"Hari ini Nalla harus ke salon. Alan kamu bisakan____"

"Gak bisa, hari ini Alan ada rapat di sekolah." ucap Alan yang kini membuat Nalla menyumpahinya di dalam hati.

Baru Nalla sadar, Alan memakai pakaian sekolah. Bukannya ia dan Alan di larang ke sekolah karena besok adalah hari pernikahan mereka?

Fix, Alan tampaknya menganggap remeh pernikahan ini.

Misha menghela napas pelan. "Yaudah, Nalla kamu di antar sama Anhar aja ya."

Mendengar nama itu Nalla mengernyit bingung.

"Anhar siapa, Tante?"

"Sepupu Alan, dia nanti siang datang dari semarang sama Mamanya." mendengar ucapan sang Mama mimik wajah Alan berubah menjadi serius.

"Aku aja yang anter, aku gak jadi ke sekolah." Sontak ketiga orang di hadapannya menatap aneh ke arah Alan.








***










"Cara nyatain cinta ke cewek gimana?" Pertanyaan Gibran sukses membuat Beni dan Dion tertawa hingga mereka memukul satu sama lain saking lucunya.

"Apanya yang lucu anjing!"

Beni dan Dion terdiam sesaat, beberapa detik kemudian mereka kembali tertawa. Namun, dengan gerakan cepat Gibran menarik  rambut mereka hingga meritih kesakitan.

"Lepas, Gib, sakit."

"Aw, woi. Sakit babi."

Akhirnya Gibran melepaskan tarikannya pada rambut kedua temannya. Ia sungguh kesal bila pertanyaannya sengaja di cemooh oleh dua orang itu. "Makanya kalian jangan main-main sama gue!" ucapnya nyaring.

"Baru gue denger kalo lu suka sama cewek, biasanya berantem mulu lo, apalagi sama si onoh." sindir Dion seraya mengelus rambutnya yang hampir botak karena Gibran.

"Nah bener tuh." tambah Beni.

"Si onoh siapa maksud lo?" tanya Gibran kesal.

"Nalla lah siapa lagi."

Mendengar jawaban Dion, serta anggukan antusias dari Beni, Gibran tak bergeming. Ia diam beberapa saat, lalu berdecak kesal. Kedua temannya memang tidak bisa di ajak kerja sama. Sepertinya Gibran tahu harus meminta bantuan siapa. Tanpa berpikir panjang, ia pergi meninggalkan kedua sijoli yang mendadak cengo dengan kepergian Gibran.

"Bro," Beni menepuk pundak Dion pelan.

"Kayaknya kita salah bicara deh." sesal Beni.

Dion terkekeh, "jangan khawatir, Gibran gak mungkin diemin kita dalam waktu lama, paling juga__"

"Lo berdua temenin gue sekarang!"

Dion dan Beni sontak terkekeh bersamaan, mereka yakin bahwa Gibran akan balik lagi dan meminta bantuan mereka.

"Siap bos."








***








Sejak tadi Ernon dibingungkan dengan dua pilihan, memilih untuk meminjam buku soshum atau kumpulan soal matematika. Kali ini ia akan belajar serius karena sebentar lagi akan ujian, dan juga masuk kampus favoritnya adalah impiannya. Walaupun masuk kuliah masih akan lama lagi, ia akan mulai belajar dan persiapan dari sekarang.

"Soshum atau ini ya." ucapnya lagi sambil memegang buku bertulis kumpulan soal matematika.

Ernon berdecak.

Di letakannya lagi  buku soal matematika itu lalu pergi menuju rak tempat dimana buku soshum berada. Untung saja perpustakaan sepi, hanya ada dua orang lainnya yang sedang membaca buku yang jaraknya lumayan jauh dari Ernon. Jadi, Ernon merasa bebas di ruangan sepi ini.

"Kok gue labil banget sih, malah besok ulangan matematika lagi!" keluhnya sambil kembali meletakan buku soshum itu kembali ke raknya.

"Ambil aja dua-duanya."

Ernon tersentak kaget mendengar ucapan seseorang di belakangnya. Langsung saja Ernon berbalik, mendapati tiga orang sedang menatapnya sambil tersenyum manis.

"Apaan sih lo bertiga, buat gue jantungan aja, tau gak!" kesal Ernon sembari menunjukan wajah garangnya.

"Santai Non, santai..." ucap Beni sambil memainkan tangannnya menenangkan.

"Lo bingung amat milih buku, kalau lo milih gue sama Beni, lo lebih pilih yang mana?" tanya Dion seraya mengeluarkan senyum jahilnya.

"Basi tau gak!" ketus Ernon, "cepetan, lo bertiga ngapain nyamperin gue? Pasti ada sesuatu kan?" tmpal Ernon cepat.

"Iya." Kali ini Gibran yang bersuara.

"Apa?"

"Temen lo kemana?"

Mendengar pertanyaan Gibran, Ernon mengernyit bingung. "Temen gue banyak, yang mana satu?" Tanya Ernon dengan suara tidak mengenakan.

"Nalla."

Bukan Ernon saja yang terkejut mendengarnya, Beni dan Dion juga sama-sama terkejut.

Bahkan mereka saling adu pandang, dan merasa Gibran bersikap sangat tiba-tiba.

"Lo serius nanyain dia?" tanya Ernon kurang percaya.

Gibran mengangguk antusias.

Lagi-lagi Dion dan Beni yang berada di belakang Gibran saling berbisik.

Ernon menatap lurus ke Gibran. "Atau, lo lagi terlibat benci jadi cinta?" Pertanyaan Ernon sukses membuat Gibran kaku.










___________

Ada yang gak sabar nunggu Alan dan Nalla menikah?

Kalian tim mana?

Tim #GibranNalla

Atau

Tim #AlanNalla

Jangan lupa Vote and Comment nya yaa, Biar aku semangat nulis❤️

NALLAN Where stories live. Discover now