77. Maaf

165K 17.8K 9K
                                    

Absen asal kota kalian, siapa tahu kita tetangga wkwk.

Budayakan vote sebelum membaca, biar nanti ngga lupa karena keasyikan baca <3

Jangan lupa follow Instagram :

@tamarabiliskii

@galaarsenio
@serinakalila
@alan.aileen
@ilhamgumilar1
@akbar_azzaidan
@erlangaileen

"Gala kita mau ke mana?" tanya Riri sedikit berteriak karena posisi mereka saat ini sedang berada di atas motor.

"Jalan-jalan dulu, baru ke apart gue," jawab Gala seraya menarik kedua tangan Riri agar melingkari perutnya. "Pegangan, kalo lo jatuh gue males nolongin."

Riri mebcebikan bibir bawahnya kesal. "Jahat ih."

Gala tertawa renyah. "Lo laper ngga?"

"Dikit." Riri menempelkan dagunya di salah satu pundak Gala. "Emang Gala mau ajak Riri makan apa?"

"Dih, GR lo. Orang gue cuma nanya doang."

"Tuh kan ngeselin terus! Tau gitu Riri bilang ke mama sama papa ngga usah izinin," kesal Riri mencubit pinggang Gala.

"Auhhh...sakit Sri," jerit Gala saat Riri belum menghentikan cubitannya. "Lagian mereka ngizinin lo nginep di apart gue. Mau ngga mau lo harus mau."

Ya, memang orang tua Riri mengizinkan Riri untuk menginap di apartemen Gala malam ini. Bukannya mereka membebaskan anak gadisnya begitu saja. Namun mereka sadar, sebelum mereka masuk dalam kehidupan Riri. Gala lah, orang yang selalu menemani Riri. Hal itu yang membuat mereka yakin bahwa Gala tidak akan berbuat macam-macam pada anak gadisnya.

Meski tadi saat Gala meminta izin, sempat terjadi sedikit perdebatan antara Dewa dan Gala. Namun pada akhirnya Dewa juga mengizinkan karena diberi pengertian oleh Danis dan papa mamanya.

"Kok berhenti?"

"Bensin abis."

"Hah?"

Gala berdecak. "Hah hah mulu kaya main keong. Udah buru turun."

Riri yang masih bingung kenapa tiba-tiba motor Gala berhenti di pinggir jalan. Hanya bisa menuruti permintaan Gala untuk turun dari motor. "Kalo bensin abis gimana dong?!"

"Ya diisi lah, Sri. Masa bensin abis didiemin doang sampe kiamat."

"Mana?" Gala mengulurkan tangannya pada Riri. Berniat menjahili gadis itu.

"Apanya?" bingung Riri.

"Uang buat beli bensin. Enak banget lo numpang doang. Ngga modal."

Riri cemberut. "Kan Riri ngga bawa uang."

"Ck, lagian sejak kapan lo kalo keluar sama gue bawa uang? Dari dulu juga pake uang gue mulu."

Riri tahu mungkin maksud Gala hanya bercanda. Tapi entah kenapa rasanya sangat sakit saat Gala bicara begitu. Seolah-olah Riri menjadi beban untuk Gala.

"Ya udah ayo," titah Gala menarik pergelangan tangan Riri. Riri tidak protes sama sekali. Ia hanya menurut, mengikuti kemana Gala melangkah.

"Pak bakso dua, es teh satu, sama teh anget satu," kata Gala pada bapak-bapak penjual bakso. Ternyata Gala membawa Riri ke salah satu penjual bakso yang ada di pinggir jalan tak jauh dari Gala memarkir motornya.

"Dimakan sini, mas?"

"Iya pak," angguk Gala.

"Oh iya, silahkan duduk mas, mbak." Bapak paruh baya itu mempersilahkan Gala dan Riri agar duduk di sebuah tikar yang sudah disediakan di sebelah rombong baksonya.

MY CHILDISH GIRL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang