"Ck! Makanya siniin hp lo?!" kesal Gala saat posisinya sudah jauh dari tubuh Riri.

"Ngga!" sengit Riri. Gadis itu kemudian pergi meninggalkan Gala. Riri pergi ke kantin untuk menyusul Nenda dan Choline.

*****

"Kenapa muka lo kaya gitu?" tanya Ilham pada Gala.

Sejak awal datang ke kantin. Ilham memerhatikan ekspresi kesal di wajah Gala. Cowok itu memakan baksonya sembari mendumel tidak jelas.

"Ngga," cuek Gala sembari melirik ke meja Riri dan dua sahabatnya yang sedang asyik tertawa.

"Pasti si Riri," sahut Akbar. "Kenapa lagi sih?"

"Dia ngehindarin gue terus."

"Ngga mungkin ngehindar kalo lo ngga ada salah."

Gala menoleh ke Alan. "Gue ngga buat salah."

"Masih ngambek soal Sintia kemaren kayanya," tebak Ilham. "Makanya Gal, lo jadi cowok harus tegas. Udah tau punya cewek ngga usah baperin cewek lain."

"Gue ngga baperin siapa pun. Gue niat nganter Sintia pulang cuma rasa tanggung jawab aja karena gue yang jemput. Ngga lebih."

"Itu pemikiran lo. Beda lagi sama si Riri. Apalagi Sintia. Pasti Sintia ngerasa diperhatiin kalo lo kaya gitu terus," ujar Akbar. "Ntar si Sintia baper, lo yang ribet."

Gala mendengus. "Salahin pak Surya aja. Dia yang buat kelompoknya, 'kan? Kalo gue ngga satu kelompok sama Sintia. Riri ngga bakal ngehindarin gue kaya sekarang."

"Lo aja yang kurang tegas," cibir Alan sembari mengedikkan bahu. Gala hanya diam saja.

"Jadi siapa pelakunya?"

Alan menatap Gala. Menghela napas lalu berujar untuk menjawab pertanyaan Gala. "Bima."

"Masih hidup?" tanya Gala membuat Alan mengangguk pelan. "Gue kira mati."

Ilham yang duduk bersebelahan dengan Akbar terkejut. "Bima yang adeknya koma karena tabrak lari itu? Yang pernah dateng ke markas nantangin kita?" tanya Ilham heboh.

Alan mengangguk. "Kayanya Leon yang udah ngadu domba. Dia bilang ke Bima kalo pelaku tabrak lari itu anak Drax. Padahal bukan."

Akbar mengangguk-angguk paham. "Oh jadi ini semua cuma akal-akalan Leon doang?"

"Terus gimana dong? Bima udah terlanjur percaya sama ucapan Leon. Makanya dia sekarang ngincer Riri," kata Ilham bingung.

Gala mengusap wajahnya kasar. "Bangsat Leon!" umpat Gala. "Ntar malem kita dateng ke markas Volker!"

*****

"Lo mau ke mana malem-malem gini?"

Riri menoleh ke Danis yang sedang fokus menyetir. "Ngga tau kak, Riri cuma pengen jalan-jalan aja. Makanya Riri ajak kak Danis. Riri ngrepotin ya?"

Danis menggeleng. "Ngga gitu Ri, cuma tumben aja malem-malem gini. Emangnya Gala ke mana?"

"Biasa. Lagi tawuran mungkin."

"Gala ketua geng Drax, 'kan?"

"Iya," angguk Riri. "Musuhnya Leon, anak Volker. Kak Danis tau Volker ngga?"

Danis meneguk ludahnya kasar. "Cuma tau aja sih. Pernah denger."

"Riri itu pengen Gala kaya kak Danis. Ngga ikut geng-geng kaya gitu. Apalagi jadi ketua geng. Riri ngga mau Gala kenapa-kenapa," cemberut Riri.

"Ngomong aja ke dia. Biar dia tau keresahan lo."

"Ngga bakal didenger, ih."

"Lo mau ke rumah gue?" tawar Danis tiba-tiba.

MY CHILDISH GIRL [END]Where stories live. Discover now