Detik berikutnya, senyuman licik Nalla muncul. Ia pasti sangat puas membalas dendam kali ini.

________

Sebuah mobil berhenti di parkiran SMA Praja Mukti. Para siswa yang sedang berada di halaman sekolah sontak sama-sama memandang ke mobil mewah yang baru saja berhenti. Pandangan mereka yang awalnya hanya kepo kini agak terkejut melihat siapa yang baru saja turun dari mobil.

Cewek itu memakai pakaian yang tidak pantas jika berada di sekolah. Sangat sexy dan mini, pakaian itu begitu ketat hingga para cowok yang tengah bermain bola basket di lapangan berhenti, mereka menatap cewek itu tidak berkedip.

"Uwow."

"Gilaseh, nyali nya besar juga berani kayak gitu di sekolah."

"Montok bener, anjay."

"Sok cantik, ew."

"Bidadari dari mana itu?"

"Yaelah, nyari muka banget sih tuh orang!"

Bisikan demi bisikan terdengar saat cewek itu melewati koridor. Tatapan kaum hawa mulai berbeda-beda. Ada yang kagum dengan kecantikannya, dan ada juga yang menghujatnya. Tidak dengan laki-laki, mereka malah tebar pesona saat cewek itu melewati mereka.

Cewek itu tidak peduli. Ia berjalan menuju suatu tempat. Melewati para penghujat di setiap koridor merupakan hal yang memuakan, menghabiskan waktu, serta telinganya mulai memanas.

"Nalla, sini." Teriak seseorang, membuat Nalla berjalan lebih cepat ke arah tempat yang ia tuju, ruang osis.

Di depan ruang Osis, Alisa menatap kesal ke arah Nalla. "Lo gila? Kenapa sih make baju kayak gini ke sekolah, aduh Nal, lo itu-"

"Udah ya, Sa. Sekarang mana mereka, gue mau nyelesain masalah Dinda." Ujar Nalla memotong ucapan Alisa. Alisa hanya berdecak kesal, Nalla memang susah untuk di kasih nasihat. Alisa membuka pintu dan masuk, di susul oleh Nalla.

Semua anggota Osis, Alan, Gibran, dan Ernon menatap Nalla tidak percaya. Sementara Dinda tahu apa yang Nalla lakukan. Dinda lalu tersenyum senang.

"Wow." Ucap salah satu anggota Osis. Lihatlah, para cowok yang merupakan anggota Osis hanya bisa menatap Nalla tanpa berkedip.

Sementara Nalla, ia senang dan tersenyum sinis ketika melihat Gibran yang tidak berkedip menatapnya. "Halo, Gibran." Sapa Nalla tanpa rasa takut. Ia yakin Gibran disini tak akan bisa macam-macam padanya.

Nalla juga sempat melihat ke arah Alan yang sekarang sedang menatapnya dengan lurus. Ia tahu, Alan sedang menahan amarahnya.

Sempat sunyi beberapa detik hingga Alan berdeham. "Siapa suruh datang?" Tanya Alan sambil menaikan alisnya ke arah Nalla.

"Gue mau sendiri. Kata Riko, ini karena gue. Gue harus dateng dong." Jawab Nalla sambil menatap Riko sinis.

"Gue kan cuma bilang karena lo, dan gak minta lo dateng, apalagi dengan pakaian lo yang gak berfaedah." Ucap Riko sambil menatap remeh ke arah Nalla.

Membuat Nalla menggeram. "Gausah muna deh lo!" Tukas Nalla.

Alan yang sangat risih sedari tadi melihat Nalla berpakaian seperti itu langsung membuka jas Almamater Osisnya dan berjalan ke arah Nalla, dan memasangkannya ke depan tubuh Nalla, menutupi kulit putih Nalla.

NALLAN Where stories live. Discover now