Gala itu cowok dengan seribu taktik. Jadi Riri harus lebih hati-hati. Dalam sedetik Gala bisa menjadi cowok yang sangat manis dan lembut tapi bisa saja sedetik kemudian berubah menjadi cowok yang galak dan egois. Menyebalkan memang. Maunya apa sih?

"Minggir sana! Ngapain sih nempel-nempel terus? Kaya upil!" Riri mendorong kepala Gala agar menjauh dari pundaknya.

Bukannya menjauh Gala malah semakin menduselkan kepala ke ceruk leher Riri. Membuat tubuh Riri meremang seketika.

"Jangan digigit!" sergah Riri.

"Mau aku panggilin bunda ya?"

Mendengar ancaman Riri. Gala langsung mengangkat kepala cepat. "Jangan dong!"

"Gue kan mau deket-deket sama pacar. Masa ngga boleh?"

"Masih anggep aku pacar, ya?"

Gala mengangguk. "Iya lah!"

"Sampe kapanpun juga, lo pacar gue! Ngga ada cowok lain yang boleh milikin lo selain gue!" gas Gala.

"Emang ada pacar yang tega ngasih pacarnya obat tidur?" sarkas Riri membuat Gala terdiam.

Dalam detik yang sama. Gala langsung kesusahan meneguk ludahnya. Rasanya seperti ada perasaan aneh yang menjalar di sekujur tubuh. Perasaan menyesal, perasaan sedih, perasaan takut dan yang lebih mendominasi adalah perasaan bersalah.

Gala menyesal. Sangat menyesal.

"Maaf Ri," sesal Gala. Suaranya terdengar lemah. Tidak seperti biasanya yang selalu ngegas.

"Gue nyesel banget, Ri." Gala menundukkan kepala. "Kemaren gue buru-buru soalnya Drax ditantang Volker. Jadinya gue nyari jalan pintas biar bisa keluar apartemen cepet. Tanpa harus menjelaskan berbelit-belit sama lo."

Riri tersenyum simpul. "Ternyata bener, aku cuma buat kamu susah, ya?"

Gala menggeleng cepat. "Ngga gitu sayang."

"Gue janji ngga bakal gitu lagi. Ini pertama dan terakhir kalinya gue jahat ngasih lo obat tidur. Kalo sampe gue ingkar. Lo bisa tinggalin gue. Pegang omongan gue, Ri."

Gala mencoba meraih tangan Riri. Sayangnya gadis di depannya itu tidak mudah luluh. Riri menepis tangan Gala sedikit kasar.

"Lo marah banget ya sama gue?" tanya Gala.

"Siapa yang ngga bakal marah? Siapa yang ngga bakal sakit hati? Kalo cowok yang berstatus sebagai pacar dengan teganya ngasih obat tidur?" jawab Riri telak.

"Rasanya sakit banget..." suara Riri melemah. Rasanya benar-benar sakit mengingat perlakuan Gala kepada dirinya yang sangat keterlaluan.

Ada sesuatu yang tiba-tiba ingin meledak dari dalam matanya. Tapi mati-matian Riri menahan. Riri tidak mau terlihat sangat lemah. Meski kenyataannya memang begitu.

"Apa kesalahan gue udah bener-bener ngga bisa lo maafin, Ri?"

"Lo mau gue pergi?"

Riri terdiam. Cewek itu membutuhkan waktu untuk memahami apa yang Gala maksud barusan. Pergi? Pergi dari rumah Riri sekarang? Iya, Riri inginnya begitu. Karena saat ini Riri benar-benar malas bertemu Gala. Hatinya masih sakit. Tapi kalau maksud Gala pergi dari kehidupan Riri untuk selamanya. Jujur saja, Riri tidak akan pernah Rela.

Seburuk-buruknya sikap Gala selama ini. Hanya cowok itu yang selalu ada untuk dirinya selain bunda dalam keadaan apapun.

Sejak beberapa tahun lalu, Gala sudah menjelma menjadi banyak peran bagi Riri. Menjadi pacar, kakak, sahabat srkaligus saudara. Intinya Gala itu penting bagi Riri.

MY CHILDISH GIRL [END]Where stories live. Discover now