73. Saling Menyakiti

167K 21.8K 11.3K
                                    

Buat yang belom baca part 72 baca dulu ya, soalnya banyak yg bilang notifnya ngga ada.

Yang setia nungguin MCG up mana suaranya? Wkwk. Aku ngga up sehari aja udah kalian teror kaya ngga up setahun 😂🤣

Budayakan vote sebelum membaca, biar nanti ngga lupa karena keasyikan baca <3

Jangan lupa follow Instagram :

@tamarabiliskii

@galaarsenio
@serinakalila
@alan.aileen
@ilhamgumilar1
@akbar_azzaidan

Sejak pertengkaran yang terjadi di koridor sekolah seminggu yang lalu. Hubungan Riri dan Gala tak kunjung menemukan titik terang. Tidak ada kejelasan dalam hubungan mereka. Entah mereka benar-benar putus dan saling melepaskan. Atau hanya saling berpura-pura untuk tidak peduli satu sama lain. Yang tahu kebenarannya ya hanya hati mereka sendiri.

Sudah seminggu ini juga Riri tidak pernah bertemu dengan Gala. Entah kemana perginya cowok itu. Beberapa hari yang lalu Riri sempat bertanya pada Ilham. Namun Ilham sendiri tidak tahu Gala kemana hingga membolos hingga satu minggu.

Hari-hari Riri hanya disibukkan dengan latihan bernyanyinya bersama Pandu. Seperti sekarang misalnya. Riri dan Pandu sedang duduk di taman belakang sekolah. Sengaja memilih taman belakang karena tempat itu sangat jarang dikunjungi oleh siswa lain. Jadi mereka berdua bisa latihan tanpa gangguan dan suara bising dari orang-orang.

Pandu yang duduk dengan memegang gitarnya tampak sangat lihai memetik senar-senar gitar itu menggunakan jari-jemarinya. Sementara Riri duduk di sebelah Pandu. Mengalunkan bait demi bait lagu yang ia pilih untuk ditampilkan di acara pensi nanti.

"Suara lo bagus banget," puji Pandu. "Ngga nyangka gue."

Riri tersenyum malu. "Tapi kalo di kamar mandi suara Riri bisa lebih bagus, hehe..." cengir Riri.

"Lo benaran belum pernah nyanyi di atas panggung?"

Riri menggeleng. "Ini pertama kali Riri mau tampil. Makanya Riri takut."

"Ah, tapi suara lo bagus banget. Sumpah. Ngga salah kalo gue nunjuk lo buat wakilin kelas kita."

Memang ucapan Pandu barusan tidak bohong. Suara Riri benar-benar bagus, lembut dan cocok untuk membawakan lagu yang kalem dan melow. Hanya saja karena Riri belum terbiasa bernyanyi di depan umum. Jadi gadis itu selalu merasa suaranya belum layak untuk didengar banyak orang. "Tapi..."

"Ngga ada tapi-tapian. Suara lo bagus. Lo harus pede biar nanti penampilan lo makin sip," potong Pandu cepat. Ia tahu arah pembicaraan Riri itu kemana. Pasti gadis itu akan bilang belum siap dan takut dengan penilaian orang nantinya.

Mengetahui Riri tampak gelisah. Seperti memikirkan sesuatu. Pandu menghela napas kemudian berujar untuk menenangkan. "Lo ngga usah mikirin apa kata orang. Mau mereka bilang suara lo nanti jelek atau gimana. Itu hak mereka. Yang penting lo harus percaya diri dan udah berusaha buat nampilin yang terbaik semampu lo."

"Mikirin penilaian orang lain ke kita itu ngga bakal ada habisnya. Yang ada malah kita sendiri yang tertekan. Selagi lo merasa apa yang lo lakuin itu ngga merugikan orang lain. Ya enjoy aja."

"Makasih ya Pandu."

Mengangguk. Pandu meletakkan gitarnya. Kedua matanya bergulir untuk menyorot Riri dengan rasa penarasan. "Hubungan lo sama Gala lagi ngga baik, ya?"

"Em...sori. Bukan gue mau ikut campur. Gue cuma heran aja kok beberapa hari ini lo ngga pernah bareng sama dia. Terus gue denger-dengar dari anak-anak beberapa hari yang lalu lo sempet berantem di koridor sama Gala."

MY CHILDISH GIRL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang