3. Apartemen Gala

287K 27.1K 5.3K
                                    

Suasana kelas sudah sepi karena memang bel pulang sudah berbunyi tiga puluh menit yang lalu. Choline pulang terlebih dahulu karena sudah dijemput papanya, menyisakan Riri, Nenda dan juga Gala saja.

"Riri ngga mau ketemu dia, Nen," rengek Riri memeluk lengan Nenda. Untungnya Nenda ini teman Riri dari TK, jadi sudah sangat paham bagaimana sikap Riri.

"Ri, kasian Gala loh," bujuk Nenda. Mata Nenda melirik Gala yang bersandar di pintu kelas sambil bersedekap dada.

Riri menggeleng, "Ngga! Lebih kasian Riri, tadi Riri dibentak dia!"

"Tapi kamu juga salah, Ri. Ngga boleh kasar kaya tadi." Nenda mencoba memberi penjelasan pada Riri.

"Riri ngga kasar. Gala yang kasar, bentak-bentak Riri," sangkal Riri membela dirinya.

"Tapi tadi Riri dorong Sintia, ngga boleh gitu lain kali."

"Kok semua jadi belain Sintia sih?" mata Riri berkaca-kaca. Nenda meneguk ludah merasa bersalah.

"Ck! Drama lagi," gerutu Gala.

"Diem! Riri ngga nyuruh kamu bicara!" tunjuk Riri ke arah Gala.

"Tinggal ngomong aja, ngapain harus nunggu lo suruh? Kurang kerjaan amat."

"Udah Nen, pulang duluan ngga papa. Biar nih bocah bandel gue yang urus," usul Gala.

Riri menatap Gala penuh dendam. Rasanya Riri ingin mencakar wajah cowok menyebalkan itu.

"Em tap..."

"Pulang aja Nen, udah sore. Buang waktu kalo lo ngurusin bocah kek dia," ulang Gala. Mengusir Nenda secara halus.

"Oke, gue pulang ya Ri, Gal," pamitnya yang diangguki oleh Gala.

"Makasih, Nen."

"Nen, Nen, jangan pulang," jerit Riri. Riri beranjak mengejar Nenda tapi Gala menahan Riri.

"Nen, Nen, Riri ngga mau sama dia."

Gala memberikan kode agar Nenda tetap pulang dan mengabaikan Riri yang terus meraung memanggil namanya. Dengan berat hati Nenda tetap pergi. Sebenarnya, Nenda tidak tega, tapi sepertinya Riri akan lebih jinak jika diurus oleh pawangnya.

"Nen, Riri ngga mau sama dia!" Riri masih mencak-mencak menghindari Gala.

"Nen, Nen!"

"Nen, Nen, apasi? Ambigu njir," umpat Gala kesal.

"Ayo pulang," ajak Gala.

"Gak!" tolak Riri ngegas.

"Mau nginep sini lo?" Gala melepaskan pegangan di pundak Riri.

"Heran nangis mulu kerjaan lo."

"Hidup lo ngga faedah banget."

"Ngga ada yang bisa lo lakuin, selain nangis?" tanya Gala sinis sambil menatap Riri yang sedari tadi hanya diam menunduk.

"Ada," jawab Riri serak. Suaranya sampai mau habis karena terlalu banyak menangis. Tenggorokannya terasa sangat kering.

Gala menaikan satu alisnya. Seolah bertanya, apa?

"Ninggalin kamu."

Glek

Gala menelan ludahnya.

"Sri tunggu dong!" Gala mengejar Riri keluar kelas.

"Lepasin! Riri gamau sama orang jahat yang sukanya bentak-bentak." Gala menarik Riri sampai ke area parkiran mobil.

"Terus lo mau pulang naik apa?" Gala menunduk, menatap Riri intens sembari memegang pundaknya.

"Naik apa aja. Angkot bisa, ojek bisa." Riri mengusap air mata yang ia biarkan mengalir sejak tadi. Untung sekolah sudah sepi jadi tidak ada yang melihat selain Gala.

MY CHILDISH GIRL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang