Nalla menarik tangan Alan untuk masuk ke dalam kamarnya dan cepat-cepat menutup pintu agar siapapun tak dapat mendengar ucapannya.

"Cincin gue ilang."

Satu kalimat itu membuat Alan menahan kagetnya. Sudah Alan duga, cewek di depannya ini sangat ceroboh. Bahkan, barang penting itu Nalla tidak bisa menjaganya dengan aman.

"Cari."

Nalla berdecak. "Udah berkali-kali, yang ada waktu gue abis hanya untuk cari tu cincin." Ucap Nalla dengan kesal.

"Kesalahan siapa?" Tanya Alan sambil melipat kedua tangan di depan dada, sorot matanya terus menatap Nalla dengan serius.

"Ya, gue. Tapi kan-"

"Yaudah, kita cari." Alan menarik tangan Nalla untuk mencari benda penting itu, di mulai dari sudut kamar yang terdapat lemari besar milik Nalla.

"Cari disini. Gue cari disana." Tunjuk Alan pada meja belajar milik Nalla, seketika Nalla langsung mengangguk dan mulai mencari, begitupun dengan Alan.

Nalla berjongkok, berniat mencari di bawah dekat lemari, namun tangannya tiba-tiba di tarik oleh Alan agar berdiri. "Kenapa sih Al-"

"Hah? Demi apa?" Nalla menutup mulutnya dengan kedua tangan. Alan mendapatkan benda itu dengan mudah.

Sontak Nalla mengerutkan dahinya, "kok bisa? Dimana lo dapet?" Tanya Nalla penasaran, pasalnya semua tempat di kamar ini sudah ia jelajahi namun tidak menemukannya.

Alan langsung menoyor kepala Nalla dengan gemas. "Makanya jangan ceroboh jadi cewek!" Ucap Alan yang kemudian menunjuk sepatu olahraga Nalla yang berwarna putih.

"Kok bisa di dalem sepatu itu?" Nalla menyipitkan matanya heran.

"Lupain. Sekarang masukin semua barang lo seperlunya ke mobil. Bentar lagi kita berangkat." Kata Alan sambil mengeluarkan kunci mobil dari sakunya dan ia berjalan keluar kamar.

"Alan." Baru saja Alan sampai di ambang pintu, kakinya mendadak berhenti mendengar panggilan Nalla.

Alan berbalik.

"Lo yakin mau pindah? Emang kita bisa hidup berdua? Gue kayaknya gak yakin deh. Gue juga gak mau pisah sama tante Misha." Ucap Nalla mencebikan bibirnya suram.

"Lo udah jadi tanggung jawab gue. Lagian ngurus satu istri gak akan jadi beban buat gue, kecuali gue nambah istri lagi."

Dengan cepat Nalla melemparkan bantal yang ada di dekatnya ke arah Alan. Untung saja Alan dengan sigap menangkisnya.

_________




Nalla sudah siap dengan barangnya. Walaupun ia membawa cukup banyak barang, untung saja muat didalam mobil. Yang membuat Nalla lega, Alan tidak menyuruhnya mengurangi barang karena awalnya Nalla juga memohon kepada Alan untuk bisa membawa banyak barang.

Selesai memasukan koper ke dalam bagasi mobil, Nalla dan Alan segera berjalan menuju Ardi dan Misha berada. Mereka berdua ingin berpamitan pergi.

Namun tiba-tiba terdengar suara motor dari arah gerbang, dan benar saja, sebuah motor matic datang dengan pengendaranya yaitu Riko dan di belakangnya ada Rangga. Mereka langsung mengerem mendadak tepat di depan Alan.

"Halo, Tante, Om." Sapa Riko dengan semangat, lalu ia mematikan motornya dan segera turun, tidak lupa menyalami kedua orang tua Alan. Begitu juga dengan Rangga, seolah mereka sudah lama mengenal kedua orang tua Alan.

"Halo, kalian dari sekolahan?" Tanya Ardi yang bingung melihat kedua teman Alan yang memakai pakaian sekolah.

"Iya, Om. Kita mau ada perlu sama Alan." Ucap Riko lalu Rangga ikut mengangguk.

NALLAN Where stories live. Discover now