Cowok yang sedang bersedekap dada itu berdehem pelan. "Makanya jangan nilai orang dari cover nya aja."

"Kamu juga, jangan nilai mama Anita dari cover nya aja," sindir Abraham. "Ada kalanya kamu juga harus belajar menerima kalo dia sekarang mama kamu."

Gala terdiam sejenak. Entah kenapa rasanya sangat sulit untuk menerima kehadiran Anita di hidupnya. Trauma masa lalu yang begitu menyakitkan. Membuatnya sulit untuk mempercayai keberadaan seorang mama tiri.

"Pulang, yuk. Udah sore," ajak Gala pada Riri tiba-tiba.

Anita yang menyadari bahwa Gala masih belum bisa menerima dirinya sepenuhnya. Mencoba untuk terlihat baik-baik saja. Wanita itu tersenyum lembut lalu bertanya.

"Loh kok buru-buru?"

"Iya, ih. Jangan buru-buru," kata Riri menatap Gala kesal. Cowok itu membalasnya dengan tatapan datar.

"Gal, maafin semua kesalahan papa selama ini, ya?" Abraham menepuk pundak Gala.

Gala menatap Abraham lalu mengangguk pelan. "Iya."

"Udah ayo pulang," ucap Gala menarik tangan Riri.

"Tap..."

"Joko belom makan, 'kan?" potong Gala cepat membuat Riri teringat bahwa joko memang belum makan sejak pagi tadi. Karena waktu berangkat ke sekolah Gala tidak mau puter balik dengan alasan sudah telat.

"Gala sama Riri pulang dulu ya om, tante," pamit Riri yang diangguki oleh mereka berdua. Mau tidak mau Riri harus pulang cepat.

Ini Demi hidup joko.

Riri memukul lengan Gala saat cowok di sebelahnya itu hanya diam saja. "Pamitan dulu dong!" suruh Riri pada Gala.

"Gala pulang," pamit Gala dengan ekspresi datar.

"Hati-hati ya nak," pesan Anita lembut.

*****

"PIP PIP PIP PIP CALON MANTUUU!!!"

"Minggir-minggir calon mantu idaman mertua di seluruh dunia mau duduk."

Tanpa rasa bersalah. Ilham, cowok yang baru datang ke markas Drax itu menggeser duduk Akbar dan Alan. Ilham kemudian duduk di tengah-tengah mereka berdua dengan muka sok gantengnya.

"Pantes Nenda ngga mau," celetuk Alan. "Rada gila ternyata."

"Woi bang!" Ilham mengelus dadanya dramatis. "Kalo ngomong kagak difilter. Sakit nih hati gue."

"Bodo amat."

Akbar berdecak lalu menoyor kepala Ilham. "Ngga pantes nyanyi lagu kaya tadi!"

"Pantesnya gimana?" nyolot Ilham. "Pip pip pip pip calon pembantu!!!"

"Alah! Gitu kan? Gue udah tau!" dengus Ilham sebal. Ia sudah paham kalau Akbar pasti akan meledeknya dengan mengganti lirik lagu menjadi seperti itu.

"Ngga gitu, kurang cocok."

"Terus?"

"PIP PIP PIP PIP CALON BABUUUU!!!!"

Akbar tertawa keras melihat muka Ilham yang mendadak masam. Dasar Akbar ini memang teman laknat. Paling jago kalau disuruh menghakimi Ilham.

"Kalian berdua sama El buat aja komunitas. Haters Ilham, gitu. Soalnya gue liat-liat kalian berdua itu sama kaya El. Sama-sama suka menghakimi gue!" kesal Ilham.

Akbar menghentikan tawanya. "Udah berapa kali gue bilang. Muka lo emang pantes banget buat dijadiin bahan bulian, Ham."

"Bullyable banget lah," lanjutnya kembali terkekeh."

MY CHILDISH GIRL [END]Where stories live. Discover now