Suara bel pintu berbunyi, dengan cepat Alan membuka pintu. Benar saja, Leona dan Wira datang dengan wajah santai mereka.

Rahang Alan mengeras, dengan cepat ia menarik kasar tangan Leona hingga menghadap Ardi. Jika Leona adalah lelaki, tak segan Alan menghabisinya.

Leona menahan kagetnya saat melihat Nalla yang kini berada di sebelah Mama Alan, bahkan Nalla di peluk erat oleh Mama Alan, membuat Leona bertanya-tanya dalam hati.

Ada hubungan apa Nalla dan Alan?

Alan langsung melepas kasar tangan Leona hingga Leona hampir tersungkur di depan Ardi. Untung saja cewek itu menahan keseimbangan.

"Ada apa ini, Alan?" Tanya Wira dengan nada membentak.

"Seharusnya saya yang menanyakan hal itu kepada anak bapak, kenapa dia tega ngancurin hubungan orang?" Ucap Alan tak mau kalah, lalu matanya menyorot kebencian kepada Leona.

"Leona, ada apa?" Tanya Wira menatap putrinya dengan raut kebingungan.

Alan kini berjalan mendekati Leona, menyerahkan ponsel Nalla yang masih membuka room chat itu, menghadapkannya pada Leona. "Jelasin ke semua orang disini kalo ini ulah lo, kan?" Ucap Alan dingin.

Leona mengepalkan tangannya. Matanya memanas dan menahan airmata.

"JAWAB!" Bentak Alan.

Wira yang tidak tahu apapun akhirnya mendekat ke kedua orang itu dan mengambil paksa ponsel yang ada di tangan Alan, lalu melihatnya.

Sontak saja Wira langsung menahan kaget dan kini beralih menatap putrinya dengan napas naik turun. Ya, Wira tidak menyangka putrinya akan melakukan hal di luar batas.

"JELASIN, APA INI!" Tanya Wira dengan nada tinggi kepada Leona.

Leona masih mengepalkan tangannya, napasnya naik turun tak beraturan. Sorot matanya menatap ke lantai, jujur ia tidak bisa menatap sang Papa yang kini menyorot tajam ke arahnya.

"Pa, it-itu..." Leona terdiam beberapa saat, lalu ia memandang Nalla dengan tatapan kesalnya. "LEONA CINTA SAMA ALAN." Ucap Leona dengan suara nyaringnya, sontak saja semua orang menahan kagetnya, tidak dengan Nalla, ia sudah sejak lama mengetahui Leona menyukai Alan.

Alan memijit pelipisnya, lalu menatap Leona dengan tajam. "GUA GAK NYURUH LO NYEBUT ITU, GUA NYURUH LO JELASIN TENTANG ISI CHAT GAK JELAS LO, SEJAK KAPAN GUA NIDURIN LO? MIMPI LO!" Ucap Alan dengan napas membara, jika ini didunia kartun, mungkin mata Alan akan menyala dan berapi.

Leona maju selangkah mendekat Alan. "Lan, gue cinta sama lo, gue sayang sama lo, gue rela maksa bokap gue ngikut lo ke Makassar, gue juga rela ngikut semua olimpiade apapun demi bisa bareng lo, gue rela-"

"LEONA, CUKUP!" Teriak Wira, ia tidak bisa melihat putrinya menangis seperti itu, apalagi menangisi orang yang tak peduli dengannya.

"PA, LEONA SUKA SAMA ALAN, SALAH YA KALO LEONA LAKUIN SEMUA ITU? SALAH JUGA KALO LEONA NYATAIN PERASAAN LEONA KE DIA, SALAH KALO-"

"Hei, nak!"

Semua orang kini menatap Misha. Dengan sorot mata tajamnya, Misha melepaskan pegangannya dari lengan Nalla dan berjalan mendekati Leona.

"Kamu tidak tahu perempuan itu siapa?" Tanya Misha sambil menunjuk ke arah Nalla.

Leona kini mengalihkan pandangannya dan menatap Nalla dengan wajah angkuhnya. "Iya, dia perempuan yang selama ini ngehalangi aku untuk deketin Alan, dia juga perempuan yang selalu gagalin rencana aku." Ucap Leona dengan napas naik-turun, lalu kakinya maju mendekati Nalla, tangannya mengepal.

NALLAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang