64. Merasa Bersalah

Mulai dari awal
                                    

Kalau semua itu benar terjadi. Riri tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri. Seumur hidup, Riri akan dibayangi rasa bersalah.

"Rumah temen Riri di mana?" tanya Dewa pada Alan untuk kedua kalinya.

"Jalan cempaka nomer dua puluh tiga."

Dewa mengangguk. "Oke. Makasih."

"Dari pada lo nyari Riri. Mending lo cari sepupu lo yang pengecut itu. Biar bisa masuk penjara secepatnya."

Suara itu berasal dari Akbar, cowok yang sejak tadi hanya diam, merenung.

Dewa yang sudah berjalan beberapa langkah, menoleh pada Akbar. "Gue udah suruh orang buat nyari dia. Lo tenang aja."

"Di sini ada keluarga pasien?" tanya seorang dokter yang baru saja keluar dari ruangan.

Alan berdiri menghampiri dokter itu. "Papa nya masih dalam perjalanan, dok."

"Saya papanya dok," ucap Abraham panik. Pria itu baru saja datang. Karena perjalanan dari rumah sakit tempat Anita dirawat, ke rumah sakit Gala sekarang lumayan jauh. "Bagaimana keadaan anak saya, dok?"

"Bisa kita bicara di dalam ruangan, pak?"

Abraham mengangguk patuh. Kemudian berjalan mengikuti dokter itu.

Selang beberapa menit. Abraham keluar dengan wajah pucat pasinya.

"Gimana om? Gala bakalan baik-baik aja, 'kan?"

Abraham menghela napas beratnya. Menatap Ilham. "Dokter akan melakukan operasi pada Gala malam ini. Kalian semua doain yang terbaik aja. Hasilnya kita serahin ke dokter dan Tuhan."

*****

"Udah ya jangan nangis. Gala pasti bakal baik-baik aja."

Nenda mengusap rambut Riri yang basah karena air mata. Pilihan Alan membawa Riri ke rumah Nenda agar gadis itu lebih tenang. Ternyata salah.

Sejak tadi, Riri tidak berhenti menangis memanggil nama Gala. Ia merasa bersalah. Dan terus-terusan menyalahkan dirinya sendiri.

"Riri mau Gala Nen, Nen...hiks...hiks..."

"Ini semua salah Riri...harusnya Riri aja yang kena tusuk...bukan Gala...hikss.."

Choline yang baru saja memasuki kamar Nenda. Meletakkan susu yang ia buat untuk Riri di atas nakas. Gadis itu ikut duduk di sebelah Riri.

"Ri, lo harus tenang. Ini semua bukan salah lo, kok. Gala pasti sedih kalo liat lo kaya gini. Lo harus semangat biar Gala juga semangat."

"Tapi ini semua gara-gara Riri Choli...coba kalo Riri ngga bandel...hikss...pasti ntar Gala bakal marahin Riri kalo dia udah bangun..hiks.."

Choline menggeleng tegas. "Engga, Ri. Bukan salah lo. Lo mau Gala bangun lagi, 'kan?"

"Maauuu..."

"Kalo gitu lo ngga boleh nangis. Kalo lo nangis terus Gala malah ngga mau cepet bangun," bujuk Choline membuat tangis Riri sedikit mereda.

Riri menatap Nenda. Seolah meminta pendapat pada gadis itu. "Nen, Nen, emang gitu ya?" tanyanya polos. Kedua tangannya sibuk mengusap air mata di pipinya yang tidak bisa berhenti mengalir.

"Iya," angguk Nenda. "Kamu ngga boleh nangis. Harus semangat. Biar Gala juga semangat buat bangun lagi."

"Riri takut Gala ngga bangun lagi," lirihnya dengan suara parau. "Riri udah ngga punya siapa-siapa lagi selain Gala...hiks..."

"Lo masih punya kita, Ri."

"Tapi nanti siapa yang bakal urusun Riri kalo Gala ngga ada? Siapa yang bakal adopsi Riri? Riri cuma mau di adopsi Gala...hikss...hikss..."

MY CHILDISH GIRL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang