61. Kecelakaan

Começar do início
                                    

Riri mengeratkan lilitan kakinya yang melingkari pinggang Gala saat merasa tubuhnya sedikit merosot.

"Riri takut..." adunya dengan tangan yang sudah melingkar di leher Gala.

"Ngga papa. Kan ada gue. Cuma lampu mati."

Gala mendudukkan dirinya di atas ranjang. Dengan Riri yang masih di atas pahanya. "Kok kebangun sih?"

"Tadi Riri bangun-bangun langsung Gelap. Kirain Riri buta," celetuk Riri asal yang langsung mendapat sentilan di mulutnya.

"Heh! Ngomongnya loh..."

"Lagian Riri panggil Gala ngga nyaut-nyaut. Ya udah Riri teriak."

"Kan gue lagi kencing."

"Kenapa sih kok bisa lampu mati?"

"Karena ngga lampu hidup," jawab Gala asal.

Kedua tangan Riri tidak tinggal diam. Kadang ia memainkan rambut Gala atau sesekali turun ke bawah untuk mengusap bibir Gala menggunakan jarinya. Kan Gala jadi merasa, ah! Gimana gituuu...

"Tangan lo, Ri. Jangan grepe-grepe bibir gue."

Gala menurunkan tangan Riri dari bibirnya sembari berdecak kesal. "Ntar kalo gue pengen lo yang repot."

"Pengen apa?"

"Buat dedek."

"Ya udah ayok."

"Emang tau caranya?"

"Em..." Riri tampak berpikir sejenak. "Riri cari di gugel dulu ya?"

"Ngga usah, ngga usah..." cegah Gala.

"Kenapa, ih?"

"Gue udah jago, kapan-kapan gue ajarin."

"Siap bang jago!" ucap Riri dengan memberi Gala hormat ala-ala.

"Ck, virus Ilham."

"Ngomong-ngomong lampu mati. Riri jadi inget lagu yang pernah Ilham sama Akbar puter waktu itu."

"Gimana?"

"Seperti mati lampu ya sayang...seperti mati lampu...cintaku tanpamu ya sayang...bagai malam tiada berlalu..."

Gala terkekeh. "Astaga Sri...sakit perut gue denger suara lo yang kalo nyanyi kaya suara kentut."

"Ih!" Riri memukul kepala Gala. "Bau dong?!"

"Abisnya lo itu ada-ada aja. Pengaruh si jenglot besar ternyata." Gala menggeleng heran. "Bisa-bisanya lo berguru sama dia, Sri, Sri."

"Gala ngga boleh ngatain Ilham jenglot!" sewot Riri.

"Kenapa?"

"Ilham kan setan bukan jenglot!"

Gala tertawa lebih keras. "Anjir! Gue kira lo mau ngebela dia. Ternyata sama aja, ngehina."

"Gala kenapa sih suka manggil Riri Sri?" tanya Riri sembari membentuk pola-pola abstrak di dada bidang Gala menggunakan jari-jari mungilnya.

"Panggilan kesayangan dari gue, emang kenapa?"

"Riri jadi inget sama lagu yang pernah diputer bi Lastri kemarin."

"Apalagi?"

"Gini lagunya. Sri...kapan kowe bali..."

Gala memegangi perutnya yang kaku karena terlalu banyak tertawa dari tadi. "Stop! Ri. Bengek gue anjrit."

"Ada-ada aja sih lo." Gala mencubit pipi Riri gemas.

MY CHILDISH GIRL [END]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora