51. Mulai Kecewa?

Mulai dari awal
                                    

"Wah! Serius baru jadian? Lah kemaren lo cerita baru aja nembak adek kelas lo?" tanya Ilham heboh. Kemaren waktu Erlang ikut kumpul di markas Drax. Erlang cerita ke Ilham kalau dia baru saja menembak adik kelasnya dan diterima.

"Itu 'kan udah kemaren bang. Sekarang beda lagi," jawabnya membuat Ilham mengelus dada. Dia yang sudah SMA nembak satu cewek saja ditolak terus. Ini Erlang masih bocil SMP, nembak cewek kenapa gampang banget. Udah kaya beli gorengan yang bisa dilakukan tiap hari.

"Buset. Kalah sama Erlang lo, Lan," cetus Akbar disertai gelak tawa.

"Lagian kemaren itu emang gue yang nembak. Kalo sekarang ceweknya yang nembak gue bang," jelas Erlang.

"Langsung lo terima gitu?" tanya Ilham penasaran.

"Ya gue iyain aja bang. Lumayan gue dibeliin kuota internet 100gb buat mabar among us bang." Erlang terkekeh.

"Parah lo, Lang. Bener-bener titisan dajjal."

Erlang menggoyangkan lengan Alan. "Bang gue mita uang beneran buat beli bensin kok bang. Ngga buat aneh-aneh. Jangan dengerin si pancaroba tadi."

Alan menatap Erlang datar. "Emang uang lo kemana?"

"Kan gue ngga dikasih sama mama bang."

"Ya itu karena lo bandel. Makanya lo dihukum ngga dikasih uang jajan."

"Cuma tawuran doang dibilang bandel," keluh Erlang. "Buru bang uangnya."

"Ck! Nih!" Alan menyodorkan Atmnya pada Erlang. "Gue ngga ada uang cash. Ambil uang sendiri. Password nya tanggal ulang tahun mama."

"Oke, baik banget abang gue."

Setelah Erlang mengantongi Atm yang Alan berikan. Erlang hendak mencium pipi Alan. Dengan cepat cowok yang mengenakan hoodie hitam itu mendorong tubuh Erlang.

"Ck! Gila lo!" decak Alan. "Sana pergi!"

"Astaga, sensian amat kek perawan."

"Eh Erlang, Panca, Dareen, Nova, Loka," sapa Gala yang datang bersama Riri dan Sintia di sebelahnya.

"Eh bang Gala," sapa Erlang balik. Lalu Erlang dan keempat teman lainnya bersalaman ala laki-laki dengan Gala.

"Dua cewek cukup ya bang?" canda Erlang.

"Ini satunya temen gue, Lang. Mau kerja kelompok gue."

Erlang mengangguk. "Oh temen. Hai kak Riri," sapa Erlang pada Riri. Tetapi Riri hanya membalasnya dengan senyuman tipis. Gadis itu terlihat berbeda. Tidak terlihat ceria seperti biasanya.

"Btw, kue kak Riri yang jatuh kemaren gue makan loh kak. Masih bagus soalnya. Sayang aja gitu kalo dibuang," ujar Erlang.

"Makasih udah dimakan," ucap Riri yang langsung dianggukki oleh Erlang.

Entah kenapa mendengar ucapan Erlang barusan Gala jadi merasa tersindir. Dirinya sebagai pacar, malah tidak menghargai kue pemberian Riri. Tapi Erlang yang bukan siapa-siapa Riri, malah tidak tega jika membuang kue itu cuma-cuma.

"Hai kak, siapa namanya? Gue Erlang adiknya bang Alan," tanya Erlang pada Sintia sembari mengulurkan tangan.

"Gue Sintia." Sintia membalas uluran tangan Erlang.

"Jangan modus, Lang. Bapak lo liat," teriak Ilham terkekeh.

"Elah, cuma nanya nama doang bang," jawab Erlang. "Kak Sintia tadi nebeng bang Gala ya? Ngga punya kendaraan, kak?"

Sintia tersenyum kikuk. Ia bingung harus menjawab apa. Tadi ia minta jemput Gala karena biar bisa berangkat ke markas Drax bareng-bareng. Sintia malu kalau harus datang ke markas Drax sendirian.

MY CHILDISH GIRL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang