Sebuah pesan di aplikasi Line masuk.

"Bentar, Din." Ucap Nalla yang kini membuka ponselnya.

Alan: udh blm, sayang?

Nalla menahan senyumnya, jantungnya mendadak berdetak lebih cepat. ia tahu bahwa dirinya dan Alan sudah menyatakan perasaan mereka masing-masing. Apa ini yang di namakan cinta? Jujur saja, Nalla tidak pernah serius soal cinta. Tapi, hari ini sudah merubah dirinya menjadi seorang bucin. Nalla akui itu.

Dinda mengerutkan keningnya, lalu tersenyum. "Ciee..."

Entah kenapa ketika Dinda mengatakan itu, Nalla malah makin mengigit bibirnya, gemas sendiri melihat tingkah Alan mengirimkan pesan ini.

Oke, Nalla berpura-pura songong membalas pesan Alan, ia tidak ingin alay seperti kebanyakan wanita diluar sana yang bemanja-manja tak jelas.

Knp sih?

Dengan cepat, Nalla mengirim pesan itu.

Baru saja ia letakan di atas meja, Ponsel itu kembali berbunyi.

Alan :   ke kamar, skrg!

Nalla berusaha untuk tidak panik, lalu ia menarik tangan Dinda. "Din, kita malam ini tidur di kamar tamu aja ya. Gue temenin lu deh." Ucap Nalla antusias.

Entahlah, Nalla benar-benar gugup malam ini. Ia mencoba untuk menolak ajakan Alan dulu. Karena apa? Ya Nalla sadar sepenuhnya, bahwa ia benar-benar belum siap. Untung saja Dinda datang tepat waktu. Jika tidak, mungkin Nalla akan menyesalinya seumur hidup.

"Lo yakin mau tidur sama gue? Alannya-"

"Udah, gak mungkin gue gak nemenin sahabat gue, lagian emang lo yakin mau tidur di kamar tamu sendirian?" Tanya Nalla sambil menaikan sebelah alisnya.

Dinda tercengir. "Iya juga, yaudah ayo."





______________


Alan berusaha memejamkan matanya namun selalu gagal. Kadang ia juga tersenyum mengingat bahwa dirinya sudah menyatakan perasaannya pada Nalla. Begitupun Nalla, cewe itu juga sudah menyatakan perasaannya.

Baru kali ini Alan menjadi susah tidur karena mengingat seseorang. Lama-lama bisa gila dirinya jika seperti ini terus.

Tiba-tiba ponsel Alan yang berada di atas nakas berdering, dengan cepat Alan segera mengangkatnya.

"Halo, Nalla-"

"Saya Wira," ucap orang di sebrang sana.

Alan segera menjauhkan ponselnya, melihat nama yang tertera di layar ponsel. Benar saja, disana tertulis nama 'Pak Wira'. Seorang pengusaha terkenal dan merupakan teman Papanya sekaligus sudah menjadi teman kerja Alan saat ini.

"Oh, iya Pak, maaf."

Terdengar kekehan kecil di sebrang sana. "Iya, tidak apa-apa, nak."

"Ada perlu apa ya Pak?" Tanya Alan.

"Jadi begini, besok saya bakal ada klien penting menemui saya. Dan kebetulan itu juga tugas saya di luar kota juga sama pentingnya. Jadi saya minta tolong sama kamu, nak Alan. Bisakan kamu mengurus tugas yang di luar kota?" Ujar Wira.

Alan terdiam beberapa saat. Mengapa harus dirinya?

"Alan, saya mohon sama kamu ya, karena cuma kamu satu-satunya yang bisa saya percaya. Kamu itu calon pemuda sukses Lan, saya sudah bisa melihat strategi kamu dalam bekerja, saya juga sudah izin sama Papa kamu, dia bilang dia setuju."

NALLAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang