Seperti biasa Gala baru saja memenangkan balapan liarnya. Kali ini yang menjadi lawannya adalah Leon. Rival Gala dan juga rival Drax.

"Malam ini kita seneng-seneng, gue yang traktir."

"SERIUS BOS?!" pekik Ilham heboh.

Gala mengangguk. Sejak kapan ia berucap tidak serius? Bukankah malah Ilham yang pantas diragukan? Karena kerjaan manusia yang bernama Ilham itu hanya pecicilan saja. Tidak ada yang serius.

"Anjir si bego! Ngga usah teriak kan bisa!" kesal Akbar memberikan tatapan tajam pada Ilham.

"Kan gue seneng, udah lama juga kita ngga have fun, gue kira si bos tobat," kekeh Ilham.

"Iya nih tumben ngajak ke club, emang ngga dicari bini?" tanya Akbar.

Gala mengedikkan bahu. "Ngga peduli," jawabnya datar.

Lagian Gala hanya ingin bersenang-senang malam ini. Toh, besok dia juga tidak sekolah karena diskors. Jadi tidak salah kan kalau malam ini dia di club sampai pagi?

"Ya udah yuk! Kalian iku semua kan?" tanya Ilham pada anak Drax yang lainnya.

"Ikut dong!" semuanya mengangguk kecuali Alan.

"Lo ngga ikut?"

Alan menggeleng, "Gue pulang aja."

"Ya elah, suci amat lo Lan. Sekali-kali nyobain ke club lah njing."

Tukk

Akbar menjitak kepala Ilham.

"Eh lo, orang udah di jalan yang bener malah lo pengaruhi!"

"Sorry, Gal," ujar Alan merasa tidak enak menolak ajakan dari Gala.

Gala menepuk-nepuk pundak Alan. "Santai aja, gue paham kok, lo cuma mau menjaga kepercayaan bokap lo."

*****

"Makasih ya kak," ujar Riri.

"Iya sama-sama."

"Riri, masuk ya, kak Danis pulangnya hati-hati sama em..."

"Apa?"

"Makasih tadi pas di minimarket udah dibayarin terus nraktir Riri di kafe," cengir Riri.

"Santai aja."

Sebenarnya tadi waktu di minimarket, Riri ingin membayar belanjaannya sendiri tapi tiba-tiba Danis membayarnya.

Saat di kafe Riri ingin mengganti. Namun Danis menolak dengan alasan itu sebagai ucapan terima kasih dari Danis pada Riri, karena Riri mau kenalan dengan dirinya. Kan aneh!

"Ri,"

"Iya, kak?" Riri yang hendak membuka gerbang terpaksa membalikkan badannya menghadap Danis.

"Gue boleh pe...em ngga jadi deh." Danis ingin mengatakan sesuatu pada Riri tapi sayangnya ia sedikit ragu.

"Kenapa ngga jadi kak? Bilang aja ngga papa kok."

"Gue boleh peluk lo ngga, Ri?"

Mata Riri membulat seketika. Peluk? Apa Riri tidak salah dengar?

"Eh sorry, Ri. Permintaan gue bikin lo ngga nyaman ya? Lupain deh, Ri."

"Em...bukan gitu, kak. Tap..." ucapan Riri terhenti kala Danis memotongnya.

"Ngga papa Ri, kalo lo keberatan. Gue bilang gitu bukan ada maksud lain. Gue bilang pengen peluk lo karena kalo gue liat lo, gue teringat sama seseorang yang gue kangen. Sayangnya orang itu udah mening..."

"Boleh kok, kak!" ujar Riri seolah tahu ke mana arah pembicaraan Danis.

"Beneran?" Riri tersenyum mengangguk.

Danis mendekat dan mulai memeluk tubuh Riri. Sepertinya Danis benar-benar merindukan seseorang yang ia bilang tadi. Kentara sekali dari cara memeluk Danis yang sangat erat.

Biarlah Riri membalas kebaikan Danis dengan hal ini. Tidak apa, toh Riri bisa mendengar bahwa ucapan Danis tadi tulus dan tidak dibuat-buat. Sehingga Riri akan merasa bersalah jika menolak permintaan Danis.

*****

"Ngajak ke sini, tapi cuma bengong doang, gimana sih lo?" kesal Akbar melirik Gala yang sedang melamun.

Sejak dua jam yang lalu teman-temannya asyik minum, joget, goda cewek sana-sini. Nah ini Gala, hanya duduk dan diam saja.

"Lo lagi ada masalah ya?"

"Ck! Diem napa!" decak Gala.

"Woi, kemana aja lo Ham? Tiba-tiba ngilang!" tanya Akbar melihat Ilham yang baru saja mendatangi meja mereka setelah satu jam tidak terlihat.

"Ah kepo lo! Orang gue dari sana, joget-joget."

"Masa? Kok tadi gue di sana lo ngga ada?" Mata Akbar memincing mencari kebohongan dari ucapan Ilham.

"Habis bantu Nenda gue! Puas lo?!"

"HAHAHAHAH...ngegas njing!" tawa Akbar meledak. Akhirnya Ilham ngaku juga. Dasar Ilham bucin!

"Bantu paan?" kali ini Gala sedikit tertarik untuk bertanya.

"Itu tadi dia ke toko buku terus mobilnya mogok, dia minta bantuan gue buat nganterin pulang."

"Lah kenapa ngga naik taksi coba?"

"Ya serah dia lah Bar, ngapa? Lo cemburu ya Nenda mulai buka hati buat Ilham?" goda Gala.

"Anjing, enggalah! Goblok!"

"Eh tadi sore sebelum gue dateng ke tempat balapan gue liat Riri di minimarket," adu Ilham sambil menuangkan minuman ke gelas.

Alis Gala terangkat sebelah, "Terus?"

"Dia sama cowok, katanya kakak sepupunya."

"Cowok? Kakak sepupu?" Ilham mengangguk lalu menenggak minumannya hingga tanggal.

Tunggu, tunggu. Sejak kapan Riri punya sepupu? Cowok pula. Setahu Gala, Riri tidak punya sepupu satupun. Karena Desi, bunda Riri adalah anak tunggal. Sedangkan keluarga dari ayahnya, hingga sekarang Riri bahkan tidak tahu di mana ayahnya berada. Lantas siapa yang dimaksud sepupunya itu?

Rahang Gala mengeras. Kedua tangannya mengepal kuat. Jika dugaannya benar, ia bersumpah akan sangat marah pada gadis nakalnya itu.

Gala tiba-tiba berdiri dan menarik kerah jaket Ilham. "KENAPA BARU BILANG?!"

"Anjrit, gue lupa tadi bos, elah. Lepasin dong!" protes Ilham.

Gala memejamkan matanya menahan emosi. Perlahan tarikan di kerah jaket Ilham ia lepaskan.

"Selamet, selamet.." ujar Ilham mengelus dadanya.

Brakk

Akbar dan Ilham terlonjak kaget ketika Gala tiba-tiba menggebrak meja. Sontak hal itu juga membuat orang di sekitar mereka mengalihkan perhatiannya ke arah Gala.

"Babi! Mau copot jantung gue," ujar Akbar hiperbola.

"Lo ngapa sih Gal? Denger Riri jalan sama sepupunya kok emosi," gerutu Ilham sembari menuangkan minuman ke gelasnya yang sudah kosong.

"Arghh...sialan!" geram Gala mengacak rambutnya frustasi.

*****

Spam komen kalo kalian suka❤❤❤ Biar ngga jadi sider.

Jangan lupa vote juga. Semakin banyak yang like semakin cepet updatenya!

Follow instagram :

@tamarabiliskii
@galaarsenio

MY CHILDISH GIRL [END]Where stories live. Discover now