Asal tahu saja, Riri itu bukan tipe cewek yang suka makan pedas sebenarnya. Makan sambal dikit, keringatnya sudah mengucur ke seluruh wajah. Kena sambal sedikit bisa-bisa langsung sakit perut. Tapi entahlah kenapa malam ini gadis itu sangat kekeuh ingin menambahkan banyak sambal ke baksonya.

"Huhhh hahhhhh...." Wajah Riri tampak memerah dengan keringat yang sudah membasahi seluruh permukaan wajah. Padahal baru mencoba satu sendok kuah bakso. Tapi sudah begini. Bagaimana kalau makan satu mangkuk itu. Bisa-bisa mulutnya meledak karena kepanasan.

"Pedeessss...." gumam Riri sembari mengipasi mulutnya yang terasa panas menggunakan telapak tangan.

Gala tersenyum puas. Sudah ia duga akan begini akhirnya. "Gimana? Enak, hm?"

Riri menggeleng. "Pedeeessss....huhhh...haaahhh..."

"Abisin dong, katanya mau makan pedes," sindir Gala membuat Riri menggeleng cepat.

"Ngga mau, udah Riri ngga mau makan ini." Riri menggeser mangkuk baksonya sembari menutup mulut menggunakan telapak tangan.

"Makan, Ri. Ngga boleh buang-buang makanan."

Riri menggeleng cepat. "Ngga mau, ngga mauuu..."

"Ck, udah gue bilang dari tadi. Bocil itu ngga usah sok-sokan makan bakso pake sambel. Masih aja bandel," omel Gala kemudian menggeser mangkuk bakso miliknya ke hadapan Riri. "Nih, makan punya gue. Untung punya gue masih suci kaya bayi. Belom gue kasih apa-apa."

Sebenarnya tadi Gala memang sengaja membiarkan baksonya tanpa apa-apa. Agar, saat Riri kepedasan dengan baksonya seperti sekarang. Gala bisa menukar dengan miliknya.

"Terus Gala makan apa?"

"Makan lo!" gas Gala.

Riri mencebikan bibir bawahnya. "Ih, masa mau makan Riri."

"Gue makan punya lo aja. Kalo gue kepedesan biar gue pesen yang baru," kata Gala mengalah. "Lagian bocil kaya lo pake sok-sokan banget mau makan pedes."

Gala mulai mencoba kuah bakso punya Riri. Disuapan pertama, kedua, ketiga, oke. Tidak ada masalah. Tapi disuapan keempat....

"Anjir, pedes banget. Lo kasih berapa sendok sih?" panik Gala menyeruput es teh untuk menghilangkan rasa panas di mulutnya.

Riri nyengir kuda. "Tadi Riri kasih sepuluh sendok hehe..."

"Haha hehe haha hehe doang," sewot Gala. "Tidi Riri kisih sipilih sindik hihi. Kaya kunti lo nyengir mulu."

"Kan tadi Riri pengen makan pedes."

"Nyenyenye..."

"Ih, Gala!" kesal Riri dengan ekspresi meledek Gala yang terlihat sangat menjengkelkan.

"Tadi beneran lo kasih sepuluh sendok?" tanya Gala memastikan. Riri mengangguk. Memang tadi ia memberi sepuluh sendok sambal pada baksonya.

"Ck, pantes pedes banget kaya congor tetangga," decak Gala membuat Riri terkekeh. Karena ekspresi kesal Gala saat ini berubah jadi lucu.

"Gue pesen lagi yang baru." Gala berdiri untuk memesan satu mangkuk bakso lagi. Namun sayang, baksonya sudah habis. Dan dua mangkuk tadi adalah porsi terakhir.

"Habis ya?"

Gala mengangguk. "Iya. Udah ngga papa. Lo makan aja. Gue ntar gampang."

Riri menggeser duduknya lebih dekat dengan Gala. "Makan berdua aja."

"Ngga usah, Sri. Kaya orang miskin aja satu mangkuk berdua."

Hm, sekalinya mulut mercon ya tetep aja mercon. Pedes banget kalau ngomong.

MY CHILDISH GIRL [END]Where stories live. Discover now