuju. Sepertinya memang Gala sudah tidak waras. Lagipula sejak kapan ada bunga bulan?

Sejak Gala cemburu melihat Riri jalan sama Danis dan berujung Gala yang gengsi menghampiri Riri duluan?

"Bos, gue boleh kasih saran ngga?"

Dagu Gala terangkat, "Apa?" tanyanya pada Akbar.

"Mending lo samperin Riri sekarang di kelasnya. Sumpah gue ngga tega liat lo gini. Ngedumel tentang bunga matahari doang dari tadi."

"Lo ngusir gue?"

Ilham ikut menyahut, "Bukan gitu bos maksud Akbar. Masalahnya dari tadi lo di sini ngga ngapa-ngapain! Cuma ngedumel doang. Mending lo samperin Riri. Minta maaf, terus baikan. Udah kan, selesai?"

"Gue? Nyamperin dia? Dih ogah!" sungut Gala menggebu-gebu.

"Lah? Kan lo cowok! Masa Riri yang nyamperin lo duluan? Ngga bakal lah!"

"Dia yang salah!" kekeuh Gala tetap pada pendiriannya yang tidak mau menghampiri Riri duluan. Gala merasa tidak bersalah. Jadi yang harusnya minta maaf duluan itu Riri. Riri harusnya mencari Gala dan menjelaskan semua.

Tapi ini apa? Riri bahkan sejak kemarin tidak mencoba menghubungi Gala.

Apa Gala lupa kemaren sempat membentak Riri? Hingga gadis itu enggan menghubungi Gala terlebih dahulu.

MY CHILDISH GIRL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang